Ting-Tong
Ceklek
Seorang wanita bergaya sederhana membuka pintu. Baju terusan bermotif batik. Rambut diikat satu pada belakang tengkuknya. Kantung matanya menghitam akibat tidak bisa tidur dengan nyeyak semalaman.
Sontak ketika pintu itu terbuka Clarisa langsung memeluk wanita yang membuka pintu tadi. Tangisnya kembali pecah. Tak mampu menatap wanita di hadapannya hanya bisa mengucapkan ribuan kata maaf dalam hati.
"Risa, kenapa menangis sayang?"
Clarisa menggeleng. Semakin terisak. Sang wanita tak mengerti hanya mampu mengelus sayang surai anaknya. Sebenarnya banyak pertanyaan dalam benaknya tetapi melihat kondisi anaknya yang tak kalah menyedihkan membuatnya urung bertanya.
"Ayo kita masuk. Kau bisa bercerita di dalam." ibu Clarisa membawa anaknya masuk. Menutup pintu. Mendudukkan anaknya di sofa lalu melangkahkan kaki menuju dapur membuat coklat hangat kesukaan anaknya.
Tangis Clarisa sudah mereda menyisakan isakan kecil yang sekali-dua muncul per menitnya. Sang ibu duduk bersampingan. Menyerahkan coklat hangat. Menatap lamat-lamat kesayangannya. Saat anaknya sudah lebih tenang barulah ia berani bertanya.
"Nak, ada apa dan kau dari mana saja? Kenapa kau tidak bisa dihubungi ibu mengkhawatirkanmu."
Clarisa meraih tangan ibunya. Mengenggam erat. Ia tidak bisa jujur. Ia tidak bisa menyakiti ibunya.
"Maafkan Risa bu, kemarin Risa lembur kerja lalu saat malamnya Risa di ajak teman-teman jalan bersama untuk refreshing dan Risa tidak bisa menghubungi ibu karena ponsel Risa lowbat. Maafkan Risa bu."
Clarisa tidak sepenuhnya berbohong dan tak sepenuhnya berkata sejujurnya. Ia memang lembur. Sepulang kerja teman-temannya mengajak jalan-jalan bersama tetapi ia tidak ikut karena ingin menuju apartemen mantan kekasihnya.
Tetapi setelah sampai di sana hal lain yang ia dapatkan sehingga ia tiba-tiba sudah ikut nimbrung bersama teman-temannya membuat teman-temannya sedikit kebingungan namun setelah melihat kondisi Clarisa yang bisa di kategorikan buruk itu pertanyaan-pertanyaan itupun urung di ucapkan.
Hari semakin malam. Satu per satu temannya pulang. Mengajak pulang bersama namun selalu di tolak oleh Clarisa hingga akhirnya tersisalah ia sendirian di sana. Cukup memprihatinkan melihat gadis yang selama ini mendapat gelar anak rumahan yang tak pernah sekalipun pergi ke tempat yang tidak akan di kunjungi orang baik-baik dan meminum minuman beralkohol malah berkali-kali meminta tambah.
Clarisa tidak bisa mengatakan jika ia pergi ke tempat terkutuk itu. Bisa-bisa ibunya terkena penyakit serangan jantung. Setidaknya Clarisa telah mengatakan bahwa ia jalan-jalan bersama teman. Menurutnya itu cukup.
"Ibu, Risa mohon jangan tinggalkan Risa apapun yang terjadi. Risa mohon."
Clarisa kembali terisak. Sang ibu menarik anaknya ke dalam dekapannya.
"Tidak akan anakku. Ibu tidak akan meninggalkanmu. Percayalah. Sekarang Risa istirahat ya. Risa pasti kelelahan. Nanti ibu akan menelpon ke kantor Risa dan mengatakan bahwa Risa sedang sakit. Okey?"
Clarisa mengangguk. Mengikuti ibu yang menuntunnya ke kamar. Membaringkan tubuhnya di ranjang. Menyelimuti. Mengecup kening.
"Istirahatlah." bisik ibunya sangat amat menenangkan.
Blam
Tepat ketika pintu kamarnya kembali tertutup Clarisa kembali terisak. Bagaimana ia bisa membohongi ibunya seperti ini. Mengapa ia sejahat ini.
¦¦
Tubuh Clarisa terasa lebih bugar. Ia memutuskan untuk kembali bekerja hari ini. Ibunya telah bertanya berkali-kali. Mengkhawatirkan anaknya. Tetapi selalu di jawab tak apa. Tidak ada yang perlu di khawatirkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/183952745-288-k762353.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss is Overhormone #MILER1 (TELAH TERBIT)
Romantiek[LINK PEMBELIAN TERSEDIA DI BIO] (Sebagian part di hapus demi kepentingan penerbitan) TW // cheating, mature content, fire, murder, blood [21+++] Di harapkan kebijakan dalam memilih bacaan [Sepenuhnya cerita dewasa dan sedikit bumbu komedi] ...