21: Normal

972 239 45
                                    

Klap

Cermin yang menjadi penutup rak toiletries di kamar mandi lantai dua rumah keluarga Kim ditutup, membuat pantulan wajah remaja yang menutup cerminnya terlihat jelas.

Taehyung sedikit memiringkan wajahnya ke kanan dan ke kiri, mengecek daerah rahang dan dagunya seakan ingin tahu apakah rambut-rambut halus di sana sudah mulai tumbuh.

Untungnya belum.

Di usianya yang keenam belas Taehyung masih sedikit takut suatu saat bangun tidur dan mencuci muka di kamar mandi, tiba-tiba kumisnya sudah tebal. Taehyung tidak yakin bisa bercukur dengan benar, secara dia masih sering melihat rahang Namjoon luka akibat pisau cukur, padahal ayahnya itu adalah seorang dokter yang biasa membedah tubuh seseorang meskipun tubuh yang dibedah ayahnya tidak lagi bernyawa.

"Taehyung-ah," suara Seokjin terdengar sayup dari dalam kamar mandi, padahal Taehyung yakin wanita paruh baya yang memanggilnya barusan berteriak cukup keras dari dapur.

"Kenapa, Bunda?" Taehyung balas berteriak dari dalam kamar mandi, dengan suaranya yang sejak sekitar setengah tahun lalu tidak lagi parau, melainkan sudah berubah total menjadi suara pria tipe bariton.

"Mau sampai berapa lama di kamar mandi? Ayo turun sarapan, nanti terlambat," seruan Seokjin masih terdengar sayup, namun suara Seokjin yang kedengarannya halus itu tidak membuat Taehyung betah berlama-lama lagi di kamar mandi. Pasalnya, Bunda dari Kim Taehyung ini bisa berubah seratus delapan puluh derajat dari dokter anak yang ramah dan anggun menjadi rapper girl group idol kalau sedang marah. Taehyung malas merusak mood Bundanya juga mood-nya sendiri pagi-pagi. Prinsipnya, Seokjin adalah sang jenderal, prajurit seperti Taehyung dan letnan seperti Namjoon hanya perlu patuh.

Taehyung mengancingkan kemeja putih seragam sekolah menengah atasnya, menyemprotkan parfum dan memasangkan dasi seragam di balik kerah kemejanya. Setelah yakin penampilannya sempurna dengan menyisirkan jemari ke helaian hitam legamnya, Taehyung membuka pintu kamar mandi dan beranjak turun ke dapur untuk sarapan.

"Tampannya anak Ayah," puji Namjoon sambil menaikkan kedua alisnya beberapa kali pada Taehyung ketika remaja itu berjalan memasuki area dapur.

"Terimakasih, aku tahu," Taehyung membalas pria paruh baya yang sebagian rambutnya sudah keperakan itu dengan senyuman bercanda.

"Pantas di kamar mandi lama sekali, pasti sudah menyukai seseorang sampai ke sekolah saja berdandan seperti ini," Namjoon menggoda putranya lagi. "Baru juga akan datang upacara penerimaan siswa baru, gadis yang kau suka dari SMP yang sama denganmu memangnya?"

"Ish, Ayah. Memangnya aku harus naksir seseorang dulu kalau aku mau kelihatan keren?" Taehyung menarik kursi di seberang kursi Namjoon, lalu duduk dan menuang jus jeruk yang disiapkan di atas meja.

"Kalau mau punya pacar jangan lupa dikenalkan ke Ayah dan Bunda. Diajak ke rumah untuk makan malam, begitu," ujar Seokjin sambil membawa sepiring samgyeopsal ke atas meja untuk menemani nasi goreng dan telur dadar menu sarapan keluarga Kim pagi ini.

"Belum ada, kok!" bantah Taehyung sambil mengerucutkan bibir sebelum meneguk seperempat jus jeruk dari gelasnya.

"Bunda juga bilang kalau, kan?" Seokjin mengulum tawanya ketika melihat wajah Taehyung bersemu kemerahan, malu karena digoda Namjoon dan dirinya karena berpenampilan rapi untuk hari pertama sekolah.

Keluarga Kim menyelesaikan sarapan mereka dengan cepat namun tidak terburu-buru. Namjoon dan Taehyung bangkit dari kursi masing-masing lebih dulu, Taehyung untuk mengambil tas sekolah di kamar dan Namjoon untuk mengambil tas berisi jas dokter di ruang kerjanya.

"Tae, bekas jus," Seokjin menunjuk bagian atas bibirnya sendiri, memberi isyarat pada Taehyung untuk membersihkan wajah. "Joonie, dasi," Seokjin ikut bangkit juga dari kursinya untuk menghampiri sang suami, meraih dasi biru tua yang mengalung di leher suaminya untuk dilipat ulang.

Taehyung mengambil tisu di meja makan, lalu mengelap bekas jus yang ditunjuk Seokjin sambil tertawa kecil karena melihat bundanya sibuk mengomeli sang ayah, mengatakan bagaimana Taehyung bisa memakai dasi dengan baik meskipun belum lama diajari sedangkan Namjoon masih kesulitan.

.

.

.

"Jung Hoseok!" panggil Taehyung pada remaja yang berdiri di depan papan besar di depan sekolah, papan tempat ditempelnya daftar murid baru dan pembagian kelasnya.

Yang dipanggil menoleh, lalu melambaikan tangannya setelah menemukan Taehyung di tengah kerumunan siswa yang baru masuk dari gerbang depan.

"Katanya kau tidak jadi masuk sini?" Taehyung meninju lengan atas kanan Hoseok dengan bercanda, "aku sudah siap-siap harus cari teman baru, tahu!"

Hoseok balas tertawa, "Hati kecilku tidak tega meninggalkan Kim Taehyung sendirian di sini tanpaku, nanti kalau dia rindu kasihan." Kalimat Hoseok membuat tawa dua remaja sahabat karib itu meledak setelahnya.

"Kau di kelas berapa?" tanya Taehyung. "Sudah menemukan namaku, belum?"

"Kita sekelas lagi. Kau jangan memilih tempat duduk dekat-dekat denganku, Tae, aku bosan."

"Hei, siapa juga yang biasanya menghampiri kursiku dan mengobrol sampai lama sekali saat aku sedang berusaha fokus di jam self-study?"

"Pokoknya mulai sekarang kita harus serius. Aku mau masuk universitas!"









Short update, sebelum nanti malam atau nanti pagi diusahakan ada update lagi :')

✔️| imaginary friend [kth x pjm]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang