10

4.1K 157 1
                                    

"Oke rain" ujar raga santai.

"Aku bilang jangan panggil aku rain" audy mulai geram.

"Jangan pernah ngatur ngatur gue, gue nyaman manggil lo rain. Dan gue gak terima penolakan" ujar raga datar, raga memang tipe orang yang tidak suka dibantah.

Audy diam mendengar ucapan raga entah kenapa mulut audy tiba-tiba tidak bisa menolak atau membantah cowok itu lagi.

"Yaudah terserah kamu" audy berusaha untuk tetap tenang, memalingkan wajahnya dari raga sambil mendengkus.

Raga melihat audy, tanpa sadar sudut bibirnya cowok itu terangkat, tersenyum simpul melihat audy yang memilih mengalah.

  Semilar angin malam menerjang, raga tiba tiba meringis membuat audy menoleh  yang awalnya tengah menatap bintang bintang kini teralihkan pada raga.

"Kamu kenapa?" tanya audy melihat raga mengusap sudut bibirnya dengan sedikit meringis.

"Gue nggak papa" ujar raga tenang langsung melepaskan tangannya dari sudut bibirnya.

Mata audy seketika membulat terlihat sudut bibir raga sedikit robek.
"Darah" audy menutup mulutnya dengan kedua tangannya tak percaya.

Raga melihat audy yang begitu dramatis langsung mengalihkan pandangannya ke segala arah.
"Gak kenapa napa juga"

"Bibir kamu berdarah, kalo nggak segera diobatin nanti infeksi" cecar audy cemas.

Audy mengambil sebuah sapu tangan dan obat merah yang selalu ia bawa didalam tasnya. Menyodorkannya kearah raga.

"Nih" ujar audy kearah raga.

Kening raga mengeryit bingung.
"Apaan?"

"Obatin luka kamu"

"Gue bilang gapapa juga, lo bawel juga ya"

Audy mendengkus geram melihat tingkah raga. Menarik kembali kedua benda yang ia sodorkan tadi "Yang bawel tu kamu". Audy mulai sedikit mendekat kearah raga, tanpa diduga satu tangan terulur hendak mengobati luka cowok itu, Audy geram karena menurutnya cowok itu terlalu lambat.

Raga diam menatap kearah audy, menurut tanpa lagi membantah gadis itu, raga menatap kagum sepasang manik mata milik audy, bola mata hazel dan sedikit besar terlihat sangat indah yang saat ini tengah serius mengobati lukanya.

Audy fokus mengobati luka raga, tanpa sadar sedari tadi cowok itu menatapnya yang begitu cekatan. Jarak mereka cukup dekat audy bahkan saat ini bisa merasakan hembusan nafas raga. Audy berhenti menatap raga yang saat ini juga tengah memandangnya dengan wajah tak berekpresi.

Jantung audy tiba tiba berdetak tak beraturan, sepasang manik mata elang milik raga saat ini tengah menatapnya tajam. Cukup lama hingga sedetik kemudian dengan cepat audy memalingkan wajahnya kesembarangan arah.

"Kok lo udah kayak biasa gitu sih?" tanya raga dengan audy yang masih tergagap.

Audy diam tak menjawab  Melanjutkan kembali memperban luka raga.

"Kenapa lo cekatan banget ngobatin luka gue?" Tambah cowok itu lagi.

  Audy masih diam tak menghiraukan pertanyaan raga.

"Kalo orang nanya dijawab lo gak tuli kan?" sindir raga setelah audy tampak mengacuhkannya.

"Aku dulu petugas pmr disekolah menengah" ujar audy akhirnya sedikit terpaksa.

Raga manggut manggut.
"Apa petugas pmr?"  ujar raga setelahnya tak percaya bagaimana bisa seorang gadis yang notabene nya seorang pendiam pernah bersosialisasi.

"Iya" jawab audy pelan.

"Tapi kok bisa?" tanya raga kembali, kenapa raga menjadi sama seperti mamanya, seorang yang banyak tanya.

Audy memutar bola matanya malas tak lagi menghiraukan pertanyaan raga, dan mulai memasukkan kembali obat merah
Dan lain sebagainya kedalam tasnya setelah selesai memperbanyak luka raga.

"Selesai" ujarnya pelan.

"Gue nanya woi, malah dikacangin" sindir raga tak mendapat respon dari audy.

"Udah malem" ujar audy setelahnya.

"Huh, bodoh" umpat raga kesal ke arah audy, sedangkan gadis itu hanya diam dan tetap tenang seolah tak menggapnya.

Raga melirik kearah audy.
"Lo ngode minta dianterin balik?"

Mendengar perkataan raga audy langsung menoleh dan mengangguk pelan, sembari tersenyum kikuk menahan malu.
Oh lihatlah wajah pucat yang merah merona itu.

Raga sedikit mengembangkan senyumnya menahan tawa melihat audy yang begitu polos, walaupun sebenar nya sekarang ini ia masih tengah kesal karena sempat tak dihiraukan oleh gadis itu.

"Yaudah" ujar raga dan mulai bangkit dari duduknya.

Audy diam tak mengerti maksud ucapan cowok itu." Yaudah apa?" batinnya.

"Jadi balik nggak?" tanya raga setelahnya melihat audy diam kebingungan.

"Iya, jadi" ujar audy cepat mulai melangkah cepat menyusul raga.

                      🍃🍃🍃

Hehe maap iya tau kurang panjang😩

Thank you readers💋







After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang