6

9.2K 276 4
                                    

“Dhir, aku kecelakaan” kata Randi terbata dalam telpon

“Ran, kamu jangan becanda aku mohon jangan becanda. Kamu diamana? Aku kesana ya”kataku dengan nada khawatir

“gak tau ini dimana,aku gak kuat Dhir” kata Randi terbata

“Aku harus gimana? Aku takut Ran, kamu bertahan ya. Aku mohon kamu bertahan aku bakal cari kamu”

“Iya Dhir, tapi gak usah aku ada dibelakang kamu” kata Randi.

Aku kaget dan segera berbalik. Ternyata dia benar-benar disana merentangkan tangannya dengan senyum lebar kepadaku, aku melihat buket besar berada ditangan kanannya. Karena ada rasa bahagia,takut dan kesal, aku tersenyum juga menangis lalu berlari ke arahnya dan memeluknya.

“kamu bohongin aku. Aku takut Ran, kamu jahat udah buat aku khawatir”kataku terisak dengan memukul dadanya

“sakit Dhir, jangan dipukul, kalau aku sekarat gara-gara pukulan kamu gimana?”godanya

“iiiihhh aku kesel sumpah. Rasain nih rasainn”teriakku padanya lalu menjewer telinganya

“aaahhh sakit Dhir, ampun ampun” katanya.

Namun aku segera menghentikan aksiku karena dia segera memelukku

“Dhir, aku rindu. Biar kayak gini sebentar”katanya, Randi mengeratkan pelukannya dan mencium keningku.

“Aku juga rindu. Rindu banget malah”kataku

“yaudah yuk kita jalan. Kamu mau kemana? Udah makan belum?”tanya Randi

“kemana aja deh yang penting sama kamu”kataku dengan cengiran

“Huuuuu dasar, baru ditinggal udah mulai pinter ngegombal”kata Randi,lalu mencubit pipiku gemas

“iiiissssshhh, pipi aku makin tembem nanti kalau dicubit gini”kataku kesal

“gak apapa Dhir, biar aku makin cinta”katanya

“udah ah kamu jelek. Buruan aku mau makan”kataku

“siyapp tuan putri, pangeranmu akan mengantarkanmu kemana saja yang kau mau”goda Randi

“muntah jangan nih?” tanyaku.

Mendengar pertanyaanku Randi mengubah ekspresinya menjadi datar.

Tawaku pun pecah dibuatnya.
Setelah menghabiskan waktu bersama, kami pun segera pulang.

“Gak mampir Ran?”tanyaku

“lain kali aja Dhir”jawab Randi. Aku tak memaksa dan hanya menganggukan kepala mengerti.

“yaudah aku masuk yaa. Kamu hati hati” kataku,aku pun segera berbalik untuk masuk rumah.

Tapi Randi menahan lenganku, menatapku lekat yang membuatku gugup. Randi pun memajukan wajahnya padaku. Tapi aku menahannya sepertinya aku tau maksud ini. Aku dan Randi memang sudah bertahun-tahun pacaran, namun berciuman pun kami tak pernah.

“Ran, maaf aku masuk. Bye“ kataku gugup lalu segera berlari memasuki rumah. Dan disambut oleh nenek.

“Ehhh udah pulang ternyata, kemana aja Dhir? Kamu capek gak? Mau temenin nenek gak ke kondangan?” kata nenek

“Hehe iya nek tadi jalan sama temen, aku gak capek nek, Dhira mau kok. Tapi Dhira siap-siap dulu ya” kataku lalu segera menuju kamarku

“Lah, Kak Ara mana nek? Kok gak ada?” tanyaku pada nenek

“Katanya keluar bareng Rio” kata nenek

“ooohh, yaudah aku siap-siap dulu ya nek”kataku

“iya cepet, pake baju yang cantik. Nenek tunggu dibawah”

Oh iya lupa nih, nenek tidak setuju jika Kak Ara dengan Kak Rio. Ntahlah, aku tak mengerti kemauan nenek. Padahal Kak Rio itu udah mapan, baik, ganteng pula. Cocok kok sama Kak Ara, tapi nenek mau menjodohkan Kak Ara dengan anak sahabat nenek. Terserahlah aku mau siap-siap.

Setelah selesai memakai dressku, aku segera memoleskan sedikit make up pada wajahku.

“Neeeekkkkk, Dhira udah siap ayo” ajakku pada nenek

Kami pun menuju mobil, dan berangkat.

“Agung, kita ke rumah Tio ya” kata nenek. Pak Agung pasti tau karena Pak Agung sudah lama menjadi supir nenek.

“Oh iya nyonya” kata Pak Agung patuh dan menunduk

“aduh bahaya yah nih nyonya” gumamku dengan tersenyum.

Haha gini nih kalau nenek-nenek jiwa anak muda. Sibuk banget, pakaiannya kekinian lagi. Duhhhh.

Saat sudah sampai nenek banyak bertemu dengan teman-temannya sambil memperkenalkan aku.

“Ini cucu kamu Ar?” tanya temennya

“Iyaa, namanya Azkia Anindhira, dipanggil Dhira”jawab nenek

“cantik loh cucu kamu” kata temennya yang satu. Aku hanya bisa tersenyum kikuk.

“Aduh, nenek-nenek ini” gumamku.

Sebenarnya nenek nggak tua amat sih. Hedeh hahaha.

“Nek aku mau kesana aja ya. Nanti ketemunya disana kalau nenek udah salam sama pengantinnya” bisikku pada nenek lalu menunjuk tempat duduk tamu.

“oh iya, kamu jangan kemana-mana. Nenek juga mau ngobrol sama teman-teman nenek tapi cuma sebentar” jawab nenek dengan bisiknya juga

“sippp, nenek hati-hati awas encok hahahaha.”kataku.

“Awas ya Dhir” ancam nenek.

Nenek itu orangnya macem anak muda, jadi dia itu seperti teman bagi aku, pokoknya nenek perannya bisa apa aja deh. Sayang nenek deh haha.



Gaje ya? Wkwkwk maaf yak hihi.. Don't forget vote and comment😍😘

Arranged Marriage (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang