Chapter 21

3.5K 116 3
                                    

"Sakit ngerti gak sih di bilangin"

"Aku bilang tenang dulu makanya bawel sih" kata audy sedikit berdecak.

Jika tadi audy dan raga habis berpeluk-pelukan seperti teletubis maka lain halnya dengan sekarang. Kini audy tengah mengobati luka robek disudut bibir raga. Seperti biasa cowok itu selalu membantah membuat audy kesusahan mengobati nya. Raga baru saja meringis menandakan sakit. Entah apa yang membuat cowok itu selalu mendapatkan luka-luka seperti ini. Satu hal yang audy tau raga hobi berantem mungkin itu salah satu akibatnya. Beruntung setiap saat audy selalu menyimpan beberapa obat merah dkk di tasnya. Jadilah saat ini dia bisa mengobati luka cowok itu lagi.

Raga mendengkus mendengar audy lalu menyentil kening cewek itu sedikit keras karena geram. "Wah, lo udah pinter ngomong ya sekarang"

Audy mengusap pelan keningnya sedikit meringis, sebenarnya dia sendiri juga bingung kenapa dia bisa jadi berani begini.

"Ya kalo sakit ngapain berantem sih" kata audy lagi.

"Gue gak berantem ya asal ngomong lo" bantah raga.

"Kalo bukan berantem terus ini kenapa?" tanya audy masih sibuk dan fokus mengobati luka cowok itu dengan perlahan.

"Ini karena perbuatan papa gue" kata cowok itu. Audy sempat terdiam mendengar itu sedikit ada penyesalan atas pertanyaan nya tadi. Tak ingin membuat cowok itu sedih lagi sebisa mungkin audy terlihat tenang.

"Maaf" lirih audy sedikit menundukkan kepalanya menyesal.

"It's okey" balas cowok itu dengan datar.

"Oiya lo ngapain kesini malem malem gini?" kini raga beralih menatap audy yang cukup dekat dengannya. Cewek itu masih sibuk memperban luka disudut bibirnya.

"Aku kesini karena mau ketemu sama teman-teman aku" ujar cewek itu asal.

"Temen? Emang lo punya temen disini? Siapa emang?" tanya raga sedikit bingung lalu melihat sekeliling pasalnya ia tidak menemukan orang selain dirinya dan gadis itu.

"Bintang bintang sama satu bulan itu" kata audy lagi menatap langit sebentar lalu sedikit tersenyum.

"Gue kira apaan, dasar lo aneh eh tapi lucu juga sih" raga kembali menyempil kening audy karena gemas melihat tingkah polos itu.

Audy sedikit tertegun 'lucu'
Apa dia tidak salah dengar?

"Selesai, sakit lagi gak?" kata audy sembari memasukkan kembali betadine dkk kedalam tasnya.

"Udah nggak" balas raga.

Kini mereka berdua telah berada pada posisi saling menghadap kearah langit. Keduanya sibuk dengan fikiran mereka masing-masing. Perlahan raga mulai melupakan masalahnya, entah kenapa tapi yang dia rasakan sekarang hanya nyaman.

"Lo suka ya disini?" tanya raga memecahkan keheningan.

Audy menoleh lalu mengangguk. "Iya disini indah ya" katanya tersenyum tulus.

Raga menatap lurus manik mata indah itu. Ia cukup tercengang pasalnya audy yang saat ini sangat bertolak belakang dengan audy yang ia kenal disekolah. Raga suka senyum itu, sangat manis. Intinya cowok itu menyukai audy yang sekarang, audy yang cenderung banyak bicara dan sesekali tersenyum.

Tunggu 'suka?'

"Gue boleh ngomong?" tanya raga masih menatap lekat mata lentik itu yang mungkin suatu saat bisa membuatnya candu.

"I-iya boleh" balas audy seadanya.

"Boleh minta maaf"

"Hah?"

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang