17

3K 136 7
                                    

Aku menempati apartemen ini kurang lebih sudah 4 tahun
Tapi baru kali ini tampak kemurungan terlukis  jelas disalah satu sudutnya
Dan itu karenaku
Mereka datang karena rindu tapi malah mendapati kenyataan pahit

Tatapan mata papa kosong
Kecewa
Itu jelas terlukis diwajahnya
Meskipun tanpa banyak kata
Sementara
Mama masih terisak isak

Kaki ku lemas

Serasa ada pemberat puluhan kilo
Melangkah menuju mereka
Aku belum bisa membahagiakan mereka tapi kesedihan dan kekecewaan yang mereka dapatkan

Mereka adalah orang terkasihku
Aku putri mereka
Yang mereka besarkan dengan harapan tinggi

Aku bisa menjadi orang yang BENAR.
Cuma itu.....
Itu sudah cukup
Tak perlulah harapan  yang muluk muluk..
Itu tak berguna lagi

"Mamaah..."

Hanya itu yang mampu kuucapkan
Berusaha memeluk mereka
ingin kuyakinkan bahwa ini tak seperti yang mereka lihat..
Tapi apa...
Aku sendiri tidak yakin..

"Ma...jangan menangis.."

Aku tergugu memeluk wanita yang telah melahirkanku
meskipun mama tak menepisnya tapi tak juga membalasnya

"Aku mendidikmu dengan harga diri dan kehormatan yang tinggi..tapi kenapa...kenapa nduk...jika kamu sudah kepingin menikah kenapa gak bilang...jika kamu tidak bisa mencari pacar pasti mama dan papa akan usahakan...huu..hu..tapi tidak begini caranya...apa kamu begitu putus asanya..."

Aku terlonjak kaget
Whattt?

"Mamma...apa yang tengah mama pikirkan... bagaimana bisa mama berfikir aku yang kemarin fine fine ajah terus kebelet ngawinin anak orang dari pada gak ada yang mau.. dari pada nganggur melulu..
Tuhan...
"mama aku ini cantik buset dah klo menerka gak kira kira"
"Lalu apa kenyataanya jika memang tidak seperti itu
Adegan film..syuting sinetron..?"

"Itu...iitu...i itu..."

"Lah kamu gak bisa jawab kan"

Aku mesti jawab apa...ada yang tau?

"Sudahlah ma..nasi sudah jadi bubur..kita harus selamatkan anak kita...bagaimanapun anak itu harus tanggung jawab kalian harus segera menikah"

Papa melerai
"Papa...bagaimana mungkin aku nikah ma tu bocah...pa dia masih ingusan pa...masi sma  pake baju abu abu putih pa.. uang saky masih minta nyokapnya
ini musibah namanya...gak gak...nana gak mau pa..."
Papa menatap tajam padaku dan itu sudah cukup membuatku kicep

"Apa kamu gak liat kami nduk...betapa kecewanya kami datang datang liat kamu...
sudah lah kamu yang berbuat kamu harus tanggung jawab ..."

"Tapi pa...apa kata dunia..bidan yang udah dewasa kaya aku nikahnya sama anak sma pa...aku dah cari duit dianya masih minta bokapnya.. aku bakal diledekin orang sedunia pa..malu pa.."

"Kanapa saat mengajaknya kekamar kau tak berfikir sampai disana.. sudah berapa lama kalian seperti ini jangan sampai menunggu ada jabang bayi diperutmu.."

Mendengar itu aku reflek memegang perutku

"Ih...papa kok kesono sono sih.."

"Kamu bidan geblek apa gak tau klo perbuatanmu bisa mengahsilkan seorang anak bukan jadi emas 24 karat"

Mama mulai memukul pahaku
Duh maaa......sakit...

"Mana dia...cepat panggil...papa akan minta pertanggung jawabanya sebagai laki laki"

Ia juga...mana tu bocah
apa dia sudah ngacir...hmmm..

Baru aku akan beranjak sosok itu muncul dari balik pintu kamarku
Baju yang dipakainya semalam blue denim dg kemeja warna sama yang digulung sampai siku wajah tampan nya tampak bersih....
Cih mandi segala dia..
Dan yang membuatku syok bibir itu mengulum senyum menghampiri kami dan duduk disamping papa

" pa...aku sudah sangat siap untuk menikahinya aku bertanggung jawab"

Uwhatt...the hell.....
Bocahh.....


Brondong...my god..!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang