33. Yumna dan saran aneh.

890 88 1
                                    

Suara gaduh dari kelas X IPA 2 benar-benar menganggu proses belajar mengajar disekitar kelas tersebut. Bahkan, suara pekikan dari beberapa siswi benar-benar membuat telinga panas.

Yumna memijat pelipisnya. Merasa lelah dengan apa yang sedang teman-temannya lakukan. Benar-benar tidak terkontrol.

Guru yang bertugas hari ini tidak bisa hadir dikarenakan ada urusan mendadak yang tidak bisa ditinggalkan. Sedangkan guru yang lain juga sibuk, dan tidak bisa mengurus kelas X IPA 2.

"Bob, pita suara Lala, terbuat dari apa, sih? Dari tadi, teriak mulu. Sumpah, pening pala gue" kesal Yumna.

Bobi mengangkat bahunya. "Mana gue tehe. Lagian nih, ya. Dari pada kita dengerin bacot Lala, yang gak ada habisnya. Lebih baik, kita ke kantin aja" ajak Bobi.

Yumna menggeleng. "Gue tau, kok. Lo lagi krisis uang, makanya ngajak gue ke kantin"

"Sialan, tau aja" gumam Bobi. "Tapi, kan. Lebih baik di kantin, dari pada dikelas"

"Ya udah, lo aja yang ke kantin. Gue mau tidur di perpus aja" Yumna bergegas meninggalkan kelas.

Bobi berdecak. "Minta ditraktir bakso lima rebu, pelit banget lu"

"Bacot ah, lo tuh yang pelit sama diri sendiri. Timbang lima ribu untuk diri sendiri juga. Ah, fakir miskin" balas Aldo, teman Bobi.

Yumna bersyukur setelah cukup jauh dari kelasnya. Bersyukur karena telinganya tidak mendengar teriakan-teriakan alay dari Lala dan teman-teman.

Yumna terus berjalan, menaiki tangga satu-persatu. Sesekali, ia membaca kata-kata atau nama yang tertulis ditembok.

Dengan usil, Yumna mengeluarkan pulpen dari saku bajunya. Ia menulis sesuatu ditembok, lalu menyimpan kembali pulpennya ditempat semula.

Sesampainya di perpustakaan, Yumna menuju tempat duduk favoritnya. Tapi, sudah ada orang yang lebih dulu mengisi tempat itu.

Hembusan nafas pelan terdengar oleh Yumna. Langkah Yumna semakin mendekat kearah tempat duduk favoritnya itu. Yumna penasaran, siapa yang sedang membolos jam pelajaran, tetapi tidak dimarahi oleh pak Ibrahim.

"Lah? Gilang?" Panggil Yumna pelan.

Sosok itu mengangkat kepalanya, dan benar saja. Dia adalah Gilang, si ketua OSIS yang ingin menjadi teladan bagi teman-teman yang lain.

"Lo ngapain disini?" Tanta Yumna.

"Lagi galau gue" jawab Gilang pelan.

Yumna menarik kursi kosong yang ada dihadapan Gilang. "Galau? Lo galau?"

Gilang mengangguk pelan. "Gue galau, antara move on, atau cari yang baru. Sedangkan move on itu gak instan kayak indomie, sarimie, dan mie sedaap seleraku"

Yumna terkekeh pelan. Sedang galau saja masih bisa membuat lelucon. "Kalau belum bisa move on, ya usaha dong. Jangan terjebak di ruangan yang sama"

Gilang menatap Yumna serius. "Lo tau, kan? Gue gak pernah pacaran? Disaat gue mau ngajak dia pacaran, tapi dia udah gandeng cowok lain. Gimana perasaan lo, Gimana?"

"Ya jelas hati gue retak lah. Merasa perjuangan gue selama ini untuk memantapkan diri itu sia-sia" jawab Yumna. "Tapi, kalau lo terus kejebak diruang yang sama dan menganggap kalau dia satu-satunya cewek yang ada didunia ini. Lo bakalan jadi homo, karena trauma sama cewek"

Gilang menggeleng dengan wajah jijik. "Amit-amit, Na. Jangan nyumpahin gue, dong!"

Yumna mendengus geli. "Siapa juga yang doain? Gue cuma ngomong"

Gilang kembali menundukkan kepalanya. "Kasih gue tips move on, dong"

Yumna berpikir sebentar, lalu menjentikkan jarinya pelan. "Kata orang, rumus pata hati itu, adalah hati yang baru. Menurut lo?"

My Formal Man.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang