Chapter 22

3.3K 123 3
                                    


Bel berbunyi tanda berakhirnya pelajaran hari ini. Namun sebelum diizinkan pulang para murid diminta untuk berkumpul dilapangan terlebih dahulu. Katanya ada pengumuman yang akan kepala sekolah sampaikan, jadilah wajah para murid terutama kelas X dan XI yang semula sumringah menjadi suntuk karena kepulangan mereka dibuat tertunda. Ditambah lagi kondisi lapangan yang sangat amat panas karena terik matahari siang. Paket komplit penderitaan hari ini.

Semua murid mulai berbaris sembarangan tak beraturan, juga audy dan devan. Devan, cowok itu menarik audy agar berbaris berdampingan dengannya. Cowok itu sesekali melempar senyuman kepada audy, sedangkan audy hanya mengalihkan pandangan kepada kepala sekolah yang sedang memberi amanat.

"Selamat siang semuanya, baiklah hari ini bapak akan mengumum kan bahwa dua minggu lagi lebih tepatnya tanggal 29 nanti kita akan mengadakan study tour sekaligus kemping atau kemah bakti. Seperti dengan yang sudah disepakati kegiatan ini akan diikuti dan diwajibkan untuk seluruh murid kelas X dan XI. Jika ada yang tidak mengikuti maka akan diberikan sanksi, kecuali bagi yang menyerahkan surat izin kepada wali kelas, dan itu pun harus dengan alasan yang logis" Kata pak kepala sekolah berbicara dengan lantang, tegas, dan berwibawa.

Semua murid yang mendengarkan mulai bersorak heboh, langsung sibuk dengan komentar mereka masing-masing. Audy yang juga mendengarkan hanya menarik nafas pasrah. Jujur saja ia sama sekali sangat tidak berminat mengikuti hal hal seperti itu. Tapi mengingat sekolah akan memberikan sanksi kepada yang tidak ikut serta, gadis itu mulai bingung sendiri.

Berbanding terbalik dengan audy, devan, cowok disebelahnya itu malah menyengir tidak jelas setelah mendengarkan penuturan pak kepala sekolah. Raut wajah cowok itu sangat aneh, dengan sesekali tersenyum kearahnya. Entah apa yang membuat cowok itu bisa se sumringah itu.

"Lo ikut kan gadis terkenal?" tanya devan menepuk pelan pundak audy membuat lamunan cewek itu buyar.

Audy terdiam sejenak, berusaha berfikir, dan sedetik kemudian menggeleng bingung.

                       ~oOo~

Ditempat lain.

"Ga lo ikut gak?" kata fero setelah baru sampai didalam sebuah warung tempat raga dkk sering nongkrong.

"Ikut apaan?" balas raga tak mengerti sembari menyalakan sebatang rokok bermerek sampoerna itu lalu kemudian menghisapnya.

"Ah elo, makanya kalo guru bilang kumpul di lapangan itu didengerin bukannya main cabut aja" kata fero lagi menggeleng gelengkan kepalanya menatap raga yang selalu masa bodoh akan semuanya.

Raga memang begitu nakal? Iya. Suka bolos? Iya. Cuek dan tak pernah tau menau akan semuanya? Iya. Penjawab kata guru? Apalagi. Dan usil, pokoknya raga itu badboy paket komplit yang satu satunya hanya ada di national high.

Contohnya seperti sekarang bukannya berkumpul dilapangan seperti yang di bilang kepsek. Cowok itu malah langsung kabur menuju warung dekat pojok sekolah. Raga dkk menyebutnya sebagai warung ibu, tempat tongkrongan sekaligus markas bagi raga dan teman temannya. Bukannya apa-apa tempat itu bukan sembarang tempat bagi raga dkk. Disana mereka bukan hanya bisa beli makan layaknya seperti kantin, tapi juga bisa sebagai tempat ngerokok jika sedang bosan dikelas.

"Ya emang acaranya kapan?" tanya raga, membuang setengah rokonya kesembarangan arah lalu melihat kearah teman-temannya.

"Dua minggu lagi katanya" jawab revan.

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang