Twins
Happy reading
.
.
.
.
.
Terkadang, ketika kumpul keluarga, ada beberapa hal yang membuat kita menjadi tidak nyaman. Jadi korban penistaan satu keluarga besar atau ditanyai banyak hal yang menurut kita privasi. Seperti, "udah punya pacar belum?" atau "kapan nikah?"
Ingin membalikkan pertanyaan tapi terkesan tidak sopan. Dan sialnya, itu yang Sean dan Dean alami kemarin. Kalau tahu akan seperti itu, mungkin mereka akan lebih memilih dirumah daripada harus ikut.
Gila bersama teman-teman itu lebih menyenangkan ketimbang menjawab pertanyaan tidak berguna seperti itu, benar bukan?
Dean mulai sibuk. Latihan soal, makalah, praktikum, presentasi dan yang lainnya mulai diberikan secara perlahan namun bersamaan. Sekolahnya ini hobi sekali sepertinya.
Jam dinding menunjukkan pukul setengah empat lebih. Dan dirinya masih berada di sekolah untuk beberapa alasan.
Pertama, mengurusi nilainya yang kurang. Sialan, mengajar saja tidak jelas bagaimana bisa murid mengerti materi yang diberikan dengan baik? Daripada dirinya harus lulus dengan nilai kurang, Dean memilih untuk tetap di sekolah. Berkutat dengan puluhan soal yang kadang Dean tak mengerti.
Kedua, dirinya ada kerja kelompok tadi. Sayangnya, dia tidak berada di kelompok yang sama dengan Sean. Jam dua siang, begitu bel pulang berbunyi. Dean dan kelompoknya langsung memulai kerja kelompok disekolah, lebih hemat waktu. Dan selesai jam tiga kurang.
Sean sendiri langsung menghilang begitu bel pulang berbunyi, dan mengatakan, "gue mau main, udah bilang mama."
"Udah belum lu?" tanya Dean sambil meregangkan badannya. Berada di posisi yang sama selama setengah jam membuat badannya kaku.
"Dikit lagi," jawab Nita malas. Karena dirinya tidak masuk dengan alasan sakit, maka dirinya harus mengikuti ulangan susulan. Beruntung ada Dean yang melakukan remedial.
Nita memijat kepalanya pusing. Soal yang diberikan benar-benar membuatnya mual tanpa alasan. Dean yang disampingnya hanya diam memperhatikan Nita.
"Nitip Dip, gua mual" ucapnya pelan. Dean langsung mengambilnya dan segera ke ruang guru untuk mengumpulkannya.
Dean kembali dengan nafas memburu, dadanya naik turun mengatur nafas. Menghampiri Nita yang masih berusaha mengatasi rasa mualnya.
"Pulang yuk, kalo dirumah lebih enak istirahatnya" ajaknya yang disetujui Nita. Gadis berambut sebahu itu keringat dingin. Bahkan pelipisnya sudah banjir dengan keringatnya sendiri.
Membereskan barangnya lalu menyandang tas. Melakukan hal yang sama pada tas Nita. "Ayo Nit, pelan-pelan aja jalannya" ajak Dean sambil membantu Nita berdiri. Dean sendiri kasihan. "Kenapa maksain masuk kalo masih sakit?" tanya Dean yang justru dibalas dengan isak tangis pelan Nita.
"Maaf," ucapnya yang masih diselingi tangis. "Gua ga marah, tapi lu harus jaga diri lu sendiri"
"Bisa jalan kan?" Nita menganggukkan kepalanya. "Gue tuntun, takutnya jatoh" menuntun Nita sampai ke lantai bawah bukan perkara mudah, gadis itu suka berhenti ditengah tangga karena tidak kuat.
Sampai jam empat, dirinya dan Nita baru sampai di koridor lantai satu. Sekolahnya masih ramai, ada ekskul basket dan paduan suara yang masih sibuk latihan.
"Pulang sendiri atau dijemput?"
"Sendiri,"
Mendengar jawaban Nita, Dean menghela nafas pelan. Dengan segera mencari kursi lalu menyuruh Nita duduk. Membuka ponselnya guna memesan taksi online. Dean bisa dengar jika gadis yang duduk di depannya ini mendengkur halus.
"DEAN!" Itu suara Alif. Dean menolehkan kepalanya ke arah Alif yang berlari menghampirinya. Dengan keringat yang masih bercucuran dan kaos basah. Ekskul basket baru saja selesai sepertinya.
"Kenapa dia?" tanya Alif begitu mengenali gadis yang tertidur itu.
"Sakit,"
"Gue aja yang anterin pulang," Alif hendak pergi ke lapangan basket sebelum Dean menahannya. "Ga usah, gue udah pesen taksi. Udah nyampe juga," ucap Dean datar.
"Oh oke, butuh bantuan?" tanya Alif lagi. Temannya sakit, setidaknya dia bisa memberikan sedikit bantuan.
"Ga usah, gue bisa sendiri." balasan dari membuat Alif segera kembali ke lapangan basket.
"Sok banget bgst," Dean mengumpat pelan.
🍁🍁🍁
"Kena kamu," tanya Sean setelah berhasil menangkapnya.
"Hahaha, turunin ih!" pintanya.
"Ga capek?"
"Engga, istirahat dulu yuk!"
"Ayo deh," Sean langsung menuju bangku taman terdekat. Mendudukkan dirinya lalu membuka minuman isotonik yang ia beli tadi. Sementara dia sibuk memakan jajanan yang dibelikan Sean.
🍁🍁🍁
Ting!
Ting!
Ting!Dean yang baru saja masuk kamar langsung mengambil ponselnya. Dirinya baru selesai makan malam. Masakan mama memang yang terbaik! Selalu enak.
Zahwa
Makan nih, pasti
3 pesan belum dibaca"Zahwa? Perasaan barangnya udah gue balikin semua," monolognya begitu melihat nama Zahwa yang tertera di papan notifikasi.
Daripada penasaran, Dean segera membukanya.
Zahwa
OnlineOi
Bantuin IPS dong, ekonomi nih
Makan nih, pastiTau aja
Kan_-
Ayo deh gw bantuin
Dimana?Cafe Rosy ya
Jam 8Oke!
Read
Melihat jam yang sudah pukul tujuh, Dean segera bersiap menuju cafe yang ditentukan Zahwa. Ya sekalian jalan-jalan, lagi pula besok libur.
🍁🍁🍁
note: yg lagi pat ada? angkat ketek coba.
vomment ges❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins | Wonwoo, Dokyeom
FanfictionKisah hidup dua anak kembar tapi bukan dari kampung durian runtuh. • lokal • sometimes, you can find harsh word ©dhkdhk_ww, 2019