05

576K 10.6K 255
                                    

"Tapi ibu.."

"Tidak sayang. Kau harus menurut kepada ibumu. Jangan membatah okay."

"Ibu.."

"Sayang.. Boss mu sangat rendah hati. Jadi kau harus menurut dengannya. Dia sudah memberikan yang terbaik untuk kita. Bahkan kehidupan kita sangat amat berubah dengan kedatangannya. Kau tidak perlu bekerja terlalu keras sampai lembur. Kau juga dengar ia berkata seperti itu bukan?"

"Iya aku dengar bu. Tapi.. a.. akuu.."

"Sudahlah. Dengarkan perkataan ibu. Bekerjalah. Ibu pasti sangat menganggu waktumu bukan? Jaga kesehatanmu. Bye-bye."

"Oke. Ibu juga. Bye-bye."

Tut

Clarisa menjatuhkan bokongnya pada benda empuk persegi panjang berwarna putih. Di lemparnya telepon genggam yang ia gunakan tadi.

Ia merasa sangat tidak beruntung sekarang. Kehidupan benar-benar kejam. Ia merasa di jual oleh ibunya walaupun secara tidak langsung.

Ibunya tidak pernah tahu apa yang akan boss nya itu lakukan. Yang ia tahu setelah ia membiarkan anak semata wayangnya di bawa pergi maka gadis itu hanya berkerja dan bekerja untuk memenuhi tugas kantor. Tapi hal tersebut memiliki arti yang berbeda dengan boss nya. Mengizinkan gadis itu ikut dengannya berarti memperbolehkan gadis itu mengikuti aturan mainnya.

Sial.

Lagi-lagi Clarisa harus terjebak. Seandainya pagi itu tidak terjadi. Maka hal ini tak akan terjadi. Seandainya ia bisa melepaskan diri sebelum pria itu datang maka ia akan lolos. Tapi gagal. Pria itu lebih gesit. Sehingga tak ada jalan keluar bagi Clarisa untuk melarikan diri.

Mentari mulai menampakan dirinya sembari tersenyum menyambut hari baru seolah-olah mengucap salam dan membangunkan makhluk hidup yang masih terlelap pada alam mimpinya.

Kicau burung bersahut-sahutan bagai alunan melodi yang indah. Bunga-bunga bermekaran. Butiran embun pada daun terlihat jernih dan cukup menyilaukan akibat pantulan cahaya sang surya. Bahkan beberapa butir telah terjatuh karena berada di ujung daun.

Seorang gadis terlihat sedang merapikan kamarnya yang akan di tinggalinya beberapa hari. Sebuah koper sudah terisi dan di taruh rapi di ujung ruangan. Di simpannya berang-barang yang tak di pakainya agar tidak berdebu.

Cling

Kamar bernuansa biru kelautan itu terlihat sangat bersih dan rapi. Desain kamar yang minimalis di hiasi macam-macam barang-barang berwarna pastel.

Ruangan kesayangannya. Yang selalu menunggunya. Dan yang selalu menjadi tempat baginya untuk menghilangkan lelah karena seharian bekerja akan ia tinggalkan.

Sangat sulit untuk berpisah. Apalagi dengan benda empuk persegi panjang itu. Tempat yang selalu ia rindukan sekaligus tempat favoritenya saat hari libur tiba.

"Bye-bye kesayanganku. Risa pasti akan merindukanmu."

Clarisa berbicara dengan ranjangnya sembari mengusap lembut layaknya mengusap hewan peliharaan.

Tok Tok Tok

Ceklek

"Sayang. Ayo turun. Kau sudah di tunggu."

Ibu Clarisa menghampiri anaknya yang masih duduk santai di atas kasurnya.

"Siapa bu? Vanya? Tidak biasanya."

Clarisa kebingungan. Siapa gerangan yang pagi-pagi buta sudah datang bertamu ke rumahnya.

Sejauh ini hanya Vanya dan Rio yang tahu di mana ia tinggal. Rio tidak mungkin berkunjung karena mereka benar-benar putus kontak sejak kejadian itu ibunya juga tahu akan itu. Tapi terdengar janggal apabila Vanya yang datang berkunjung sebab kemarin ia yang memberitahunya untuk menemanis boss baru mereka tugas luar maka tidak mungkin ia datang berkunjung sementara ia juga harus bersiap-siap untuk bekerja.

My Boss is Overhormone #MILER1 (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang