Twaalf (Kebahagiaanmu)

38 1 3
                                    

Sharon : Lemah? Tentu saja gak, kamu hebat! Kamu kuat dalam menjalani itu semua, bahkan kamu selalu tersenyum, walaupun itu hanya senyum palsu... Kalau aku berada di posisimu, belum tentu aku sekuat dirimu... Mungkin aku bisa bunuh diri...
Willem : Kalau begitu untunglah aku yang mengalaminya...
Sharon : Kenapa!?
Willem : Kalau posisi kita terbalik, aku akan kehilanganmu selamanya...
Sharon : Tentu gak, lebih baik kalau kita berdua gak mengalaminya, bahkan orang lain pun jangan ada yang mengalaminya...
Willem : Sepertinya Mama gak ada di rumah, baguslah, kalau Mama tau pasti ini akan sangat membuatnya terpukul...

Tiba-tiba Mama Rosseta keluar dari kamarnya, dengan wajah basah berurai air mata, dengan tergesa-gesa menghampiri Will, dan memeluknya.

Mama Rosseta : Kubilang juga apa, Kristoff akan datang ke Indonesia!
Willem : Tenanglah, Ma... (memeluknya)
Mama Rosseta : Sharon, kamu sedang apa dengan suamiku?
Sharon : Hmm... Ini...
Willem : (berbisik) Jangan beritahu...
Sharon : Ahaha.... Kebetulan tadi kami bertemu Tante... Hehe...
Mama Rosseta : Ohh, begitu! Kalau begitu, Willem di mana?
Sharon : Hmm... (keringatnya bercucuran)
Willem : (menunjuk ke pintu toilet)
Sharon : Ahh... Ada di toilet, Tante...
Mama Rosseta : Ohh begitu... Ya sudah, Tante kembali ke kamar dulu, kamu jangan pergi lagi yaa, Kristoff! Aku merindukanmu!

Mama Rosseta kembali ke kamar dengan keadaan agak tenang, sementara Will kembali terduduk, air matanya menetes lagi.

Willem : Kamu lihat, kan? Apa yang terjadi?
Sharon : Lalu kenapa kamu gak mengaku sebagai dirimu saja?
Willem : Sebenarnya aku mau, tapi aku gak bisa melihat tangisan Mama... Aku gak sanggup melihatnya, Ron...
Sharon : Kalau begitu, tetaplah seperti itu semampumu, aku akan mendukungmu dari belakang, biarkan aku menjadi tempatmu bercerita saat kamu lelah, aku akan menghiburmu sebisaku, kamu jangan khawatir! (tersenyum)
Willem : Kenapa kamu mau menolongku sampai seperti ini? Padahal aku gak memberimu apapun...
Sharon : Tentu saja karena aku mencintaimu, aku gak mau melihatmu terus bersedih, kamu tau? Apa yang kamu beri padaku?
Willem : Apa?
Sharon : Hatimu... Aku sudah menyukaimu sejak sebulan lalu, dan ternyata sekarang kamu memberikan hatimu padaku, itu sebabnya aku harus menjaga hati dan perasaanmu, ini demi kebahagiaanmu...
Willem : Hehe... Aku pikir selama ini sikapmu berbeda, hanya karena kamu berubah saja, tapi ternyata kamu juga menyimpan hatimu untukku? Aku gak bisa membayangkan betapa berdebarnya jantungmu ketika aku menembakmu... (tersenyum pucat)
Sharon : Hmm... Memang begitu kenyataannya, aku salut padamu, disaat seperti ini kamu masih bisa bercanda dan menyunggingkan senyuman padaku...(pipinya merah)
Willem : Aku harus menelepon Alex untuk menanyakan di mana dan gimana jasad Papa diurus...
Sharon : Baik, teleponlah Kakakmu...

Willem segera menelepon Alex, di telepon Alex menjelaskan bahwa jasad Papa mereka akan di kirim ke Indonesia dan dikebumikan di taman pemakaman yang paling dekat dengan rumah mereka. Pemakamannya akan dilaksanakan esok hari, mengingat perjalanan jauh dari Belanda ke Indonesia.

Sharon : Jadi apa kata Kak Alex?
Willem : Alex bilang Papa akan dikebumikan besok, hari ini ajudannya akan mengirimkan jasad Papa ke Indonesia...
Sharon : Semoga semuanya lancar yaa, Will...
Willem : Iyaa, yang kubutuhkan hanya doa dan semangat darimu... (menyandarkan dirinya ke pundak Sharon)
Sharon : Kamu gak memintanya pun aku akan tetap mendoakan Papamu dan menyemangatimu kok! Kamu jangan terlalu larut dalam kesedihanmu yaa, kamu harus ikhlas dengan kepergian Papamu, agar gak jadi beban untuk jalan Papamu menemui Tuhan...
Willem : Iyaa, Ron... Makasih yaa... Kamu sabar sekali menghadapi sikapku, terutama yang tadi...
Sharon : Iyaa, kamu tenanglah... Aku akan selalu di sisimu... Kapanpun kamu membutuhkanku, aku akan selalu ada kok!
Willem : Haha! Baru berapa hari kita jadi sepasang kekasih, aku sudah benar-benar meresahkanmu, aku takut kedepannya aku akan tambah meresahkanmu...
Sharon : Sudahlah, Will! Justru kamulah yang terlalu resah memikirkan itu! Tenang saja aku gak akan merasa kerepotan kok! Lagipula perasaanku padamu sudah membutakanku... Jadi kamu gak perlu khawatir yaa!
Willem : Makasih yaa, Ron... Aku gak tau, kalau gak ada dirimu pasti keadaanku akan sangat buruk, aku mencintaimu sampai 10 tahun...
Sharon : 10 tahun saja?
Willem : Setiap kau berulang tahun, akan kutambah 10 tahun lagi...
Sharon : Apa itu berarti selamanya?
Willem : Hitung saja sendiri olehmu! Hahaha! (tertawa kecil)
Sharon : Uhh, menyebalkan! Apa kamu sudah gak sedih?
Willem : Mungkin wajah ini memperlihatkan sisi bahagiaku denganmu, tapi hatiku berkata lain... Tapi biarpun begitu, aku sudah 15 tahun gak bersama Papa, jadi aku lebih merasakan kesenangan bersama dirimu... (tersenyum)
Sharon : Will... Bolehkah aku mengingatkanmu sesuatu?
Willem : Silakan saja...
Sharon : Saranku, kalau kau gak keberatan, ketika jasad Papamu tiba di Indonesia, minta maaflah padanya atas pikiran burukmu tentangnya selama ini...
Willem : Tentu saja, Ron... Itulah yang akan pertama kali kulakukan, saat bertemu dengannya...
Sharon : Aku tau kau orang yang baik, Will... Itu salah satu alasanku menyukaimu... Kamu ramah pada semua orang... Sudah sejak lama aku menginginkan orang sepertimu untuk berada di sisiku...
Willem : Hahaha! Jangan terlalu percaya padaku... Aku takut membuatmu kecewa... (khawatir)
Sharon : Tapi aku gak, aku percaya kamu tipe orang yang gak akan menyia-nyiakan kepercayaan orang... Jangan khawatir, aku akan selalu ada di sisimu, sayangku...
Willem : Makasih sudah percaya padaku, ngomong-ngomong aku suka kamu memanggilku dengan paggilan yang satu itu, sayangku... (tersenyum pucat)
Sharon : Benarkah? (pipinya semerah tomat)
Willem : Apakah kalau kamu bicara denganku, pipimu selalu merah begitu? Seperti kepiting rebus... Hahaha!
Sharon : Uhh... Jangan mengomentari pipiku, ini memang merah dari sananya kok! (pipinya semakin merah)
Willem : Sudahlah mengaku saja... Aku gak akan meledekmu kok... Lagipula itu bukan sesuatu yang jelek darimu...
Sharon : Tetap saja aku malu kalau kamu berkomentar seperti itu...
Willem : Ruangan ini gelap, aku gak suka, lebih baik kita ke halaman belakang saja yuk!
Sharon : Kan kamu bisa nyalakan lampunya, kenapa harus ke halaman belakang?
Willem : Pasti kamu sudah tau alasannya, bukan?
Sharon : Apa kamu ingin menenangkan diri sambil menghirup bunga Mawar?
Willem : Gak, kan kamu sudah memberikannya padaku setangkai...
Sharon : Lalu, untuk apa?
Willem : Apakah kamu mau menemaniku menyiram tanaman Roos di halaman belakang? (tersenyum)
Sharon : Tentu aku mau! Kalau begitu ayo!
Willem : Baiklah, ayo!
Sharon : Tunggu!
Willem : Apalagi, Ron?
Sharon : Kau gak bisa menyiram tanaman dengan wajah yang basah dengan air mata seperti ini, pasti tanamanmu akan sedih melihatmu habis menangis...
Willem : Memangnya mereka punya perasaan? Mereka kan hanya tanaman...
Sharon : Mereka memang tanaman, dan tentunya mereka punya perasaan, kamu gak pernah baca yaa, mengenai percobaan pada tanaman melalui kadar obrolan? Tanaman akan tumbuh lebih baik kalau diajak bicara hal-hal yang menyenangkan!
Willem : Benarkah? Aku gak pernah membaca tentang itu...
Sharon : Kamu ini pintar tapi jarang membaca pengetahuan-pengetahuan ilmiah seperti itu! Sini biar aku lap dulu wajahmu...
Willem : Haha! Makasih!
Sharon : Ya sudah, ayo!

~~Bersambung~~

Is Het LevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang