My Best Friends( Tahap Revisi)

#part 42

Budidayakn vote sebelum membaca ya, soalnya suka tuman sih gak pernah vote, vote dulu ya:)

***

"Udah berhenti, gak usah di jelasin lagi" ucap renzo lemah dan di sertai isakan

"Maafin aku ya, udah ninggalin kamu begitu aja, tanpa aku datang in kamu waktu itu. Padahal aku tahu kalau kamu nungguin aku, maafin aku ren" ucap erlan sambil menggenggam tangan renzo

"Kamu emang salah, bahkan salah besar telah membohongi aku, tapi aku tahu kalau selama ini juga hati kamu masih tetap sama aku, dan masih cinta sama aku"jelas renzo dan menaruh tangan nya di atas tangan erlan saling bertumpuk tangan

" makasih banget sayang , kamu selalu ada buat aku, bahkan kamu tunggu in aku sampai aku sukses seperti ini, aku sayang banget sama kamu" erlan mengecup kening renzo, renzo tersenyum hati nya sudah lega sekarang mendengar penjelasan erlan dan semua penjelasan nya tidak ada yg menyakitkan hatinya ya walau ada tentang ayahnya erlan yang menyuruh memutuskan hubungan nya dengan erlan namun ia tahu bahwa ayahnya erlan. Ingin yang terbaik untuk anaknya

"Kamu  gak perlu berterima kasih, karna ya tugas aku emng nungguin kamu, aku udah janji saya kamu"

"Iya, aku bangga punya pacar kaya kamu"

"Aku juga bangga punya pacara seorang dokter ganteng kaya kamu" ujarnya tersenyum" oh iya erlan, kamu pernah bikin puisi buat aku?"tanya renzo tiba tiba

"Puisi?" ia berpikir sejenak"oh iya aku pernah bikin puisi buat kamu. Sewaktu aku ingin pergi ke berlin, kenapa?"

"Oh ternyata itu buatan kamu, aku suka ama puisi itu" ujarnya di sertai senyum yang melengkung

"Aku kira puisi itu terbuang, karna aku taruh di depan pintu rumah kamu, kamu temukan dimana?"

"Aku juga heran, puisi itu ada di meja belajar aku sewaktu aku bereskan meja itu, terus jatuh ke lantai, aku gak tau kenapa ada si situ" ucapnya teheran

"Itu abang yang naruh" ucap rangga tiba tiba masuk ke dalam"puisi itu abang yg nemuin terus abang taro deh di meja lo" jelasnya sambil menaruh bubur di meja

"Kok abang gak kasih tau renzo?"

"Karna waktu itu lo udh bisa bangkit dari kesedihan lo, terus abang pikir kalo abang kasih lo bakal sedih lagi sama murung di kamar, tapi lo udah baca kan puisi itu?" jelasnya di situ erlan merasa malu dengan perkataan rangga seperti perkataan menyindir untuk dirinya " eh sorry gua gak maksud ny inggung lo" ucap rangga yang tahu akan raut wajah erlan

"Iya bang gpp kok"

"Oh iya nih makan buburnya, lo belum makan" rangga memberikan bubur itu ke erlan dan menyuruhnya untuk menyukai renzo

"Iya bang makasih, yaudah sana pergi" usir renzo

"Gini nih kali udah deket lagi, udah kek perangko nempel mulut herman" ujarnya

"Heran bang, herman tukang bakso di depan komplek" ucap renzo dengan cengiran

"Typo abang, yaudah di makan ya, abang keluar dulu" lalu rangga pergi dari ruanganya

Setelah kepergian rangga erlan menyuapi bubur ke renzo, pelan pelan ia menyuapinya

🌻🌻🌻

"Bang" panggil erlan ke rangga

"Kenapa?"

"Bisa ikut gue ke ruangan?"

"Iya"

Lalu rangga dan erlan pun menyusuri lorong rumah sakit dan sampailah mereka di ruangan erlan , mereka masuk ke dalam dan duduk di sofa