19. Yumna ingin lebih lama.

817 98 4
                                    

Acara kajian di masjid itu udah selesai setelah sholat Isya berjamaah. Tidak ada yang menyapa Yumna sedari tadi, ia hanya sendiri dengan wajah bosan dan beberapa kali memperhatikan balita-balita yang baru bisa berjalan dengan ibunya.

Yumna menunggu Azmi di tangga masjid. Yumna sudah menelfonnya, tadi. Dan Azmi mengatakan jika ia akan mengobrol sebentar dengan temannya.

Yumna melihat mereka yang berbondong-bondong untuk pulang dengan kendaraan. Yumna jadi berfikir untuk membeli sebuah motor, tapi Yumna tidak memiliki uang untuk itu.

Dua orang bocah yang Yumna jumpai tadi, berjalan kearah Yumna. Dengan kaki kecilnya, Ahkam berlari semangat, meninggalkan Waldan dibelakangnya.

Yumna tersenyum, ia merentangkan tangannya, meminta untuk dipeluk. Dengan senang hati, Ahkam memeluk Yumna sayang. Entah kenapa, Yumna sangat jatuh cinta kepada Ahkam, apa Yumna naksir Ahkam?

"Bunda, sendiri?" Tanya Ahkam dengan wajah polosnya.

Yumna mengangguk. "Iya sendiri" jawab Yumna.

Ahkam melengkungkan bibirnya kebawah. "Pasti, Bunda sedih, kan? Ahkam temenin, ya? Ibu panti lagi ngobrol kok sama bapak baik" tawar Ahkam.

Yumna menatap Waldan yang sedari tadi hanya menyimak. "Beneran, Dan?" Tanya Yumna.

Waldan mengangguk sebagai jawaban.

Yumna tersenyum, untung saja ada Ahkam dan Waldan, jadi Yumna tidak akan terlalu bosan menunggu Azmi yang katanya mengobrol 'sebentar'.

"Teman yang lain, mana?" Tanya Yumna mencari topik pembahasan.

"Lagi main di taman" jawab Waldan.

"Kok, Waldan sama Ahkam, gak ikut main?" Tanya Yumna lagi.

Waldan menunduk sedih. "Mereka gak mau main kalau sama, Waldan" jawab Waldan pelan.

Yumna mengangguk mengerti. Ia menarik Waldan kepelukannya, Yumna juga dulu seperti itu. Teman-temannya akan diam mematung jika ada Yumna disekitar mereka. Kalau Yumna, ia akan masa bodoh. Tetapi Waldan? Bisa saja ia tertekan.

"Waldan mau main?" Tanya Yumna.

Waldan menatap Yumna dengan tatapan antusias. "Main apa?" Tanyanya.

Yumna membuat gaya berfikir. Ia mengetuk dagunya dengan telunjuk. "Bagiamana kalau ....." Yumna menjeda sebenatr dengan wajah usilnya. "Main kejar-kejaran dan Waldan yang jadi!" Sambung Yumna lalu menggendong Ahkam.

Waldan terdiam ditempatnya, masih mencerna apa yang Yumna katakan barusan. Hingga Ahkam yang sudah turun dari gendongan Yumna menyadarkan Waldan.

"Mas! Ayo, kejar! Mas yang jadi" teriak Ahkam.

Sudut bibir Waldan terangkat. Ia bergegas mengejar Ahkam dan Yumna. Mereka berlari dengan tawa yang terus keluar dari mulut mereka.

"Ayo kejar" pancing Yumna.

Waldan mengejar Yumna dan malah Ahkam yang berteriak histeris. Yumna dan Waldan tertawa, lalu saat Yumna lengah, Waldan menyentuh lengan Yumna.

"Bunda, jadi" ucapnya.

Waldan berlari menjauh, Yumna tertawa lalu mulai mengejar mereka. Waldan dan Ahkam berlari sambil berpegangan tangan hingga Yumna menangkap keduanya didalam pelukan.

"Ketangkap! Bunda, menang" teriak Yumna.

Waldan dan Ahkam tertawa sambil balas memeluk Yumna.

Dari kejauhan, sosok lelaki itu memperhatikan mereka. Sudah dari lama, dan ia terus dibuat senyum dengan tingkah dua bocah dan satu orang wanita itu.

My Formal Man.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang