Sharon : Kupikir, bahasa Indonesiamu gak selancar menurutmu... Kamu masih menyebut rumah sakit dengan ziekenhuis, roti lapis dengan boterham, dan dalam mengucapkan Indonesia pun kamu memakai vokal Belanda, yaitu Indonesië!
Willem : Hahaha! Iyaa sih... Aku gak bisa memungkiri itu... Tapi seenggaknya kamu mengerti kan, beberapa kosa kata yang kusebutkan dengan bahasa Nederland...
Sharon : Iyaa! Bahasa Indonesiamu masih sangat terpengaruh dengan bahasa Belanda! Tapi itulah ciri khas yang membuatmu unik!
Willem : Hahaha! Makasih, Ron...Bel masuk mulai berdering, guru-guru masuk ke kelas sesuai jadwalnya masing-masing, kebetulan sekali Pak Adi masuk ke kelas Willem, Willem memberikan kertas formulir yang diisinya pada Pak Adi, Pak Adi menyambutnya dengan wajah semringah karena yakin, Willem bisa membawa nama sekolah sebagai juara Olimpiade Sains antarsekolah, selama pelajaran, Willem tetap dengan aktif menjawab pertanyaan yang dilontarkan Pak Adi, Pak Adi semakin yakin anak emasnya itu dapat memenangkan Olimpiade. Bel istirahat berdering nyaring di telinga, kali ini Willem tidak makan di kantin karena Sharon memintanya untuk mengajari Sharon bahasa Belanda.
Willem : Coba baca tulisanku ini...
Sharon : Jij bent shatig?
Willem : Kalau dari segi tulisan, memang benar caramu membacanya, namun dari segi lisan, itu akan sulit di mengerti oleh lawan bicaramu... Setiap kamu menemukan J dalam bahasa Nederland dibaca "Y", kemudian jika kamu menemukan "ij" maka kamu membacanya dengan vokal "ei" dan buat huruf G dalam bahasa Nederland bukan "G" seperti bahasa Indonesië, tapi dibaca "Kh", jadi kalau tulisanku dibaca, bunyinya akan seperti ini... "Yei bent Shatikh"... Sekarang coba baca tulisanku yang ada dibawahnya!
Sharon : "Mein frindye nam is Willem"?
Willem : Benar! "Mijn vriendje naam is Willem" itu artinya nama kekasihku adalah Willem! Hahaha!
Sharon : Itu memang benar, Will! Hahaha! Oh iya, aku ingin tanya, apakah dengan lidahmu yang terbiasa berbicara bahasa Belanda gak kesulitan belajar pelafalan bahasa Indonesia?
Willem : Gak juga... Mama sudah mengajarkanku bahasa Indonesië sejak kecil... Jadi aku lumayan terbiasa dengan bahasa Indonesië!
Sharon : Oh begitu! Kalau begitu kita istirahat dulu yaa, Will? Kamu harus makan supaya tubuhmu punya banyak energi buat berpikir!
Willem : Baiklah, ayo!Mereka makan sambil berbincang, hingga tak terasa bel masuk berdering, mereka mempersiapkan buku untuk pelajaran berikutnya, Bu Nova masuk dan mulai mengajar, kali ini Sharon juga menjawab beberapa pertanyaan yang digelontorkan oleh Bu Nova, Willem tersenyum memandangi Sharon yang aktif menjawab.
Bu Nova : Will, kamu sedang apa? Kenapa gak henti-hentinya kamu memandangi Sharon? Apa dia ini kekasihmu?
Willem : Ahh! Maaf Bu... Saya cuma senang saja, ada teman lain yang menjawab pertanyaan guru dengan aktif!
Bu Nova : Sepertinya kamu lelah yaa, menjawab pertanyaan-pertanyaan guru? (tersenyum sambil menahan tawa)
Willem : Tentu saja gak, Bu... Justru saya semangat! Karena ada teman yang bisa berebut buat menjawab pertanyaan dengan saya!
Bu Nova : Hahaha! Ada-ada saja kamu ini, Will! Baiklah... Ayo kita lanjutkan pelajarannya!Pelajaran berlangsung dengan lancar. Bel pulang pun terdengar, Sharon memandangi Willem sambil terus tersenyum, wajahnya merah, Willem tak sengaja melihatnya, lalu membuka rasa penasarannya dengan bertanya pada Sharon.
Willem : Kamu kenapa memandangiku terus sih? Kamu mengakui kalau aku ini tampan yaa? Hahaha!
Sharon : Iyaa! Kamu tampan! Puas!? Dasar menyebalkan!
Willem : Hahaha! Jangan marah-marah terus, gadisku! Nanti kamu bisa cepat tua loh! (tersenyum semringah)
Sharon : Kamu sih... Menggodaku terus!
Willem : Lebih baik kita cepat pulang, aku takut Mama tiba-tiba histeris lagi...
Sharon : Aku ikut ke rumahmu lagi yaa?
Willem : Baiklah, ayoo! (menggenggam tangan Sharon)
Sharon : Ehh! tunggu, Will!
Willem : Ada apa, Ron?
Sharon : Gak biasanya kamu menggenggam tanganku... (pipinya semerah tomat)
Willem : Memangnya kenapa? Kan kamu sudah jadi gadisku! Ayo!Mereka pulang ke rumah Willem dengan sepeda motor. Ketika tiba di rumah, Willem melihat mobil yang tidak ia kenal, karena penasaran, ia langsung memarkirkan motornya, dan mengajak Sharon masuk, yang ia khawatirkan adalah kondisi Mamanya. Di ruang tengah, ia melihat Mama Rosseta sedang berbincang dengan seseorang berambut pirang, ia menarik tangan Sharon, lalu berlari mendekat untuk memastikannya. Mama Rosseta melihat mereka, dan menyuruh mereka duduk di sampingnya.
Mama Rosseta : Will, kamu sudah pulang? Bersama Sharon juga, yaa? Kebetulan sekali! Ayo duduk!
Alex : Hoe gaat het, kleine broer? (semringah)
(Apa kabarmu, adik kecil?)
Willem : Alex!? Hoe kun je hier naar huis gaan? wie zorgt er voor Papa in Nederland!? (panik)
(Alex!? Bagaimana kau bisa pulang kesini? Siapa yang menjaga Papa di Nederland?)
Alex : Doe rustig aan, Papa besefte al, Papa was verbeterd ten opzichte van zijn vorige toestand, Lex zou goed voor papa zorgen, bewaakt door mijn assistent, ik had hem het behandelingsschema en voedingsschema gegeven, ik bedreigde hem ook een beetje als hij Papa verliet. Ik zal hem vermoorden! Hahaha!
(Tenang saja, Papa sudah sadar, Papa sudah membaik dari kondisi sebelumnya, untuk sementara Papa dijaga oleh ajudanku, Lex akan menjaga Papa dengan baik, aku sudah memberinya jadwal pengobatan serta jadwal pemberian makan padanya, aku juga sedikit mengancamnya, kalau-kalau ia meninggalkan Papa, akan kubunuh dia! Hahaha!)
Willem : Je bent te lang in Nederland, je humeur smaakt lelijk!
(Kau terlalu lama di Nederland, selera humormu jadi jelek!)
Alex : Hahaha! Jij, zet me altijd gewoon strak!
(Hahaha! Kamu ini, selalu saja ketus padaku!)
Willem : Mama sudah tau kondisi Papa?
Mama Rosseta : Tentu saja sudah, sayang!
Willem : Mama gak apa-apa, kan?
Mama Rosseta : Iyaa, Mama gak apa-apa, sekarang kita cuma perlu berdoa yang terbaik buat kesembuhan Papa... Seenggaknya sekarang Mama tau, kenapa Papa gak pernah menemui Mama... (tersenyum)
Willem : Syukurlah... Hidup kita berangsur membaik!
Alex : U hebt besloten uw contactlens te openen, Will?
(Kamu sudah memutuskan untuk membuka lensa kontakmu, Will?)
Willem : Mama heeft erom gevraagd...
(Mama yang memintanya...)
Alex : Oh iya, ini temanmu ya, Will? Salam kenal! Namaku Alexander Van Derkann, Kakak Willem!
Sharon : Hehe! Salam kenal, Kak! Namaku Sharon!
Mama Rosseta : Lebih dari itu, Alex! Sharon ini kekasih Willem!
Alex : Astaga! Aku kalah pada adikku sendiri! Dia saja sudah punya kekasih! Sedangkan aku terlalu sibuk mengurus perusahaan Papa!
Mama Rosseta : Kamu juga akan mendapatkannya nanti, Lex!
Alex : Hahaha! Makasih Ma... Oh ya, Will... Bagaimana hari-harimu di Indonesië?
Willem : Hmm... Cukup menyenangkan...
Alex : Apakah Indonesië membuatmu betah?
Willem : Yaa, aku betah di Indonesië... Berbicaralah dengan benar, logat bahasa Indonesië-mu gak bagus tau!
Alex : Hahaha! Kamu ini, Will! Kamu kan tau kalau aku lama di Nederland, tentu saja logatku masih bertumpu pada logat Nederland, karena aku juga baru berbicara dengan bahasa Indonesië hari ini, dan kau malah memakiku!~~Bersambung~~

KAMU SEDANG MEMBACA
Is Het Leven
Romance"Hoe slecht mijn situatie ook is, je zult altijd aan mijn zijde staan, dat is wat je zegt, toch?" "Seburuk apapun situasiku, kamu akan selalu disisiku, itu yang kamu katakan, kan?"