38. Yumma menahan Kerinduan.

786 78 3
                                    

Yumna ditarik pulang dengan wajah yang masih keras. Ia belum mengeluarkan semua kata-kata yang sudah terpendam. Tapi Junjun membawanya pulang.

Junjun pusing dengan pertengkaran Yumna dan Mark. Mereka membahas anak juga membahas tentang aksi masa pada tanggal 21 dan 22. Mereka seperti orang penting saja.

"Aku belum selesai ngomong sama, Mark" protes Yumna dirumah Junjun.

"I know, lah. Tapi aku yakin kalau, Mark bakalan jemput Sallen, beberapa jam lagi" balas Junjun.

"Aku gak akan kasih Sallen, ke manusia gak punya hati kayak dia" geram Yumna.

"Hey, dia itu orang tuanya. Seperti yang dia bilang, dia gak akan adopsi Sallen, kalau dia gak cinta sama Sallen, kamu jangan egois kayak gini, Na" nasihat Junjun.

Tumben Junjun bisa menasihati Yumna, biasanya ia adalah orang yang sering mendukung Yumna dalam hal-hal aneh yang tak terpikirkan.

"Koko, di pihak siapa, sih?" Kesal Yumna.

"Aku netral. Aku tau, kamu kesal sama Mark, karena dia acuh gak acuh sama anaknya, bahkan dia mau ngirim anaknya keluar negeri. Aku juga tau, kok kamu sayang sama Sallen, bahkan kamu sayang sama semua anak-anak yang ada di kompleks ini. Sampai semua berharap, punya orang tua seperti kamu" ucap Junjun.

Yumna tersentak. Apakah benar, mereka berharap Yumna menjadi orang tua mereka? Yumna merasa bahagia, tapi juga sedikit tidak enak.

Maksudnya, setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mendidik buah hati. Yumna memang belum menjadi orang tua, tapi ia belajar melalui Junjun, Chanwo, Yuu, dan Proth.

Kalau anak-anak berharap memiliki orang tua seperti Yumna, itu tandanya mereka tidak menghargai orang tua kandung mereka. Tapi, ini bukan salah siapa-siapa, anak-anak masih terlalu kecil untuk memikirkan perasaan orang lain. Sedangkan Yumna, ia hanya mengikuti kata hatinya yang selalu nyaman setiap dekat dengan anak kecil, ini juga bukan salah orang tua mereka, karena memang mereka yang suka bermain.

"Tapi aku masih kesel, Ko" gumam Yumna.

"Istighfar saja lah, aku sebelum jadi mualaf suka emosi, tapi selalu di ajar istighfar sama Lili, akhirnya aku bisa kontrol emosi karena itu" saran Junjun.

Yumna mengangguk dan didalam hati terus mengucap istighfar seperti yang Junjun sarankan. Yumna memang merasa lebih adem setelah mengucapkan istighfar.

"Pulang sana, kasih anak orang kamu tinggal sendiri dirumah" ucap Junjun.

"Iya, nih pulang. Salam sama Ce Lili, bye"

Junjun menggeleng pelan. "Gak nyangka gitu, umur 16 udah bisa marah-marah ke orang yang lebih tua, udah gitu dia benar lagi. Emang cerdas"

Yumna menatap bingung motor Vario yang parkir didepan rumahnya. Seperti kenal dan merasa tidak asing.

"Lah? Ini motor Mas Abizard, bukan?" Gumam Yumna kaget.

Dengan langkah seribu Yumna memasuki rumahnya, ia menatap Sallen dan Abizard yang sedang duduk diruang tamu. Mereka sedang mengobrol.

"Bunda lama, Ayah udah nunggu dari tadi" ucap Sallen.

Yumna menatap Abizard terkejut. "Mas, udah lama?! Kenapa gak pulang aja. Mas juga lagi USBN, kan. Jangan keluar-keluar rumah lah. Nanti, Bu Mira marah gimana, coba?"

Abizard terkekeh pelan. "tidak apa-apa. Saya sudah pamit dengan mama saya"

"Ya tapi, Mas masih Ujian. Jangan gini lah, nanti nilainya malah jelek" ucap Yumna dengan wajah khawatir.

"Saya akan belajar sepulang dari rumah mu" ucap Abizard.

"Ya udah, sekarang pulang" ucap Yumna cepat. "Sana pulang, belajar yang rajin biar bisa dapat nilai bagus" lanjut Yumna.

My Formal Man.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang