#Edisi kaga nahan pengen nulis kisah Muti dan Bimo
Author seminggu ini kepo maksimal sama kabar Muti dan Bimo. Sengaja nih ngulik dan ngintip sedikit kabar mereka.
"Mbak, gimana kabar?" Tanyaku setelah kami duduk di kursi sebuah foodcourt saat buka bersama special dengannya.
"Baik, Thor. Kamu sendiri gimana?"
"Alhamdulillah masih dikasih sehat dan umur panjang, Mbak."
"Bang Bimo gimana kabarnya?"
Hanya senyum penuh makna yang ia suguhkan untuk menjawab. Nampak raut wajah malas membahas tentang Bimo.
"Eh, chicken steaknya sudah datang tuh. Bentar lagi magrib." Ucapnya mengalihkan pembicaraan.
Aku hanya memandangnya, memperhatikan setiap ekspresi yang nampak di wajahnya. Mencoba meramal apa yang ada dalam pikirannya.
"Thor, kamu kenapa? Ada yang aneh denganku?"
"Eh-oh-enggak, Mbak." Jawabku tergagap.
"Terus ngapain lihatnya kayak gitu?"
"Kagum aja sama mbak. Mbak kulakan sabar dari mana?"
"Hahaha... kamu ini ada-ada aja. Sabar tuh bukan kulakan, tapi kita sendiri yang menciptakan."
"Gimana caranya, Mbak?"
"Sabar dan bertahan itu pilihan, melepas dan pergi itu juga pilihan. Setiap pilihan pasti punya konsekuensi."
"Itu artinya mbak mengambil konsekuensi untuk terus sabar dan bertahan dengan Bang Bimo?"
Hembusan nafas berat terdengar kasar. Wajah yang tadinya tenang nampak kembali galau.
"Kamu tahu sisa uang gaji Mas Bimo bulan ini?"
"Berapa?"
"Satu juta delapan ratus ribu rupiah, tapi di transfer ke aku hanya lima ratus ribu. Selang tiga hari dia minta aku transfer ke dia seratus lima puluh ribu."
Mataku membelalak kaget. Sungguh luar biasa Bang Bimo.
"Terus minggu ini uang lima ratus ribu habis hanya untuknya."
"Kok mbak masih kasih?"
"Gimana aku ga ngasih, Thor. Chat dia di WA aja bunyinya menyayat hati."
"Emang dia chat apa?"
"Nih, baca aja sendiri." Muti menyerahkan gawainya dan mataku mulai membaca pesan itu.
[Ma, ini papa buka puasa hanya dengan es campur dan gorengan saja. Buat belikan makan ibu saja aku ga punya uang]
"Ya Allah, Mbak. Kok ngenes amat sih?"
"Bingung aku, Thor. Di sisi lain itu adalah ibu mertuaku. Saat sehat beliau teramat sayang denganku."
"Tapi itu namanya manfaatin Mbak Muti donk."
"Aku hanya tak ingin ibu mertuaku kelaparan, aku ga bisa kalau harus mengacuhkannya."
"Tapi itu kan tanggungjawab Bang Bimo dan juga anak-anaknya ibu mertuamu, Mbak."
Lagi-lagi hanya senyum getir yang ia tunjukkan.
"Ibu mertuaku punya empat anak laki-laki semua. Dari ke-empat anak itu hanya Bang Bimo yang peduli pada ibunya."
Tersentuh juga hatiku, ternyata dibalik sikap tak jelasnya Bang Bimo tersimpan baktinya pada ibunya.
"Aku ingin, kelak anak-anakku bisa meniru papanya yang peduli dengan ibunya, Thor."
"Iya sih, Mbak. Tapi kan jadinya Mbak Muti yang jadi korban."
"InshaAllah aku ikhlas, Thor."
"Terus masalah kebiasaan hutang Bang Bimo gimana?"
"Untuk satu itu kayaknya semakin gila deh, Thor. Bulan Mei ini dia udah lunas hutang kantor dan juga Hpnya."
"Alhamdulillah... tapi kok makin gila? Bukannya sudah selesai, Mbak?" Tanyaku sambil mengernyitkan dahi.
"Ya, iyalah. Orang dia udah punya rencana mau hutang lagi ke kantor habis lebaran ini, ngambilnya aja ga tanggung-tanggung lho."
"Emang mau buat apa lagi hutangnya?" Tanyaku masih kepo.
"Katanya buat isi rekening tabungan dia."
"Apa?" Tanyaku dengan ekspresi yang entahlah. Antara bingung, kaget, dan apalah-apalah pokoknya.
"Bingung ya dengan cara fikirnya?" Kata Muti sambil tertawa kecil.
"Banget, Mbak. Kok aku pusing ya, Mbak. Padahal ini baru denger cerita, lho. Belum ngalamin sendiri." Kataku seraya memijit dahiku.
"Ah, sudahlah. Sudah adzan tuh, kita buka, yuk!"
Sepanjang makan chicken steak dan milk shake floating strawberry, mataku tak bisa lepas menatap kagum sosok di depanku ini.
Sedangkan dia, masih asyik menikmati makanannya. Sesekali memotongkan chicken steak milik putri kecilnya yang kesulitan memegang pisau.
"Mbak, kita salatnya gantian, ya. Aku mau ke atas dulu." Pamitku padanya, ia hanya mengangguk.
Di lantai dua, aku bersujud mengucapkan puji syukur atas kehidupanku. Allah masih memberiku kemudahan rejeki, tanpa harus kerja keras keluar rumah. Allah telah membuat rejeki yang datang menghampiriku, Allah telah memberiku banyak kemudahan, meskipun hidupku tak jauh beda dengan Muti.
Keep strong always wanita tangguh...
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH PENGUJI
Short Storyulasan tentang keluh kesah seorang wanita yang telah lelah menanggung beban