37. Yumna dengan 51 bukti.

750 89 1
                                    

Niat untuk membuat wajah Mark babak blur tidak terlaksanakan karena kehadiran Junjun. Yumna merasa kesal, nafsunya yang menggebu dipaksa berhenti oleh Junjun.

Dengan wajah bingung dan sedikit sakit, Mark mempersilahkan Yumna dan Junjun duduk. Mark juga menawarkan minuman, tapi ditolak sarkas oleh Yumna.

"Jangan sok memperlakukan tamu dengan baik, kalau tamu yang Allah kasih aja lo gak bisa jamu dengan baik"

Yumna terlalu sering menggunakan perumpamaan. Hingga beberapa orang harus mendengar kata tersebut berulang-ulang agar paham.

"Jangan pakai perumpamaan. Aku sarjana ekonomi, bukan sarjana bahasa" protes Junjun.

"Ko, mending diam deh. Dari pada tangan ku melayang" kesal Yumna.

Junjun menutup bibir rapat, dan menunduk takut. Junjun tidak mau wajah tampannya dihantam oleh tangan Yumna yang super kuat. Untung bukan super Dede.

"Jadi, apa masalah lo sampai nonjok gue?" Tanya Mark.

Yumna berdecih, "seharusnya, gue yang nanya. Apa masalah lo sampai lo mau ngirim Sallen, ke Belanda?" Balas Yumna.

Mark tersentak, ia sedikit berdeham dan memperbaiki posisi duduknya. "Ibu gue kangen cucunya" jawab Mark gugup.

Yumna mendengus kesal. Satu ujung bibirnya terangkat, tersenyum sarkas. "Really? It's not lie, right?"

Mark menelan ludah gugup. Ia menatap Yumna takut.

"Mark, kalau lo udah gak sanggup untuk ngurus Sallen, you can give Sallen, to me. Dengan senang hati, gue bakalan ngurus Sallen, you know" ucap Yumna.

"I know, jadi orang tua itu gak mudah. Tapi setiap orang tua akan berusaha jadi yang terbaik. Lalu, apa yang lo lakuin? Ngirim anak lo le Belanda? Oke, i know, Sallen buka anak kandung lo. Tapi dimana hati nurani lo, Mark. Karena dia juga lo bisa punya anak sekarang"

"Yumna, pelan-pelan" tegur Junjun.

"Seandainya, Koko ada diposisi ku, Koko gak akan bisa pelan-pelan. Ini urusan anak ku" balas Yumna.

Mendengar balasan Yumna, Junjun kembali menutup rapat bibirnya. Junjun benar-benar harus diam, dia tidak boleh ikut campur. Kecuali darurat, contohnya saat Yumna mulai main fisik.

"Gue mungkin terkesan ikut campur dalam rumah tangga lo, Mark. Tapi Sallen, gue gak bisa lepas dia dengan mudah. Apa lagi gue tau, lo gak memperlakukan dia seperti anak. Lo memperlakukan dia seperti penjaga rumah" Yumna masih mengeluarkan unek-uneknya.

"Dia gak pernah protes sama gue" Mark membela diri.

Yumna tercengang dengan kata-kata Mark. Apa seorang bocah umur 6 tahun harus protes saat ditinggal sendiri? Tidak mungkin, karena ia memiliki hak untuk dijaga.

"Mark, lo sadar gak, sih? Umur anak lo baru 6 tahun, dan dengan entengnya lo bilang kalau dia gak protes saat lo tinggal. Bahkan, anak umur 15 tahun, kalau ditinggal orang tuanya, dia masih nangis. Apa kabar anak lo?"

"Gue masih bisa diam kalau, Sallen lo tinggal dengan satu orang atau dua orang. Lo kaya, lo punya uang untuk sewa baby sitter, tapi lo malah biarin anak lo sendiri dirumah yang besar ini. Lo gak mikirin hal-hal buruk yang bakal terjadi sama anak lo, ha? Apa yang bisa anak umur 6 tahun lakukan saat ketemu maling"

"Buat jebakan" sela Junjun pelan.

"Ini bukan cerita 'Home alone', Ko" geram Yumna.

Junjun menciut. Memukul bibirnya tiga kali, dan merutuki betapa lancang mulutnya menyela perkataan Yumna.

My Formal Man.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang