Chapter 20

3.7K 123 0
                                    


  Malam ini raga pulang lebih lama alasannya ia tidak betah berada dirumah, karena terlalu malas jika harus melihat papa nya.

"Raga kamu kenapa lama sekali pulangnya? Papa udah nunggu kamu daritadi ga" kata kara saat raga masuk kedalam rumahnya.

"Peduli apa dia ma, udah ah raga capek mau istirahat" balas raga hendak berlalu menuju kamarnya.

"Raga kamu gak boleh gitu, pokoknya sekarang  kamu ikut mama kita temui papa ke ruang makan, sekalian ada yang mau kami bicarakan sama kamu" ucap kara lagi tentu saja dengan sedikit paksaan.

"Ma raga--"

"Ga jangan bantah mama. Mama gak suka, sekarang ayo kita temui papa" potong kara kemudian menarik lengan raga mengikutinya. Raga mendengkus menghembuskan nafasnya kasar, ia benci semua ini namun ia tidak mungkin bisa membantah mamanya. Wanita yang sangat raga sayangi dan juga hormati.

  Kini raga terduduk dikursi makan diruang keluarga dengan wajah merah padam menahan amarah. Dihadapannya saat ini sudah ada sosok pria paruh baya dan mamanya duduk disamping. Raga hanya menatap kosong makanan dihadapannya, nafsu makannya mendadak hilang. Jika bukan karena paksaan mamanya mungkin ia tidak akan pernah mau bertemu apalagi bergabung makan dengan pria yang sangat ia benci itu.

"Darimana saja kamu?  Sedari tadi kami menunggu kamu" tanya eldian-papa raga dengan tegas menatap raga yang kini tengah menahan amarah.

"Peduli apa anda dengan saya?" tanya raga balik dengan wajah datarnya.

Mendengar itu emosi eldian semakin memuncak. Tangan pria tua itu terkepal kuat menahan marah.

"Beraninya kamu melawan saya. Saya tidak pernah mengajarkan kamu menjadi anak pembangkang raga" kata eldian dengan emosi yang sudah meluap.

Raga tersenyum miring mendengar itu "Memangnya apa yang pernah anda ajarkan kepada saya?" tanya cowok itu balik dengan tatapan menusuk. "Menyakiti wanita Iya?" sambung raga lagi dengan datar.

Plak

Eldian menampar pipi raga dengan keras hingga sudut bibirnya robek dan mengeluarkan darah.

"Jaga bicara kamu raga" bentak eldian didepan raga.

Raga mengusap sudut bibirnya lalu tersenyum miring "Bahkan setelah anda melukai batin saya selama ini anda juga melukai fisik saya. Apa anda masih tidak merasa cukup" kata raga sedikit berteriak.

"Cukup raga udah sayang" ujar kara dengan mata yang sudah berlinang. Ia tak kuasa melihat semua ini.

Brak..

"Dasar anak kurang ajar" teriak eldian menggabrak meja makan hingga semua yang ada diatasnya berserakan dilantai. Membuat kara disebelahnya menegang ketakutan.

"Jadi ini yang kamu ajarkan ke dia menjadi seorang pembangkang?" eldian beralih menatap kara disebelahnya menunjuk wanita itu.

"Jangan sesekali anda menuduh mama saya" kata raga lagi dengan datar melihat kara lalu beralih menatap eldian.

"Dasar anak tidak tau malu, ingat kamu itu bisa hidup seperti ini juga karena papa"

"Oohya kalo gitu saya gak perlukan semua itu lagi dari anda. Anda bisa ambil semuanya sekarang" raga bangkit hendak berlalu pergi Ia cukup muak dengan semua ini.

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang