14

4.3K 131 0
                                    

"Lambat" kata devan setelah melihat audy yang kini sudah berada didepannya.

Audy tidak mengubris perkataan devan "Kamu tau nomor aku darimana" tanyanya sembari berlari kecil mengejar devan yang langkahnya cepat sekali berusaha menyamai.

Devan tidak menjawabnya hanya tersenyum simpul menatap audy.
Dan terus berjalan dengan gadis itu yang mengekor dibelakang.
Melihat audy yang tertinggal jauh tiba-tiba terlintas ide jahil dibenak cowok itu.

Audy menatap devan langkah cowok itu semakin cepat ia terlihat susah payah menyamai bahkan saat ini ia sedikit berlari kecil mengejar cowok itu melihat dirinya yang tertinggal jauh.

Melihat itu devan semakin gemas, ingin mencubit kedua pipi chubby audy, astaga kenapa gadis ini manis sekali. Audy kini tak lagi jalan menunduk sepertinya rencana devan berhasil.

Begitu terus devan semakin mempercepat langkahnya dan audy berlari mengejarnya. Sampai tiba-tiba devan menghentikan langkah didepan motor kawasaki ninja miliknya. Lantas seketika audy yang awalnya mengejar langsung menubruk punggung cowok itu.

"Aduh" audy memegang pelipisnya dan meringis pelan.

Devan hanya tersenyum simpul lalu berbalik menatap audy. Jarak mereka begitu dekat, devan memegang puncak kepala audy dengan tangan kekarnya mengacak pelan rambut gadis pendek yang setinggi bahunya ini.
"Sorry" ujar devan lalu menyodorkan sebuah helm ketangan cewek berambut panjang itu.

Audy beralih melihat helm yang ada ditangannya mengerjap matanya beberapa kali, cewek itu masih belum mudeng.

Devan berdecak "Lo lemot banget sih gadis terkenal sini, biar gue yang pasangin"

Devan langsung mengambil alih helm ditangan audy membukan pengaitnya lalu memasangkan helm itu ke kepala audy. Audy seperti diperintahkan untuk diam. "Aneh gue yang pasangin dia helm, eh malah jadi gue yang gugup"

"Nah udah selesai" ujar devan sebisa mungkin terlihat tenang.

"Yok naik"

Audy hanya mengangguk pasrah, devan tersenyum simpul ia lantas langsung menggas motornya meninggalkan pekarangan rumah audy dengan kecepatan sedang.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

•••••

Semua pasang mata yang berada di parkiran sampai koridor melihat ke titik yang sama. Audy hanya menundukkan kepalanya, tubuhnya bergetar dan benar apa yang ditakutkan terjadi, ia jadi pusat perhatian sekarang bersama devan, cowok jangkung yang saat ini tengah menyengir ria disebelahnya.

Berbagai tatapan benci diterima mereka tak suka bahkan jijik. Gadis itu meringis.

Devan menatap semua orang acuh lalu beralih menatap audy disebelahnya, tubuh gadis itu bergetar menahan sesuatu. Seolah mengerti tiba tiba saja devan menautkan tangannya pada tangan mungil audy, hingga gadis itu mendongak menatapnya nanar.

"Ga usah takut kenapa sih" kata devan menatap manik mata cewek itu.

"Angkat wajah lo, gak perlu nunduk lagi" devan mengangkat dagu audy menyuruh gadis itu membalas tatapannya.

Audy sedikit menggeleng pelan, ia tak yakin. Tanpa sadar air matanya sudah berlinang cewek itu hendak melepas tangan devan dari dagunya namun lebih dulu devan mencekal tangannya.

"Hei, gadis terkenal gak perlu takut, gue disini mereka gak bakal nyakitin lo" ucap cowok itu saat ini ia hanya berharap audy yakin padanya.

"Ya?" audy akhirnya mengangguk pelan. Devan tersenyum simpul audy menurutinya.

"Yaudah ayo"

Devan menggandeng tangan audy menyusuri koridor sekolah sontak semua yang melihat berteriak histeris disana. Devan tak memperdulikan mereka, terus berjalan gontai hingga sampai didepan kelas audy yang berada tepat disamping kelasnya.

"Makasih" kata audy pelan melepaskan tangannya yang bertautan dengan devan.

"Iyaa" balas devan tersenyum lebar.

"Eh bentar" devan tersadar lalu menahan kembali lengan audy yang hendak masuk ke kelasnya.

"Gue mau ngomong bentar sama lo"

Audy melihat devan lalu mengangguk singkat. Devan tersenyum.

"Gue boleh minta sesuatu sama lo? " devan bertanya menatap audy dengan serius.

Audy menunduk lalu berkata "Apa?"

"Jadi teman gue audy!"

Kalimat pendek yang lolos dari mulut devan membuat audy langsung mendongak menampilkan wajah yang awalnya sedikit tertutup rambut karena menunduk. Melihat devan didepannya.

"Iya jadi teman gue gadis terkenal" ujar devan lagi.

Seketika tubuh audy menegang merasa ada sesuatu yang menjalar ditubuhnya saat ini. Gadis itu membeku menatap nanar pria jangkung didepannya itu dengan mulut yang masih terkatup rapat.

"Gue mau lo jadi temen gue dy, kalo perlu sahabat. Gue janji akan selalu ngelindungin lo, jagain lo dan dengan itu lo gak perlu merasa takut lagi"

"Ke-kenapa kamu mau jadi temen aku"

Devan menangkup pundak cewek berbibir merah ranum itu. "Gue nyaman sama lo, angkat wajah lo dy hidup terlalu singkat hanya untuk mengurusi mereka, ingat banyak yang sayang sama lo. Gue bakal bantuin lo ngelewatin ini semua, kita berdua"

Devan menatap cewek bermata coklat yang sudah berair didepannya. Audy melepas tangan devan dari pundaknya lalu mengangguk pelan.

"Serius?"

"Iya tapi ada satu hal"

"Apa?" tanya devan antusias.





















"Kita harus jadi teman rahasia!"

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang