Twins
.
.
.
.
.
"Besok ulangan ipees ya?" Tanya Sean sambil tanganya tetap mencuci piring.
Karena menurut peraturan yang dibuat oleh ibu negara adalah, "Barang siapa yang tidak mencuci piring setelah makan, maka dia tidak akan mendapat uang saku keesokan harinya." Hehe, bisa miskin mendadak. Gak lucu bosque.
"Di grup banyak yang bilang iya," jawab Dean sambil sibuk mengerjakan laporan praktikum.
Sebenarnya, deadline tugas itu tiga hari lagi. Cuma Sean paling anti kerjasama sama orang yang panikan, dan itu Dean. Makanya, Sean suruh buat laporannya sekarang. Jadi masih ada waktu buat revisi.
"Kok udah ulangan lagi sih? Bab dua aja baru diajarin kemarin. Emang ulangan bab berapa?" Sean penasaran dong, masa ulangan mulu. Mending kalo ulangan nilainya diatas KKM, kalo dibawah KKM gimana? Pusing remednya coy.
"Bab dua,"
"Anjing." Menghujat adalah hobinya Sean kalo udah emosi, hehe.
"Guru bang, kualat nanti." Sebagai adek yang baik, Dean memperingatkan. Untungnya gak disebutin tuh azabnya.
"Bodo, guru begitu semua. Gak ada yang bener."
"Kamsudnya bang?"
"Lu liat aja deh Yan, guru yang ngajar kelas kita itu banyak yang "gak guna," titelnya doang guru. Tapi kelakuan gak kayak guru." Kata Sean sambil memberi tanda kutip di kata gak guna.
"..."
"Buat apa sekolah kalo gurunya kek gitu. Abang males." Setengah emosi, Sean lempar apron yang udah agak basah ke meja. Ninggalin Dean sendiri yang masih diem.
"Gue ada salah sama abang ya?"
🍁🍁🍁
"Lho tumben? Kamu turun duluan. Biasanya juga nunggu disamper abang." Tanya mamanya begitu liat yang turun dari tangga itu Dean, bukan Sean.
"Itu Sean mah," papanya ngaco, belom ngopi soalnya. Nyawanya masih setengah, setengah lagi masih terbang. Gak tau kemana.
"Gak tau, kamar abang masih sepi." Jawab Dean pelan. Masih berpikir kalo abangnya itu marah sama dia.
"Ya udah, kamu sarapan dulu. Biar mama yang urus abang kamu." Mama yang gak geta ngeliat anaknya mendadak diem, padahal bisanya rame, akhirnya jalan ke kamar Sean.
"Lagi marahan?" Tanya si papa yang buat Dena makin murung.
"Kayaknya sih gitu pa, tapi Dean gak tau salah apa sama abang." Dean udah siap nangis. Dean emang cengeng kalo ada hal yang menyangkut antara dia sama Sean.
Waktu umur lima tahun, Dean jatuh dari pohon mangga depan rumah. Ajaibnya, Dean gak nangis. Tapi pas tau kalo abangnya sakit, dia langsung nangis. Dan berujung dia ikutan sakit.
"Gak rebutan cewek kan?"
"Gak lah pa, siapa sih yang mau sama kanebo kering macem abang? Belum lagi Dean yang kadang suka ajaib." Hmm, jujur sekali kamu nak. Kalo bongkar aib lengkap, dia sama Sean. Satu paket yang sudah tak bisa dipisahkan.
"Iya juga sih, punya anak dua ajaib semua."
Dihujat enak nih. Kan kromosom gue sama abang dari papa sama mama, masa dari anjing pitbull punya tetangga. - Dean
"Kirain gitu, kalian perang dingin karena cewek."
"Ya udah Dean berangkat."
"Sendiri?"
"Iya papaku sayangku cintaku matahariku."
"Sian amat, udah jomblo karatan lagi."
"Dean gak denger."
Kalo bukan papa sudah aku tenggelamkan kau di got depan rumah. - Dean
🍁🍁🍁
Twins
Wonwoo & Dokyeoma/n : papanya Dean hujat tida ya?
Vomment sayanq
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins | Wonwoo, Dokyeom
FanfictionKisah hidup dua anak kembar tapi bukan dari kampung durian runtuh. • lokal • sometimes, you can find harsh word ©dhkdhk_ww, 2019