3: Papa dan Mama

1.7K 360 33
                                    

Hari ini Taehyung tidak dititipkan Namjoon dan Seokjin ke daycare dekat rumah mereka. Ibu Seokjin pagi ini tiba di kediaman pasangan Kim tersebut, jadi kedua dokter itu tak perlu khawatir soal Taehyung.

Taehyung kecil sudah hampir empat tahun sekarang, pula sudah tidak pernah bertanya lagi kemana kedua orangtuanya, mengapa orangtuanya tidak pernah datang menjemput dan membiarkan Taehyung tinggal di rumah pasangan dokter Kim.

"Bibi Kim!" Taehyung menghambur ke pelukan wanita enam puluh tahunan yang rambutnya sudah perak seutuhnya.

Ibu Seokjin balas memeluk tubuh anak laki-laki yang memeluknya, mengecup pipi bocah itu dan membuatnya tertawa.

"Sudah Jinnie, kau bisa berangkat sekarang," ujar Nyonya Kim pada putrinya sambil menepuk mantel merah muda yang dikenakan Seokjin. "Soal sarapan Taehyung dan Namjoon biar Ibu yang masak, Taehyung-ie suka masakan Nenek, kan?" tanya Nyonya Kim pada si kecil yang duduk di meja makan, menyendok sup krim yang belum lama dipanaskan Seokjin untuk mengganjal perut sebelum sarapan.

"Taehyung suka masakan Bibi Kim!" ulang Taehyung dengan senyum persegi panjang khas.

Seokjin dan Nyonya Kim hanya memandang anak itu sejenak sebelum saling berpandangan dan akhirnya berjalan ke pintu depan, Seokjin untuk berangkat kerja dan Nyonya Kim untuk memastikan pintu depan sudah terkunci kembali.

"Jinnie...."

"Ibu--"

Pasangan ibu dan anak yang berdiri di depan pintu kediaman pasangan dokter Kim memanggil satu sama lain di saat yang bersamaan.

"Ibu duluan," kata Seokjin pada sang Ibu.

Nyonya Kim menghela napas cukup panjang sebelum bertanya, "Taehyung masih belum mau memanggil ibu dengan 'Nenek', ya?"

Seokjin tersenyum kecil, "Anak itu, memanggilku dan Namjoon saja sampai sekarang masih dengan 'pak dokter' dan 'bu dokter', padahal berkali-kali pegawai daycare memberitahuku kalau Taehyung kadang diejek."

"Taehyung diejek?" tanya Nyonya Kim lagi.

"Karena memanggilku dan Namjoon tidak dengan 'ayah' dan 'ibu' dan panggilan semacamnya. Taehyung kelihatannya tidak terlalu memikirkannya, tapi anak-anak lain mungkin melihat hal itu sebagai hal yang aneh."

"Apakah kalian sudah menjelaskan pada Taehyung kalau orangtuanya memang sudah tiada?"

Seokjin mengetukkan kakinya yang bersepatu hitam pantofel ke lantai, "Kami tidak pernah terlalu membahasnya lagi. Taehyung tidak pernah bertanya, dan aku juga Namjoonie sedikit takut memulai diskusi hal-hal berat seperti itu pada Taehyung-ie."

Nyonya Kim menggeleng-gelengkan kepalanya, "Lalu kalian berasumsi kalau Taehyung sudah paham semuanya? Kalian berasumsi kalau Taehyung di daycare tetap diam saat diejek karena dia tidak merasa ejekan itu berdampak apapun padanya?"

Mata Seokjin sedikit membelalak kaget, tetapi wanita itu tahu ibunya juga tidak salah mengingatkannya untuk bicara dengan pria kecil yang sudah hampir dua tahun hidup di tengah keluarga kecilnya dengan Namjoon.

"Banyak yang harus kalian lakukan, Jinnie. Kalian memang sudah mengambil akta dan dokumen lain dari rumah keluarga Taehyung, kalian sudah mengurus peninggalan orangtua Taehyung untuk anak itu kelak," ujar Nyonya Kim.

"Tapi kalau kalian memang mau serius menjadi wali dari anak itu, yang harus kalian urus sampai tuntas bukan cuma secara dokumen dan kertas tertulis. Dia anak kecil yang membutuhkan kasih sayang dan perhatian kalian juga," Nyonya Kim mengelus helai hitam panjang Seokjin lembut. "Hari ini kau ada jaga malam tidak?"

Seokjin menggeleng. "Hari ini aku cuma praktik sampai jam lima," jawabnya.

"Cepat pulang, kalau begitu. Namjoon pulang jam berapa nanti?"

"Sekitar jam sepuluh. Lalu dia akan berangkat lagi jam dua. Jam delapan nanti dia akan pulang, katanya," jawab Seokjin cepat setelah mengecup pipi sang Ibu, berpamitan sebelum berangkat ke rumah sakit tempatnya bekerja.

.

.

.

Setelah sarapan, Taehyung duduk di sofa ruang tengah rumah kecil Namjoon dan Seokjin, menonton kartun anak pagi ditemani oleh Nyonya Kim. Tertawa ketika tokoh dalam acara yang ditontonnya melakukan hal lucu, menunjuk-nunjuk layar ketika karakter atau benda yang diminta tokoh dalam acara muncul.

"Bibi," panggil Taehyung pada Nyonya Kim sambil menepuk-nepukkan tangan kecilnya pada punggung tangan Nyonya Kim yang mulai berkerut. "Acaranya sudah selesai. Taehyung mau ganti channel yang lain," pintanya manis.

Nyonya Kim menyerahkan remote televisi yang ada di meja sebelah sofa pada Taehyung, yang segera diambil Taehyung setelah mengucapkan terimakasih. Nyonya Kim menatap lekat Taehyung yang sibuk menekan-nekan tombol yang entah Taehyung tahu atau tidak apa yang tertera di sana.

"Taehyung mengapa tidak mau panggil Nenek dengan 'nenek'?" tanya Nyonya Kim di tengah kegiatan Taehyung yang masih menekan tombol.

"Hm?" gumaman Taehyung lebih terdengar seperti nada tanya, sehingga Nyonya Kim mengulangi pertanyaannya untuk Taehyung.

"Karena Bibi bukan mama-nya Mama," jawab Taehyung. "Taehyung tidak pernah lihat Nenek. Tidak tahu Nenek," lanjutnya.

"Lho, Nenek kan mama dari Mama Taehyung sekarang?" Nyonya Kim sedikit memutar pembicaraannya, mau melihat reaksi Taehyung.

"Bu dokter Jinnie bukan Mama," kata Taehyung lagi, "dan Pak dokter Namjoonie bukan Papa."

"Mereka siapa, menurut Taehyung?"

"Pak dokter Namjoonie dan Bu dokter Jinnie dokter, kerja di rumah sakit," jawwb Taehyung.

"Taehyung-ie pintar," kata Nyonya Kim. "Apa kakak-kakak di daycare yang mengajari?"

Taehyung mengangguk. "Di buku cerita ada gambar orang dengan baju putih dan kalung aneh seperti kalung Bu dokter Jinnie, lalu kata Hyunbin-hyung di daycare itu gambar dokter. Dokter kerja di rumah sakit."

Nyonya Kim mengangguk dan mengelus helai halus Taehyung, bangga dengan kemampuaj belajar si kecil yang begitu pesat.

"Tadi Taehyung-ie bilang, Jinnie dan Namjoonie bukan Mama dan Papa Taehyung, Taehyung tahu tidak Mama dan Papa Taehyung dimana?"

Pertanyaan utama yang berisiko sudah keluar dari mulut Nyonya Kim, diamnya Taehyung karena berpikir sedikit membuat Nyonya Kim khawatir dan merasa bersalah karena menanyakan pertanyaan sesulit itu pada anak yang belum genap empat tahun umurnya. Sedikit Nyonya Kim pahami mengapa Seokjin dan Namjoon tidak pernah bicara soal ini pada Taehyung, dan Nyonya Kim hampir mengganti topik ketika Taehyung tiba-tiba menjawab;

"Papa dan Mama sudah di surga."

Nyonya Kim lumayan terkejut juga Taehyung sudah tahu. Tapi keterkejutan wanita itu tida membuatnya membatalkan pertanyaan, "Taehyung-ie diberitahu kakak-kakak di daycare juga kalau Mama dan Papa Taehyung sudah di surga?"

"Bukan kakak-kakak daycare," Taehyung menggelengkan kepala, mengekspresikan ketidaksetujuan dsn menunjukkan pada Nyonya Kim kalau wanita di awal enam puluhannya itu salah menebak.

"Siapa yang beritahu Taehyung-ie, kalau begitu?"

Taehyung berhenti menatap televisi, mengalihkan pandangannya pada Nyonya Kim dan menatap mata wanita itu sebelum menjawab, "Jimin-hyung yang beritahu."









Hehe.
Aku entah kenapa sedikit takut nulis part ini. Padahal nggak horror dan bikin deg-degan juga. Mungkin karena aku harus masuk ke karakter Nyonya Kim, Seokjin, dan Taehyung sekaligus kali ya, padahal tiga karakter itu di sini nggak ada yang umurnya sekitar umurku. Mungkin aku butuh rekomendasi cerita yang lebih ke family-oriented kali ya?

✔️| imaginary friend [kth x pjm]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang