Dertien (Berbeda)

41 2 0
                                    

Sharon : Mereka memang tanaman, dan tentunya mereka punya perasaan, kamu gak pernah baca yaa, mengenai percobaan pada tanaman melalui kadar obrolan? Tanaman akan tumbuh lebih baik kalau diajak bicara hal-hal yang menyenangkan!
Willem : Benarkah? Aku gak pernah membaca tentang itu...
Sharon : Kamu ini pintar tapi jarang membaca pengetahuan-pengetahuan ilmiah seperti itu! Sini biar aku lap dulu wajahmu...
Willem : Haha! Makasih!
Sharon : Ya sudah, ayo!

Mereka bergegas ke halaman belakang untuk menyiram tanaman dan merawat tanaman-tanaman yang sudah mulai kering. Saat sedang menyiram tanaman, Will menemukan setangkai bunga Mawar yang layu. Tiba-tiba saja air matanya menetes lagi.

Sharon : Willem Van Derkann!
Willem : Ahh! Iyaa... Maaf, Ron... Melihat bunga Roos ini, tiba-tiba mengingatkanku pada Papa... Apa aku gak benar merawatnya yaa? Padahal di jam-jam seperti ini aku selalu menyiram mereka, aku juga mengurusi tanaman-tanaman yang mulai kering...
Sharon : Jangan selalu menyalahkan dirimu... Ini mungkin memang sudah waktunya layu saja... Kau ini kebiasaan sekali, menyalahkan dirimu pada keadaan yang bukan salahmu! Sebaiknya hapus air matamu... Dan cobalah ajak bicara beberapa tanaman disini!
Willem : Gak ah, itu malah membuatku terlihat seperti orang gila, memangnya ada orang yang mengobrol dengan tanaman?
Sharon : Kamu ini, Will! Tentu saja ada! Kalau gak ada yaa percobaan itupun gak bakal ada... Lagipula kalau kamu merasa seperti orang gila pun, hanya aku yang melihatmu, toh halaman belakang rumahmu tertutup, ayo cobalah! Itu gak akan membuatmu gila kok! Malah menyenangkan! Aku sudah pernah mencobanya! Mama yang mengajariku...
Willem : B-baiklah... Akan kucoba... Janji, yaa? ini akan menyenangkan, kan?
Sharon : Tentu! Kamu bisa mencurahkan seluruh isi hatimu pada tanaman! Itu juga akan membuat tanamanmu tumbuh lebih baik!

Willem mulai mengajak tanamannya bicara, meskipun hanya tanaman yang ia ajak bicara, tapi ia bisa menghibur dirinya, sesekali ia tertawa kecil, Sharon begitu terkesima melihat wajahnya, baru kali ini senyumnya begitu bebas, bukan lagi senyum palsu yang selalu dibuatnya, ia tertawa dengan bahagia sesuai keinginannya, tiba-tiba Willem melemparkan pandangannya, kini pandangannya benar-benar tertuju pada Sharon, Willem merapikan rambutnya, lalu bertanya dengan wajah penasaran.

Willem : Kenapa kamu terus memandangiku?
Sharon : Ahh! Gak apa-apa kok! Hanya saja kamu kelihatan tampan dengan senyummu yang bebas itu...
Willem : Ahh! Hahaha! Makasih... Kamu jarang melihatku tersenyum atas kemauanku sendiri yaa?
Sharon : Tentu saja... Kamu selalu memaksakan senyummu... Gimana aku bisa melihat senyummu yang asli?
Willem : Tenang saja, aku akan lebih banyak tersenyum, karena ada dirimu di sisiku!
Sharon : Benarkah? (pipinya merah)
Willem : Tentu saja... (tersenyum)
Sharon : Baiklah, aku akan membuatmu tersenyum sesuai keinginanmu!
Willem : Hari sudah sore, Ron... Sebaiknya kamu segera pulang, aku takut Papa dan Mamamu mencarimu!
Sharon : Memangnya kamu gak apa-apa kalau kutinggal pulang!
Willem : Tenang saja... Aku gak akan apa-apa kok! Kamu bisa menghubungiku lewat ponsel!
Sharon : Baiklah, aku pulang dulu, Will! Jangan terlalu banyak bersedih, lampiaskanlah sedihmu dengan cara mengurus Mamamu...
Willem : Baiklah, aku akan melakukannya, makasih atas saranmu!

Willem mengantar Sharon ke teras rumah, di depan rumah supirnya sudah menunggu, Sharon sedikit berpamitan dengan Willem.

Sharon : Sampai jumpa, Willem! Jangan terlalu banyak bersedih yaa! Aku menyayangimu!
Willem : Aku juga menyayangimu, hati-hati di jalan! Pak Agung, jangan kebut-kebutan yaa!
Pak Agung : Baik, A! Saya akan menjaga Neng Sharon dengan baik! A Willem gak usah khawatir!
Willem : Baiklah! Hati-hati, Pak!

Mobil yang dikendarai oleh Pak Agung mulai melaju, di perjalanan pulang, Pak Agung dan Sharon sedikit berbincang mengenai Willem.

Sharon : Pak Agung... Tadi Bapak lihat gak, ekspresi sedih di wajah Willem?
Pak Agung : Ahh, henteu Neng, A Willem kelihatan baik-baik saja... Memangnya ada apa?
Sharon : Sebenarnya dibalik senyumannya itu, Will menyimpan sesuatu yang berat baginya, Pak...
Pak Agung : Benarkah? Memangnya apa yang terjadi dengan A Willem teh?
Sharon : Papanya, yang selama ini di Belanda menderita sakit parah, meninggal dunia...
Pak Agung : Innalillahi... Kasihan sekali A Willem harus kehilangan Papanya... Tapi Bapak mah merasa salut, Neng... Meskipun yang dialami A Willem begitu berat, A Willem tetap tegar, bahkan masih bisa tersenyum...
Sharon : Will gak mau membebani orang lain, dia ingin orang lain bahagia menjalani hidup mereka, yang aku gak suka darinya adalah dia selalu menyembunyikan kesedihannya dari orang lain, dia juga sering menyalahkan dirinya atas kesalahan yang gak ia lakukan...
Pak Agung : Setiap orang kan memiliki karakteristik yang berbeda-beda, Neng... Kita gak bisa mengatur mereka seenaknya, begitupun A Willem, jika karakteristiknya sudah begitu, akan sulit sekali merubahnya...
Sharon : Tapi bukankah sifatnya itu sama saja dengan menyiksa dirinya sendiri, Pak?
Pak Agung : Mungkin menurut Neng Sharon seperti itu, tapi lain lagi dengan pendapat A Willem sendiri, mungkin itulah yang menurut A Willem jalan terbaik baginya, jadi Neng Sharon harus bersabar menghadapi A Willem... Karena Neng Sharon dan A Willem memiliki latar belakang yang berbeda, pasti karakteristiknya pun akan berbeda, kadang bisa sama, tapi gak jarang juga bertolak belakang...
Sharon : Hmm... Begitu yaa, Pak? Memang Bapak juga pernah mengalami hal ini? Latar belakang Bapak dan istri Bapak berbeda juga? Ah... Maaf aku lancang, Pak...
Pak Agung : Ahh... Teu nanaon, Neng... Iyaa, Bapak mengerti sekali keadaan Neng Sharon dan A Willem, dulu saat muda, Bapak dan Almarhumah istri Bapak memiliki latar belakang yang jauh berbeda, Bapak dulu tinggal di panti asuhan, sedangkan istri Bapak adalah putri konglomerat, kisah sampai kami menikah pun banyak sekali lika-likunya... Istri Bapak merelakan dirinya dibuang dari keluarga karena memilih menikahi Bapak yang hanya seorang yatim piatu...
Sharon : Astaga, aku mohon maaf, Pak... Aku gak bermaksud membuatmu mengenang masa lalumu yang gak begitu baik...
Pak : Ah, santai saja, Neng... Bapak juga sudah gak pernah merasakan kesedihannya kok... Itu sudah lama sekali... Pokoknya kalau Neng Sharon mencintai A Willem, jangan mundur, Neng... Terima A Willem apa adanya, semangati dia saat dia terpuruk... Buat A Willem tersenyum sesuai keinginannya! Karena kalau orang yang kita cintai merasa bahagia, maka rasa bahagia itu juga akan terpercik pada kita... Bapak yakin kok, Neng... Neng Sharon dan A Willem bisa terus bersama, di tambah lagi, Nyonya dan Tuan memberikan kebebasan pada Neng Sharon! Manfaatkanlah kesempatan itu, Neng! Gak semua orang mendapatkan orang tua yang baik seperti Nyonya dan Tuan...
Sharon : Baik, Pak! Makasih banyak buat masukannya! Aku akan berusaha sebaik mungkin buat membahagiakannya!
Pak Agung : Itu semangat yang bagus, Neng! Bapak mendukung Neng Sharon! (mengusap matanya)
Sharon : Pak Agung menangis?

~~Bersambung~~

Is Het LevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang