'Tujuan hidupku adalah melindungi semua mahluk yang ada di dunia kami'
'Mengorbankan orang lain, demi semuanya'
'Tanggung jawab, kutukan dan pengorbanan berada di pundakku'
.
.
.
.Kelopak mata dengan bulu matanya yang lentik terbuka secara perlahan, sedikit kebawah di pipi putihnya ada luka goresan, sudut bibir yang memar.
"Ahhh..." rintihan kesakitan terdengar dari mulutnya yang terasa sakit.
Tatapan sayu menilai sekeliling tempat yang menjadi pembaringannya, begitu luas, langit-langit yang sangat tinggi, kayu ukiran yang bertumpu pada tempat tidur yang nyaman, bersih dan hangat, tirai kelambu tergulung rapi pada tiang kayu ukiran tersebut, wangi ruangan pun terasa memabukkan.
Berusaha mengingat kembali dengan apa yang sudah terjadi, kali ini halusinasi apa yang dia rasakan, seperti di dalam mimpi, apa dirinya sudah mati? tempat yang menjadi pembaringannya saat ini begitu indah.
"Dimana aku??" Hinata bergumam, dia tidak bisa bangun karena seluruh tubuhnya terasa kaku.
"Aww,..." Dia juga tidak bisa menggerakkan kaki kanannya, kaki yang berbalut kain putih.
Hinata mengalihkan perhatian, gadis itu terkejut saat beberapa orang perempuan mendekatinya.
"Anda sudah sadar, Nona?" tanya salah satu dari mereka, yang terlihat begitu ramah. Hinata terdiam, gadis itu memejamkan mata, berharap semua menghilang saat dia membuka mata, tapi semua sia-sia, para perempuan itu semakin mendekat padanya.
"Si-Siapa kalian?" Gadis itu bertanya gugup.
"D-Dan tempat a-apa ini?" Hinata berusaha mengangkat tubuhnya, menepis tangan salah satu dari mereka yang menyentuh keningnya.
"Demam," ucap perempuan itu, dan yang lainnya menganggukan kepala.
"Anda berada di dalam istana, tempat paling aman di Negri Palostra," jawab perempuan itu, kerudung yang menjadi penutup kepalanya terlihat bergoyang di bagian ujung saat perempuan itu menundukan kepalanya.
'Istana? Palostra?'
'Ohh, Aku pasti sudah gila! Tidak ada tempat bernama Palostra yang aku tahu!"
Hinata bergumam, gadis itu memijat kepalanya yang sakit.
"Minumlah ini, Nona!" Hinata menatap perempuan yang sedang mengulurkan tangannya.
"Kami semua pelayan di istana ini!" ucap perempuan itu lagi.
"Apa ini?" Hinata menatap gelas keramik putih yang berisi cairan hitam di dalamnya, hanya gelas dengan ukuran yang begitu kecil.
"Ini adalah obat dari tanaman herbal, hampir semua tumbuhan di hutan punya khasiat untuk mengobati," jawab perempuan muda tersebut, Hinata mengangguk dan dengan ragu mengambil gelas kecil itu, kemudian meminum cairan hitam yang rasanya benar-benar pahit, membuat Hinata tidak tahan dengan rasa di lidahnya.
"Terima kasih, siapa namamu?" tanya Hinata pada pelayan yang terlihat begitu muda.
"Nama Saya, Madoka!" jawab pelayan muda tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕯𝖗𝖆𝖌𝖔𝖓 𝖂𝖎𝖋𝖊 || Tamat
FantasyPalostra, Negri yang indah sekaligus menyeramkan, bagaimana jika Hinata masuk kesana karena sebuah kutukan, gadis biasa yang harus menjadi tumbal acak seorang yang kaya raya. Zeppand Dragon, versi SasuHina ... Just enjoy ...