Veertien (Dewasa)

46 1 2
                                    

Pak Agung : Ah, santai saja, Neng... Bapak juga sudah gak pernah merasakan kesedihannya kok... Itu sudah lama sekali... Pokoknya kalau Neng Sharon mencintai A Willem, jangan mundur, Neng... Terima A Willem apa adanya, semangati dia saat dia terpuruk... Buat A Willem tersenyum sesuai keinginannya! Karena kalau orang yang kita cintai merasa bahagia, maka rasa bahagia itu juga akan terpercik pada kita... Bapak yakin kok, Neng... Neng Sharon dan A Willem bisa terus bersama, di tambah lagi, Nyonya dan Tuan memberikan kebebasan pada Neng Sharon! Manfaatkanlah kesempatan itu, Neng! Gak semua orang mendapatkan orang tua yang baik seperti Nyonya dan Tuan...
Sharon : Baik, Pak! Makasih banyak buat masukannya! Aku akan berusaha sebaik mungkin buat membahagiakannya!
Pak Agung : Itu semangat yang bagus, Neng! Bapak mendukung Neng Sharon! (mengusap matanya)
Sharon : Pak Agung menangis?
Pak Agung : Ahh... Gak kok, Neng... Bapak hanya kelilipan saja...
Sharon : Jujur saja, Pak... Gak apa-apa kok... Aku gak akan bilang pada siapa pun kok...
Pak Agung : Ahaha, Neng tau saja... Bapak hanya ingat pada almarhumah istri Bapak, Neng...
Sharon : Bapak tenang saja, yaa! Pasti istri Bapak di sana juga akan bahagia kalau di sini Bapak bahagia! Aku akan doakan istri Bapak, supaya mendapat tempat yang terbaik di sana!
Pak Agung : Aamiin... Makasih yaa, Neng... Maaf Bapak jadi cengeng begini...
Sharon : Bapak gak usah malu, setiap orang kan punya perasaan, wajar saja kalau menangis, yang penting kita harus bisa bangkit yaa, Pak!
Pak Agung : Iyaa, Neng... Betul!

Sharon pun segera sampai di rumahnya, sementara Willem hanya membaringkan tubuhnya sambil mendengar musik kesukaannya yang ia putar di ponselnya, tiba-tiba Alex datang ke kamar Will, Will pun terkejut.

Willem : Dari mana saja kau? Kukira kau sudah pulang ke Nederland...
Alex : Belum... Aku baru saja mengurus keberangkatan Papa dari Nederland ke Indonesië, dan mengurus buat pemakaman Papa juga di Taman Pemakaman sekitar sini...
Willem : Apa semuanya lancar?
Alex : Syukurlah, semuanya lancar, Will...
Willem : Makasih karena telah mengurus semuanya, Alex... Maaf karena aku gak membantumu...
Alex : Tentu saja, Papa juga adalah Papaku, Will... Aku juga punya tanggung jawab padanya, kamu gak perlu berterima kasih seperti itu, itu seperti bukan dirimu... Biasanya kan kamu ketus padaku... (tersenyum)
Willem : Aku janji gak akan melakukannya lagi... Aku sadar, aku terlalu kekanak-kanakan... Aku sudah besar dan harus bersikap lebih dewasa... Maafkan aku karena selama ini aku selalu ketus padamu...
Alex : Kamu tenang saja, aku gak pernah memasukkannya ke hati kok! Aku menganggap itu sebagai bukti sayangmu padaku... (tersenyum)
Willem : Ucapanmu seperti orang tua saja! Hahaha!
Alex : Bukankah jika dibandingkan dengan dirimu, aku memang lebih tua... Kamu tenanglah Will, aku akan menetap di Indonesië sementara, aku akan membantumu mengurus Mama, aku juga akan membuat Mama sadar kalau kau itu Willem, bukan Papa...
Willem : Makasih banyak, kamu memang saudaraku yang terbaik!
Alex : Hmm... Apa aku gak salah dengar?
Willem : Tentu gak, aku memang mengatakannya, Alex...
Alex : Hahahaha! Aku jadi ingin tertawa, ini benar-benar bukan dirimu!
Willem : Sudah kuduga, pasti kamu akan meledekku karena ini...
Alex : Baiklah... Hahaha! Aku gak akan meledekmu lagi kok! Makasih karena sudah mau menjadi lebih dewasa... (tersenyum)
Willem : Gak usah berterimakasih, aku melakukannya karena aku harus...
Alex : Baiklah... Kalau begitu pakai dulu lensa kontakmu... Setelah itu kita makan bersama Mama...
Willem : Kalau aku pakai lensa kontakku, Mama pasti histeris... Lebih baik aku gak memakainya...
Alex : Pakai saja... Mama harus menerima kenyataan ini Will...
Willem : Tapi Mama pasti belum siap menerimanya... Tadi saja dia langsung memelukku sambil memanggil nama Papa... Aku gak sanggup melihat tangisnya...
Alex : Tapi Mama juga akan mengalaminya besok... Itu sama saja, Will... Aku lebih memikirkan perasaanmu...
Willem : Apakah perasaanku masih penting, Alex? Sementara depresi Mama gak kunjung membaik...
Alex : Tentu saja penting, Will! Kamu pikir aku gak tau penderitaanmu selama ini? Aku juga dulu merasakan penderitaan itu... Kita sama-sama merasakannya, bedanya kamu tidak memperlihatkannya pada orang-orang...
Willem : Kamu tau dari mana semua itu!?
Alex : Ingat kamu pernah meninggalkan buku putih kesayanganmu di kamarku? Dulu aku gak sengaja membaca bagian ulang tahunmu yang begitu mengecewakan, tentang kue Vanilla, dan bunga Roos yang kamu suka...
Willem : Benar... Maafkan aku sudah membentakmu... (air matanya menetes)
Alex : Tenanglah, Alexander ini adalah saudaramu yang paling dekat, sebelum aku pergi ke Nederland, tentu aku mengerti perasaanmu... (Memeluk Willem)
Willem : Makasih, karena kau selalu sabar menghadapiku...
Alex : Jangan menangis, sudah kubilang ini benar-benar bukan dirimu Willem... Ayo kenakan lensa kontakmu... Aku menunggumu... Perutku sudah mulai lapar...
Willem : Baiklah, tunggu sebentar, Alexander!

Willem segera mengenakan lensa kontaknya, kemudian berjalan menuju ruang makan bersama Alex. Di meja makan Mama Rosseta sudah menunggu dengan wajah semi tersenyum.

Mama Rosseta : Ayo duduk, anak-anak Mama...
Willem : Iyaa, Ma...
Mama Rosseta : Ayo makan... Pasti kalian sudah lapar, ah, biar Mama ambilkan... Buat Willem, Mama sudah hafal sekali, Telur balado dan ayam goreng serundeng, kan? Ini... Ambillah... Masih kurang?
Willem : Gak, Ma... Sudah cukup... Makasih... (tersenyum)
Mama Rosseta : Dan buat Alex, Udang asam manis dan telur dadar, apa Mama benar?
Alex : Benar! Makasih, Ma...
Willem : Mama gak makan?
Mama Rosseta : Mama mau, tapi sesudah makan, Will suapi Mama, ya?
Willem : Kalau begitu Mama saja dulu yang makan... Will bisa makan setelah Mama...
Mama Rosseta : Gak boleh begitu, sayang... Mama makan setelah kamu saja... Mama ingin melihat kedua anak Mama makan dengan lahap! Setelah itu, baru Mama mau makan, sayang... Makan lah yang kenyang, kalau kamu terlalu kurus nanti abs-mu gak terlihat bagus...
Willem : Sebenarnya apa sih yang Mama bicarakan? Aku lebih baik kurus daripada melihat Mama gak makan...
Mama Rosseta : Kamu malu kan karena Mama tau, tubuhmu yang sekarang sudah bagus? Hahaha! Kamu ini lucu sekali, sayang... Sudahlah makan dulu... Yang kenyang, agar kamu punya tenaga...
Alex : Mama sedang memegang foto siapa?
Mama Rosseta : Ah, ini foto Kristoff, Papa kalian akan pulang menemui Mama! (tersenyum lebar)

Alex dan Willem saling bertatapan, mereka tidak tersenyum sama sekali, Mama Rosseta terlihat kebingungan karena ekspresi mereka tidak terlihat senang sama sekali.

Mama Rosseta : Kalian kenapa terlihat gak senang?
Willem : Hmm... Kami senang kok Ma...
Alex : Ahaha! Iyaa Ma... Kami hanya gak menunjukkannya saja...
Mama Rosseta : Ohh... Hahaha! Mama kira kalian sudah gak rindu pada Papa...
Willem : Kami selalu rindu pada Papa, Ma... Dan ketika Papa datang nanti pun, rindu kami gak akan pernah terobati...
Mama Rosseta : Apa maksudmu!?

~~Bersambung~~

Is Het LevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang