Happy reading
Twins
.
.
.
.
.
.
.
November.
Bulan depan alias Desember, Sean harus ikut PM. Kalo PM-nya cuma pulang sekolah, Sean gak masalah sama sekali. Yang jadi masalah, ini kenapa jam masuk jadi 5.45? Sementara yang jelas 7 sama 8 jam 6.30? Bantuin Mang Ujang bersih-bersih lapangan? Ya kali!
Rumor yang beredar sih katanya buat PM pagi. Anjyr. Menyiksa murid namanya. Siapa sih yang buat peraturan menyusahkan murid kayak gini? Belum pernah terjun bebas dari lantai 4 ya? Atau jadi kelinci percobaan waktu belajar biologi? Nyusahin aja.
Minggu depan PAS lagi. Ujian apalagi ini ya tuhan. Sean tuh masih gagal paham sosiologi, secara dia anaknya pendiem. Gak banyak bacot kayak Dean.
Belum lagi duduknya diacak. Ya tuhan, andaikan bunuh orang gak dosa dan gak masuk penjara, mungkin dari dulu Sean udah lakuin ini ke manusia yang gemar menyusahkan manusia lainnya.
Mata pelajaran hari ini matematika, fisika, b.inggris. Pengen menghilang aja Sean rasanya. Dari dulu mata pelajaran yang menurut dia susah pasti satu hari. Otak Sean gak sekuat otak Fathur. Beda jenis.
Daripada pusing mikirin PAS mending Sean mandi, siap-siap buat sekolah. Udah jam 5 soalnya. Kalo telat bahaya, Dean bisa ngambek lagi.
🍁🍁🍁
"Di UKS ada obat migrain gak? Anjyr, kepala gue pusing ini." Keluh Sean begitu pelajaran matematika selesai. Rasanya kepalanya akan meledak karena rumus matematika yang didapat hari ini.
"Ke UKS aja bang, sekalian tidur disana." Saran Dean sambil membersihkan meja yang cukup kotor karena coretan aljabar. Maklum, Dean terlalu sayang jika harus menggunakan bagian belakang buku tulis.
"Adek sesat. Sengaja biar lu pulang itu mah." Sahut Andra yang mengetahui rencana (busuk) Dean.
"Dah, kita makan aja. Nanti juga ilang pusingnya." Sahut Dinda yang kasihan melihat sahabatnya sakit.
"Engga usah Din, gue mau tidur aja." Tolak Sean. Kasihan Dinda yang selalu dia buat repot.
"Enggak, lu harus makan. Sekarang ikut gua." Bantah Dinda sambil menarik tangan Sean. Sean sendiri lebih memilih untuk mengikuti Dinda daripada harus mendengar ceramahnya Dinda.
Alif, Fathur, Andra, Bimo, Jihan dan Nita terdiam. Bahkan Dean sendiri syok. Baru kali mereka melihat Sean patuh, menuruti kemauan Dinda yang notebenenya perempuan. Biasanya cuma Nyonya Pradipta yang bisa buat Sean diam. Tapi sekarang, Dinda juga bisa melakukannya.
Keajaiban dunia!
"Kantin kuy, bengong aja." Celetuk Fathur yang telah selesai dengan pemikiran tidak berguna miliknya.
"Oiya, ayo lah. Laper gue. Mau beli nasi bakar." Balas Jihan sambil membayangkan nasi bakar kantin yang baunya semerbak. Satu kantin bisa mencium aromanya.
🍁🍁🍁
"Eh lu mau kemana?" Tanya Sean setengah panik. Pasalnya, setelah Dinda menyuruhnya untuk duduk di ranjang UKS, gadis itu segera beranjak untuk keluar UKS.
"Beli makanan elah, mau kemana emang sih? Udah tiduran aja." Setelah itu, Dinda melarikan dirinya ke kantin. Membelikan Sean sarapan agar bisa minum obat.
"Eh, ada pasien baru ya? Sakit apa kak?" Tanya seorang perempuan yang baru keluar kantin. Sean cukup kaget, tapi dia berhasil menyembunyikan kekagetannya dengan ekspresi datarnya.
"Pusing."
"Kakak udah sarapan?" Tanya lagi si perempuan dan Sean jawab dengan gelengan.
"Tiduran dulu aja kak, saya beliin sarapan dulu." Sarannya. Setelah itu melenggang pergi. Sean yang ingin mencegah hanya terdiam. Sean menduga jika perempuan tadi adalah siswi yang sedang berjaga di uks.
🍁🍁🍁
note : maaf untuk update yang terlalu lama. Kehidupan real life benar-benar menyita waktu yang ku punya.
Belum lagi dengan Learn from Home, sangat memuakkan. Sungguh. Aku benci itu.
Dan ya, semoga wabah pandemi global ini segera berhenti dan semua orang dapat kembali ke sedia kala.
Stay health! Jangan lupa cuci tangan!
21/03/20
dhkdhk_ww
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins | Wonwoo, Dokyeom
FanficKisah hidup dua anak kembar tapi bukan dari kampung durian runtuh. • lokal • sometimes, you can find harsh word ©dhkdhk_ww, 2019