38. Meet Again

2.1K 68 2
                                    

dilihatnya ini, Arin mengucek-ucek matanya, tapi tetap saja sosok itu berdiri dengan gagah di depannya.

"Arsen..." Ujar Arin lirih.

Arsen tersenyum, langkah demi langkah ia mendekati Arin. Kini jarak antara mereka berdua hanya beberapa centimeter saja.

Arin masih tidak percaya, seingatnya Arsen akan pulang ke Indonesia dalam jangka waktu 4-5 tahun. Tapi ini masih 3 tahun.

Arin menyentuh pipi Arsen dengan lembut, "Ini beneran kamu?"

Arsen terkekeh pelan, "Bukan, ini cuma roh aku."

Akhirnya Arin sadar, bahwa Arsen kini berada tepat di depannya, Arsen segera menarik Arin ke pelukannya,

"Aku pulang Arin, kau jadi makin cantik, kau tak selingkuhkan?"
Arin menitikkan air mata, dipeluknya erat sosok yang ia tunggu selama ini, "Tidak mungkin, cuma kamu yang aku tunggu sampai saat ini."

Arsen mengelus rambut Arin sambil mencium puncak kepalanya sesekali,
"Kau ini tetap saja cengeng"

"Biarin, aku nangis supaya kamu perhatian sama aku"

"Iya deh," Arsen melepaskan pelukannya dan menghapus air mata yang ada di pipi Arin.

"Tadi Kenzi ngomong apa sama kamu?" Tanya Arsen karena dirinya sempat melihat Arin yang tengah asyik berbincang dengan Kenzi sampai-sampai Kenzi mengacak-acak rambut Arin ketika ia akan pergi.

Arin mengerjapkan matanya beberapa kali," Ohhh... itu... tadi Kenzi cuma ngomong gini 'Rin, kalau misalkan Arsen gak nemuin lo lagi, mendingan lo nikah aja sama gue. Gue siap kok gandeng tangan lo sampe pelaminan'."

"Ohhh... gitu..." Arsen mengangguk kepalanya, raut wajahnya kini berubah 180 derajat menjadi super dingin dan cuek..

"Hihhhhh...apaan sih Ar, aku tuh cuma bercanda. Kenzi gak ngomong gitu kok"

Arsen tersenyum lagi, "Iya, aku percaya kok sama kamu, tapi beneran Kenzi ngomong apa tadi?"

"Tadi Kenzi cuma mau minta maaf sama aku, terutama kamu. Dia tuh bersikap seperti itu karena pacarnya yang 6 tahun gak pulang dari Hongkong. Tapi akhirnya dia pulang hari ini, dia juga pengen kapan-kapan kita ngumpul bareng sama Shifa, Nasya, Azka, dan Rangga."

Arsen mengangguk paham, "Aku juga ingin menepati janji. Ingat janjiku dulu kan?"

Arin mengangguk, Arsen segera mengeluarkan sebuah kotak merah dari saku celananya. Lalu ia membukanya dan memasangkan cincin tersebut ke jari manis Arin.

"Aku mencintaimu, kita nikah aja yuk!"

"Dih elahhh... gak romantis banget..."

Cibir Arin sambil memalingkan wajahnya dari tatapan Arsen.

"Iya deh maaf... aku tuh bukan tipe cowok yang romantis, aku cuma tipe cowok serius yang bisa jaga hati"

Arin yang mendengar itu langsung langsung tertawa, "Ututu... my Arsenio cocwit bangettt...." Arin mencubit pipi Arsen gemas.

Arsen juga tidak bisa menahan senyumnya ketika Arin berkata seperti itu.

"Ohhh ya Ar, kamu bilang kalau kamu pulang ke Indo dalam jangka waktu 4-5 tahun, tapi ini masih 3 tahun lho," tanya Arin menatap Arsen.

"Ohhh ya udah, aku balik lagi ke Perancis yah," Arsen berbalik dan akan pergi, tapi sebelum itu, Arin sudah mencekal tangan Arsen.
"Ihhh kok gitu sih..." Arin mempoutkan bibirnya kesal.

Arsen mencubit cuping hidung Arin pelan, "Kamu gak tau gimana perjuangan aku selama 3 tahun ini kan, aku ngumpulin semua tugas dan skripsi. Ujian tulis sama praktek, belum juga pelatihan medis sama yang lainnya, rasanya kayak dikejar depkolektor gara-gara gak bisa lunasin utang..."

Arin menundukkan kepalanya dan berucap pelan, "Aku tau"

"Aku lakuin semua ini demi kamu, aku gak mau kita LDR-an terlalu lama, itu malah akan bikin hubungan kita merenggang, dan aku gak mau itu terjadi. Maafin aku karena gak hubungin kamu, aku cuma mau fokus belajar agar cepat pulang ke Indo dan ketemu sama kamu, cuma itu aja"
Tanpa Arin sadari, Arsen begitu pengertian padanya. Kenapa dirinya tidak memahami Arsen, apa ia bisa dikatakan sebagai pacarnya?

"Rasanya aku tidak pantas buat kamu Ar..."

Arsen mengernyitkan dahinya, "Ngomong apa sih kamu Ar?"

Arin menggeleng pelan sambil menundukkan kepalanya. Arsen yang melihat itu akhirnya memeluk Arin dan mengelus punggungnya.

"Kamu jangan ngomong gitu Ar, Tuhan udah berikan aku jodoh yang terbaik. Kalau kamu ngomong kayak gitu rasanya aku yang salah, maafin aku."

"Aku tau Ar, aku juga salah karena aku gak pernah ngertiin kamu. Aku cuma pengen ketemu kamu aja terus bawaannya. Aku gak liat gimana kamu berjuang demi hubungan kita ke depannya, ke jenjang yang lebih serius. Kalau boleh jujur, aku tuh belum bisa bangun pagi, masih belajar masak, juga belajar bersihin rumah tanpa bantuan bibi. Emangnya aku udah bisa jadi istri yang baik?"

"Kita semua punya kekurangan dan kelebihan. Tuhan menciptakan aku untuk menutupi kekuranganmu, begitu pula Tuhan menciptakan kamu buat nutupin segala kekurangan aku."
Arin tersenyum, "Tidak kusangka, kau lebih dulu dewasa"

"Dewasa itu tidak selalu dihitung dengan umur, tapi juga dengan bagaimana kita menyikapi sebuah masalah yang sedang kita hadapi."

"Aku akan tetap belajar dengan giat agar aku bisa menyaingi kepintaranmu"

"Aku adalah seorang mahasiswa terbaik dari jurusan kedokteran, dengan menyelesaikan studiku hanya dalam waktu 3 tahun, aku juga sudah mengantongi beberapa izin praktek sekaligus, bahkan tak jarang para dokter senior ingin aku membantu dalam operasi yang sedang mereka lakukan. Aku................. terlahir pintar." Kata Arsen bangga.

"Sombong banget, pacar siapa sih?"
Arsen tersenyum tipis lalu menyentil jidat Arin, "Gak kok, aku cuma bercanda. Emmm... bukan pacar sih, lebih tepatnya Calon Imam dari seorang wanita yang akan jadi Ibu anak-anakku kelak" Arsen mengedipkan sebelah matanya.

Arin tersenyum dan ia memeluk Arsen lagi dan lagi.

Kalian tau caranya menghargai karya orang lain kan:)

My Boyfriend is a CULUN [COMPLETED]√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang