20

3.5K 132 18
                                    

Kubuka lemari pakaianku dan mengedarkan pandanganku
Yelah...
Kalo aku kepingin dilamar harusnya dandan yang oke 

tapi ini bencana 

ngapain coba

Hitam
Yep
Aku  lagi berduka cita
Blus lengan panjang warna hitam dan rok batik yang kubeli saat liburan ke jogja
Ini cukup mewakili perasaanku yang tengah mendung
Sengaja kupilih lipstik warna terang biar camer berpikir ulang untuk menjadikanku menantu
Rambutku yang masih setengah basah cukup disisir aja biar gak kayak mak lampir lampir amat 

Dag

Dig

Dug

Sepatu ku yang beradu dengan lantai berlomba dengan suara detak jantungku 

Ruangan hening seketika

disana papa mama serta tiga mahkluk asing diruang tamu kami
Tamu yang di undang...
papa yang tengah menagih pertanggungjawaban keluarga Daniel
Dan mahkluk sumber dari bencana ini tengah melambaikan tangannya santai kearahku 

 senyum lebarnya menampakkan deretan gigi yang rapi

"Hai tan...sini"

Cengairan tanpa dosanya lenyap seketika saat mamanya atau sang calon mertua mencubit perutnya 

"Adduh...mam..."

Mama Daniel melotot 

"Masa calon istrimu dipanggil tante"

Daniel cuma cengengesan malu
Dan aku...
Apa gak lebih malu coba?
Udah ketangkap basah ma ni bocah sekarang berasa banget aku yang mau dan ngebet sampai sampai ngejebak dia aja buat nikahin aku
Eleh..eleh...

Kuangkat daguku tingi
Ini kesempatan terakhir  menyelamatkan harga diriku
Jika bukan aku siapa lagi?
Tu bocah?
Mimpi kali
Pasti diotaknya sekarang cuma kawin doang isinya

Kuulurkan tanganku dan mencoba menatap mata big bos ku ini
Aku hanya beberapa kali bertemu tapi tidak sampai begitu hapal  detail wajah beliau
Tampan berwibawa dan masih cukup muda.
Well...
Jadi wajah daniel punya maminya yang cantik dan imut sementara tinggi didapat dari papanya yang juga jangkung
Tapi seringai tengilnya gak tau nemu dimana ni anak
Fix
Kucoba fokus kembali

Maklumkah pegawai rendah sepertiku jarang berjumpa dengan pemilik beberapa rumah sakit besar termasuk tempatku bekerja.
Big bos hanya datang  pada saat peresmian gedung rumah sakit atau saat ada tamu penting dengan jalinan kerjasama dalam sebuah program tertentu

Kalangan atas dan bawah
Itulah perbedaan kami
Tatapannya tajam menilaiku
Gugup?
Tentu
Pelan beliau ulurkan tangan
Jabatanya singkat dan ringan dan tanpa senyum
Well
Langsung beralih berjabat dengan sang nyonya dalam balutan hijab dan busana resmi yang anggun
Tuan dan nyonya steven
seulas senyum muncul dibibir wanita elegan itu
Jabat tanganya lembut dan hangat hingga sekian detik tanganku masih dalam genggamnya

"Duduk na"

Ucapnya pelan
Sebelum kujawab tangan besar daniel menarikku membuat ku jatuh berdebam di kursi kayu ukir ruang tamu disamping Daniel
Melihat itu tuan steven mengurut pelipisnya dengan ekspresi aneh sambil membuang muka sementara sang istri geleng kepala menatap putra nya yang aneh
ck ck ck

"Baiklah...karena anak kami telah hadir disini kiranya putra bapak dan ibu telah menyampaikan maksud dan tujuan kita berkumpul disini.."
Papa membuka pidatonya dengan lancar sementara tuan steven hanya mengangguk kecil tanpa ekspresi

Begitulah akhirnya
Papa membacakan tuntutan nya dengan menginginkan pernikahan secepatnya untuk mencegah hal hal yang tidak diinginkan
Perundingan berlangsung alot karena sepertinya papa menginginkan sebuah pesta untuk pernikahan sekali seumur hidup dan pihak keluarga Daniel ingin sampai daniel lulus kuliah hanya mensyahkan secara agama alias menikah siri

Brondong...my god..!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang