26. Bimbang

1.7K 70 0
                                    

Vote dulu sebelum baca

Happy Reading....

Arsen mengantar Arin sampai di rumah. Kemudian Papanya berterimakasih kepada Arsen karena telah menenangkan Putri kesayangannya. Sejujurnya Arin enggan untuk melepaskan Arsen lantaran ia takut Mamanya akan berbuat seperti tadi. Tapi Arsen meyakinkannya bahwa tidak akan terjadi apa-apa dan Arin akan baik-baik saja.

Setelah itu, Arin langsung melenggang pergi ke kamarnya.

'Apa aku harus menjelaskan semuanya langsung pada Arin ya???' batin Papanya bimbang sebelum mengetok pintu kamar Arin.

Tok..tok...tok...

Arin yang sedang asyik telponan dengan Arsen mendengar sebuah ketukan pintu, ia langsung meletakkan hp nya di meja belajar tanpa mematikannya dulu.

Kemudian Arin segera membuka pintu, terkejutlah ia ketika mendapati Papanya berdiri dengan senyuman yang tersungging di bibirnya. Lalu, Arin mempersilahkan Papanya untuk masuk. Ia yakin bahwa Papanya akan menjelaskan permasalahan tadi.

"Arin sudah makan????"

Arin hanya menggeleng pelan.

"Papa buatin kamu makan malam ya!!!" sambil berjalan keluar.

Arin langsung memegang lengan Papanya, "Gak usah Pa...Arin gak lapar kok"

Papanya mengangguk dan berpesan, "Kalau kamu lapar, kamu bisa minta Bibi untuk buatin makan malam. Oke!!!"

Arin mengangguk sambil tersenyum.

'Apapun yang terjadi. Siapa pun Ayahku yang asli nanti, aku juga akan tetap menyayangi seorang laki-laki yang sekarang berdiri di hadapanku kali ini yaitu seorang yang laki -laki sering aku panggil dengan sebutan Papa.' Batin Arin.

Papanya menggoncangkan tubuh Arin pelan karena dari tadi Arin sempat melamun.

"Ada masalah Nak???"

Arin mengerjap mendapati Papanya sedang bertanya. Arin tidak mengatakan satu kata pun.

Papanya mengangguk kemudian berkata, "Kamu pasti ingin mendengar penjelasan atas masalah yang tadi kan???"

Seketika Arin membeku, nafasnya tercekat dan ketakutan menjalar ke seluruh tubuhnya.

"E-enggak usah Pa, Arin juga tidak ingin membahasnya sekarang!!!"

"Maksud kamu???"

Arin menghela nafas kemudian menjawab, "Arin ingin mendengar penjelasannya langsung dari Mama, meskipun Arin harus menunggu lagi. Tapi itulah keinginan Arin!!!"

Papanya mengangguk dan memeluk Arin.

"Kalau Arin punya masalah, Arin harus cerita sama Papa. Oke!!!"

Arin mengangguk pelan.

"Mengenai Arsen..."

Arsen mendongakkan kepalanya ketika nama Arsen disebut oleh Papanya.

"Arsen kenapa Pa??? Papa gak suka sama Arsen???"

"Kamu kan punya paras yang cantik, tapi kenapa kamu milih errrr...cowok culun kayak Arsen???" tanya Papanya agak bingung.

Arin melepaskan pelukan dari Papanya.

"Pa, gak semua cowok ganteng itu baik kan...kadang cowok yang keliatannya baik aja gak tentu baik buat kita!!!" jelas Arin atas pertanyaan Papanya tadi.

"Iya-iya, lagipula menurut Papa Arsen itu cukup baik."

"Yupz...lagipula Papa gak pernah liat Arsen kalo gak pakai kacamata kan??? Ketampanannya bertambah 100 kali lipat, betapa tampannya dia!!!" Arin mengatakan itu sambil melamun dengan sorot mata yang berbinar.

"Seganteng apa pun si Arsen, pasti dia akan kalah sama Papa kalo dia pakai kacamata kan???"

Tawanya pecah ketika mendengar penuturan Papanya dengan sangat percaya diri saat mengatakannya, "Hahahahahaha....Papa bisa aja"

"Ohhh ya, apa kamu tau nama panjangnya Arsen???" tanya Papanya lagi.

"Tau...nama panjangnya Orlando Arsenio"

"Arsenio???" tanya Papanya sambil memikirkan sesuatu.

"Kalau nama marganya Arsenio. Berarti dia....." gumam Papa Arin lirih sambil berpikir keras.

"Pa..."

Papanya tersadar dan menoleh ke arah Arin.

"Kenapa Pa???"

"Gak ada apa-apa, Papa keluar ya Sayang!!!"

"Iya Pa, good night!!!"

Setelah Papanya keluar, Arin segera menutup pintu dan melangkahkan kakinya menuju ke tempat tidur, terkejutlah ia ketika melihat hp nya terletak di meja belajar.

"Aku belum mematikan telponnya daritadi, itu berarti Arsen mendengar semuanya. Bagaimana ini? Aku akan mati karena malu!!!" gumam Arin dengan sangat malu begitu ia melihat speaker handphonenya masih aktif, kemudian Arin langsung mematikannya.

Sedangkan Arsen yang mendengar Arin menggumam cukup keras, dirinya hanya tersenyum lebar. Rasanya Arsen ingin melihat ekspresi Arin langsung, bukan sekedar suara yang terdengar di hp nya.

Haiii....haiiii.... para readers....
Vote dan komennya ditunggu yah....karena vote dan komen para Readers yang menentukan kelanjutan cerita ini. OKE!!!
Buruan vote and coment...
Jangan lupa baca ceritaku yang lain berjudul Artha.

Salam dari Author:

Rika Jayanti

My Boyfriend is a CULUN [COMPLETED]√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang