Alex : Benarkah!? (tersenyum)
Willem : Iyaa, tapi jangan dihabiskan, aku memasaknya buat Mama dan Sharon juga!
Alex : Hahaha! Tentu saja aku gak akan menghabiskannya, memangnya aku ini apa? Lagipula kamu memasak Stamppot sebanyak ini, aku benar-benar gak yakin dapat menghabiskan semangkuk pun!
Willem : Baiklah, baiklah... Ayo cepat makan!
Mama Rosseta : Mama boleh mencoba Erwtensoep ini, Will?
Willem : Tentu saja, Ma! Sini biar Will ambilkan!
Mama Rosseta : Wah! Makasih, sayang! Ah, iya! Will, ambilkan buat Sharon juga!
Willem : Baik, Ma! Kamu mau yang mana dulu, Ron? Stamppot atau Erwtensoep?
Sharon : Aku makan berdua denganmu saja deh, Will! Gak apa-apa kan?
Willem : Kalau aku makan, biasanya Stamppot dulu, karena ini kan kentang, penghasil karbohidrat, jadi sudah seperti nasi bagiku... Kamu gak apa-apa kalau makan ini dulu?
Sharon : Tentu saja gak apa-apa! Bagiku mau makan apa dulu juga sama saja kok!
Willem : Kalau begitu sini, duduk lebih dekat denganku, agar aku bisa menyuapimu!
Sharon : Hmm... A-apa aku mengganggu kenyamanan makanmu?
Willem : Gak kok! Ayo sini! Kalaupun aku terganggu, gimana bisa aku terganggu oleh kekasihku sendiri? (matanya berbinar)Sharon duduk semakin dekat dengan Willem, Willem menyuapinya dengan lembut dan penuh kasih sayang, sesekali Willem mengelap pipi Sharon ketika kotor terkena remah-remah makanan. Alex dan Mama Rosseta memandangi mereka sambil menahan tawa. Willem melihat mereka, dan tiba-tiba saja pipinya berubah menjadi merah.
Willem : Kenapa kalian memandangiku? Memangnya apa kesalahan yang ku perbuat? (pipinya semerah tomat)
Mama Rosseta : Kamu gak salah, Will... Hanya saja kalian imut sekali, Mama jadi ingat masa muda Mama!
Alex : Hahaha! Iyaa, kalian manis sekali, aku jadi ingin memiliki kekasih juga! Aku menyesal sudah menolak gadis Nederland yang menyukaiku! Hahaha!
Willem : Hmm... Kupikir kau akan lebih mudah mendapat kekasih, Alex...
Alex : Benarkah? Kenapa?
Willem : Sekarang posisimu di Krijsvands Groep adalah Presiden Direktur, dengan uang yang banyak gadis-gadis Nederland akan mendekatimu, bagai ikan koi kelaparan! Hahaha!
Alex : Hahaha! Kamu ini, Will... Aku ingin disukai apa adanya, bukan karena uang, lagipula posisiku di Krijsvands hanya sementara, ketika Papa sembuh, aku akan menyerahkan posisi ini lagi, aku ingin kita hidup bahagia!
Willem : Hahaha! Tenang saja, Pasti ada yang menyukaimu!
Alex : Hahaha! Makasih, Will!
Mama Rosseta : Mengobrolnya nanti lagi... Lanjutkan dulu makannya, anak-anakku!
Willem : Baiklah... Buka mulutmu, mooie meisje!
Sharon : Aumm! Ini enak sekali, Will! Oh iyaa! Dari awal kamu menyuapiku, kamu belum makan sesuap pun! Aku jadi merasa gak enak... Sini kita gantian saja, sekarang aku yang menyuapimu yaa!
Willem : Oké, alsjeblieft, mooie meisje!
(Oke, silakan, gadis cantik!)
Sharon : Artinya, silakan kan?
Willem : Benar! Hahaha! Ternyata kamu serius belajar bahasa Nederland!
Sharon : Tentu saja! Akhirnya malamku yang dipakai buat belajar bahasa Belanda membuahkan hasil!
Willem : Hahaha! Kalau kamu berusaha dengan tekad kuat, pasti akan berbuah manis kok! (tersenyum)
Sharon : Baiklah, sekarang buka mulutmu, knappe jongen!
Willem : Aumm... Dank je!Mama Rosseta dan Alex tersenyum melihat interaksi mereka, jarang sekali Will menunjukkan senyuman yang begitu tulus seperti itu.
Willem : Ron, ini sudah sore loh... Mama atau Papamu gak menyuruhmu pulang?
Sharon : Hmm... Apa kamu mengusirku? (menyipitkan mata)
Willem : Tentu saja gak, mana mungkin aku mengusir kekasihku sendiri, aku hanya takut Mama dan Papamu khawatir karena kamu belum pulang sampai sekarang...
Sharon : Tenang saja, aku sudah mengabari Mama dan Papa kok!
Willem : Baiklah, sekarang aku gak khawatir lagi!
Mama Rosseta : Mama pergi ke kamar lamamu dulu ya, Alex!
Alex : Buat apa, Ma?
Mama Rosseta : Buat membereskan kamarmu! Supaya nanti malam kamu bisa tidur dengan nyaman!
Alex : Ahh, gak usah, Ma... Mama duduk saja! Nanti biar Alex yang bereskan sendiri!
Mama Rosseta : Jangan! Kamu baru saja tiba, sayang! Biar Mama saja!
Willem : Kalau begitu biar Will saja, Ma...
Alex : Gak usah Will, biar aku saja!
Willem : Sudahlah, jangan banyak bicara, Alex! Pedulikan saja tubuhmu, bisa saja tulangmu patah karena kelelahan!
Mama Rosseta : Will... Kamu ini, sembarangan saja kalau bicara! Dia memang begitu padamu, Alex! Tapi sebenarnya dia peduli!
Alex : Hahaha! Tentu saja aku mengerti, Ma... Will memang selalu ketus padaku, tapi dia sayang padaku! Iya kan Will?
Willem : Terserah padamu saja, yang penting aku bisa segera membereskan kamarmu...
Alex : Hahaha! Willem... Willem...
Sharon : Will! Tunggu aku! Aku ikut! (mengejar Willem)
Alex : Mereka lengket sekali ya, Ma! Seperti gula dan semut saja! Hahaha!
Mama Rosseta : Iyaa, Mama gemas sekali, memperhatikan mereka! Kehadiran Sharon membawa pengaruh yang sangat baik dalam hidup Will! Senyum Will yang selalu dibuat-buat saat bertemu Mama, seakan hilang! Akhir-akhir ini, Will tersenyum dengan kehendaknya sendiri! Mama sangat senang, Alex!
Alex : Syukurlah, Ma... Anak itu biasanya selalu murung saat sendiri, tapi kekasihnya yang penuh keceriaan itu bisa membuatnya benar-benar bahagia!Willem membereskan kamar lama Alex, ia menyapu, dan membersihkan debu di setiap sisi kamar itu, mengganti seprai serta selimut yang berdebu, karena lama tidak di tinggali, Sharon membantunya dengan merapikan mainan-mainan masa kecil Alex dan buku pelajaran Alex semasa menempuh pendidikan di Indonesia dulu, tak terasa waktu yang dihabiskan cukup lama karena kamar itu lumayan besar, hari semakin sore, akhirnya Sharon pamit pulang karena khawatir orang tuanya mencari.
Sharon : Will, Kak Alex, Tante... Sharon pulang dulu yaa... Pasti Mama dan Papa akan mencariku kalau aku gak segera pulang...
Mama Rosseta : Iyaa, nak! Hati-hati yaa! Kalau sudah di rumah, sampaikan salam tante pada Papa dan Mamamu, yaa! Jangan lupa makan juga, kalau kamu sakit, pasti anak kesayangan Tante akan sedih! (tersenyum)
Willem : Apa sih, Ma... (pipinya memerah)
Sharon : Tapi kamu benar-benar mengkhawatirkanku kan, Will?
Willem : Pikir saja sendiri... (menahan malu)
Alex : Hahaha! Sampai jumpa lagi, Sharon! Aku titipkan kebahagiaan adikku padamu, yaa?
Sharon : Hahaha! Siap, Kak! Aku akan berusaha sebaik mungkin buat membuat Will bahagia!
Alex : Apa yang kamu tunggu, Will? Antarkan kekasihmu ini ke depan! (tersenyum)
Willem : Gak usah memberitahuku, aku sudah tau apa yang harus kulakukan!Willem mengantar Sharon ke teras rumah, di depan supir yang di kirim orang tua Sharon sudah menunggu.
Sharon : Kalau begitu sampai jumpa, Will-ku yang tampan! (tersenyum lebar)
Willem : Sampai jumpa juga, Sharon-ku yang cantik! Hati-hati di jalan, bilang agar supirmu gak kebut-kebutan! (pipinya merah)
Sharon : Natuurlijk, daag!
(Tentu saja, dah!)
Willem : Daag!
(Dah!)Sharon segera pulang bersama supirnya, Willem kembali ke dalam, ia menuju kamar untuk belajar guna persiapan Olimpiadenya, ia mempelajari materi yang ia tidak paham dengan teliti dan sungguh-sungguh, hingga akhirnya malam pun datang, setelah lelah belajar, Willem datang ke dapur untuk membuat susu dan roti lapis.
~~Bersambung~~

KAMU SEDANG MEMBACA
Is Het Leven
Lãng mạn"Hoe slecht mijn situatie ook is, je zult altijd aan mijn zijde staan, dat is wat je zegt, toch?" "Seburuk apapun situasiku, kamu akan selalu disisiku, itu yang kamu katakan, kan?"