Bimo dan Muti
Sebenarnya kisah Bimo dan Muti adalah sebuah gambaran kehidupan nyata yang banyak dihadapi oleh wanita Indonesia. Banyak Muti-Muti lainnya yang harus berjuang demi mendapat kehidupan yang layak bagi keluarganya. Wanita yang harus membanting tulang karena suami tidak memahami perannya sebagai kepala keluarga, dan bahkan terkesan 'ya sudahlah, istriku mampu mendapatkan uang lebih dariku'.
Ya, seandainya pria memahami betul tugas dan kewajibannya, maka tak perlu ada airmata di netra wanita. Disinilah diperlukannya seorang imam harus memiliki pemahaman agama yang baik dan benar, jika ia mengerti dan paham maka ia akan menjadi imam yang baik bagi istri dan juga anaknya.
Muti hanyalah salah satu dari sekian wanita yang diuji oleh Allah melalui sikap Bimo. Jika Muti mampu bertahan hingga belasan tahun, bukan karena ia bodoh namun lebih pada belajar untuk lebih sabar dan tawakal. Ada keyakinan dalam hatinya bahwa apapun yang terjadi adalah garis takdir untuknya.
Banyak yang berpendapat bahwa sabar dan bodoh itu beda tipis. Allah lebih tahu cara memandang makhlukNYA, Allah lebih tahu cara membedakan mana yang bodoh dan mana yang bersabar atas ujian yang diberikan.
Sebenarnya author jadi tergelitik oleh hal tersebut, ingin mengadakan survei berapa banyak wanita yang mampu bertahan seperti Muti di Indonesia ini.
Setiap orang punya pilihan, semua orang juga berhak bahagia. Entahlah dengan Muti, tak tahu hingga kapan ia akan terus bersabar. Muti hingga kini hanya berfikir tentang bagaimana mempersiapkan masa depan anak-anaknya tanpa memperdulikan kebahagiannya.
Muti pernah punya keinginan untuk pergi jauh meninggalkan semua, membawa anak-anaknya pergi menghilang dan menjalani hidup tanpa beban yang menghimpit. Namun, lagi-lagi Muti hanya kasihan kepada anak-anaknya yang akan kehilangan kasih sayang ayahnya. Muti tak ingin anak-anaknya seperti dirinya yang tak pernah mendapat kasih sayang dari seorang ayah, karena ayah Muti telah meninggal sebelum ia dilahirkan. Bahkan setelah ibunya menikah lagi pun Muti semakin kehilangan kasih sayang kedua orang tuanya.
Muti tak ingin anaknya merasakan apa yang ia rasakan.
Muti oh Muti...
****
Hai, para readers. Selama Ramadhan kisah Muti dan Bimo tidak tayang dulu ya. Kata Muti, dia tak ingin menyebabkan orang lain pada kesel. Tapi... bukannya Bimo yang ngeselin, ya?
Ah, sudahlah. Pokoknya begitu deh kata si Muti, tak ingin orang lain kesal. Kecuali kalau di bulan Ramadhan nanti Bimo dapat hidayah, mungkin kisah Muti akan tayang kembali.
Jadi, selama bulan Ramadhan ini author banting stir ke kisah lain. Semoga para readers banyak yang suka dan dapat mengambil inti pembelajaran dari cerita tersebut.
Akhir kata, Author ucapin selamat menyambut bulan Puasa bagi umat Islam yang menjalankan. Semoga di bulan penuh berkah kita mendapatkan kebaikan. Aamiin...
Krisan positif selalu saya tunggu😊🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH PENGUJI
Short Storyulasan tentang keluh kesah seorang wanita yang telah lelah menanggung beban