4

9.3K 288 3
                                    

Saat kami dalam ruangan ibu dengan kehaningan, para tetangga dan keluargaku menjenguk ibu. Saudara bapak juga datang, dan saudara ibu juga datang.

“nak, ada sedikit ini,kamu pake buat makan”kata sahabat bapak. Yang aku kenal adalah om Siddiq

“makasih om”kataku

“kamu kalau ada perlu bilang ya nak. insyaAllah om bantu sebisa om”katanya

“oh iya nak, kalian semua jangan sedih yah. Tante yakin ibu kalian kuat”kata tante Rina istri dari om Siddiq

“iya tante yakin ibu kamu kuat nak”timpal tante Yusrah

Malam ini penjenguk ibu begitu ramai, Randi dan dua sahabatku juga ada.

“Dhir, ini aku bawain makanan. Kalian pasti belum makan kan? Nih” kata Randi

“Lah? Kak Ara mana?”tanya Randi

“Lagi ngurus administrasi rumah sakit Ran”jawabku

“yaudah kamu makan aja dulu”perintah Randi

“iya Dhir kamu makan aja dulu”timpal Putri, yang diangguki oleh Rani

“iya iya aku makan”kataku.

Setelah jam menunjukkan jam 9 malam penjenguk ibu telah pulang. Tapi lain halnya dengan Randi.

“Ran, kamu belum pulang? Nanti dicariin loh sama mama kamu”kataku

“iya loh dek, emang kamu gak dicariin?”tanya Kak Ara

“nggak kok kak”kata Randi

“Anak kecil gak boleh lama-lama disini,ntar dicariin emaknya”kata Kak Putra tegas

“nggak kok kak hehe” kata Randi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

“tapi nanti kamu pulang ntar kamu dicariin orang tua kamu”kata Kak Putra dingin

“iya kak”kata Randi

Aku melihat ke arah jam dinding, menunjukkan pukul 2 pagi. Aku menuju tempat tidur ibu dan mengajaknya ngobrol, tapi sayang ibu hanya diam.

“Ibu, yang kuat yah.. Bu aku kangen omelan ibu” kataku, lalu mengambil tangan ibu kuletakkan pada pipiku.

Hangat, itu yang kurasakan. Aku rindu usapan ibu. Aku sangat berharap ibu segera bangun. Tanpa sadar, aku tertidur dengan posisi duduk.

“Deekk, bangun gih udah subuh nih. Ayo ke mushollah, nanti kak Putra yang jagain ibu” kata kak Ara

Aku melihat ke arah Kak Putra diapun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

“yaudah, yuk kak”kataku

“nanti kak Putra kesana abis kalian”kata Kak Putra

Degh

“kuharap kakak berubah” batinku.

Setelah kami melaksanakan sholat subuh, kami kembali berada disamping ibu. Matahari pun sudah menampakkan dirinya.

Tiiiiiiiitttttttt suara itu membuatku panik.

“Suster ini kenapa ?” teriakku panik

“SUSTER?” teriak Kak Putra kesetanan

“ibu syahadat bu lailahaillallah waasyhaduanna muhammadarrasulullah”ucapku pada ibu berulang kali.

Kak Putra yang sibuk memanggil dokter dan suster yang sangat terlihat begitu santai. Sedangkan Kak Ara yang sibuk mengurus keperluan obat ibu.

Petugas yang berulang kali mengatakan dahulukan pembayarannya karena kami  belum bisa  membayar perawatan ibu untung ada nenek yang selalu membantu kami.

“Apa kalian ingin memompa jantung?”tanya perawat itu

Aku dan kakak-kakakku begitu panik, kak Ara yang berpikir tak lama bertanya
“berapa sus, jika memompanya?” tanya Kak Ara

“kupikir itu mahal, maaf”jawabnya

Ntahlah aku begitu bingung, kupikir rumah sakit ini tidak memengtingkan keselamatan pasien melainkan hanya mementingkan uang.

Aku mencoba mencari denyut nadi ibu. Kurasa aku akan frustasi, aku tak merasakan denyut nadi ibu.
“kak,kenapa aku tidak merasakan denyut nadi ibu?” tanyaku

“hanya perasaanmu Dhir”jawab kak Ara yang kurasa sudah mulai ketakutan

Aku terfokus pada alat itu. GARIS LURUS itu yang kulihat. Tangisku pun mulai pecah saat mendengar ucapan dokter.

Double up hehe. Jangan lupa vote dan comment

Arranged Marriage (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang