Harus Bisa! ( P 15 )

190 7 0
                                        

Kevin mengerjapkan matanya berkali-kali. Menyesuaikan cahaya yang masuk ke kornea matanya. Setelah sesuai ia melirik kenan dan kekiri.

Tangannya terasa sangat perih dan susah digerakkan. Sesaat setelah itu, ia melihat seorang wanita yang sedang duduk dibangku tunggu kamar rawatnya.

Kevin terkejut bukan main bahwa yang duduk di situ adalah wanita-nya Mila. "Mila" panggil Kevin. Suara Kevin yang serak dan sangat pelan itu mampu membuat Mila menoleh.

"Vin?" Mila mendekat. Ia berpikir bahwa ia harus tetap pada pendiriannya. Membuat Kevin sadar.

"Lo udah baikan?" Ucap Mila santai. Hati Kevin seperti teriris oleh pisau kecil. Mila yang biasanya menggunakan aku-kamu sekarang menggunakan lo-gue.

"Kamu-" ucapan Kevin terpotong. "Tadi lo jatoh didepan gw. Ya gw tolongin lah." Ucap Mila kemudian. "Gw gaada waktu banyak ni gw balik dulu ya" ucapnya lagi.

Hati Mila sangat sakit mendengar apa yang dia ucapkan sendiri. Tak tega rasanya membuat Kevin sedih seperti ini. Tapi sekali lagi ia ingin membuat Kevin sadar sekalipun jika ia harus menjauhi Kevin. Atau kemungkinan terburuknya Kevin kecewa dengannya dan mencari tambatan hati yang lain.

"Kamu kenapa si Mil" ucap Kevin serak. Mencoba menahan tangisan yang akan keluar tapi hasilnya nihil bulir bening itu meluncur ke pipi Kevin.

Mila yang terkejut melihat Kevin nangis hanya bisa menahan diri agar tidak menangis juga. Biar bagaimanapun Kevin menangis karna dirinya. Pokoknya Mila harus bisa kuat dan tegar.

"Gw kenapa?" Tanya Mila mencoba mentralisir rasa sedihnya. "Lo yang kenapa. Gak tidur semaleman tangan lecet" tambahnya. "Kalo mau mati gausah kayak gitu, tabrakin aja diri lo" ucap Mila sakristis.

"Mila" tangisan Kevin makin bertambah saat Mila berkata seperti itu. "Sadar Vin. Gw cuma pengen lo sadar. Kalo lo itu salah. Jangan sampai lo terlambat" ucap Mila dan setelahnya pergi dari kamar rawat Kevin.

Sebelum menutup pintu Mila berkata sangat pelan tapi Kevin masih bisa mendengarnya.

"I'm sorry Vin i'm so sorry. I do this because i love you. Aku gamau kamu ada dijalan yang salah."

Kevin hanya bisa diam terpaku. Lalu menatap kertas yang Mila tinggalkan di bangku tunggu. Berusaha mengambilnya dan membacanya.

Bulir bening kembali turun dari mata coklatnya seiring dengan kata per kata yang Kevin baca.

"Maaf tapi aku gabisa Mil. Aku terlanjur benci sama Ali" ucap Kevin lalu meletakan kertas tersebut di nakas. Dan mulai terlelap.

***

"Mil"

Saat ini Mila sudah sampai dirumah Ali. Ada Mischa juga disana.

"Lo kenapa?" Tanya Mischa. Prilly yang mengerti menberi kode pada Ali untuk meninggalkan mereka berdua.

"Mischa?" Ucap Mila. Ia baru sadar jika ia meninggalkan Mischa di restorant tadi.

"Maaf ya, gw ninggalin lo. Gimana tadi kak Nadine pasti kecewa sama gw ya?" Lanjut Mila.

"Hei, Mil sini duduk dulu" kata Mischa dan menggandeng Mila untuk duduk disebelahnya.

"Kalo mau nangis, nangis aja" ucap Mischa.

"Boleh?"
"Iya boleh"

Mila berhamburan kepelukan Mischa dan mulai melampiaskan segala kekesalandan kesedihannya kepada Mischa.

"Gw kasian sama dia" lirih Mila. Mischa yang mengerti langsung mempererat pelukannya dengan Mila. Memberinya tempat ternyaman.

Saat ini Mila sudah tenang, ia malah memikirkan nasib Kevin di rumah sakit. Tak ada yang mengurusnya.

"Mischa temenin gw ke rumah sakit tempat Kevin dirawat ya" ucap Mila.

"Tapi ini udah malem Mil" kata Mischa. "Gapapa"

Akhirnya Mischa dan Mila berangkat ke rumah sakit setelah izin pada Ali dan Prilly.

Sampai di rumah sakit Mila segara mencari kamar rawat Kevin.

"Gw tunggu diluar aja" ucap Mischa meyakinkan Mila.

Mila sangat bersyukur bahwa Mischa mengerti posisinya saat ini.

"Ehem" Mila berdehem. "Mil?" Kevin mengerjapkan mata untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kw korneanya.

"Gimana?" Ucap Mila masih berjaga jarak. "Mendingan" kata Kevin.

"Maaf" kata itu keluar dari mulut Kevin. "Maaf" Kevin terus mengucapkan kata itu. Berkali-kali ia ucapkan sampai air mata jatuh ke pipinya.

"Maaf aku gabisa" Kevin memukul kepalanya. Merutuki kebodohannya, ia sadar jika harusnya ia kembali pada Mila. Tapi apa daya? Ego membunuhnya.

"Kamu pasti bisa" ucap Mila pilu. "Aku aja bisa masa kamu nggak?" Tambahnya.

"Ego aku terlalu tinggi sampe aku gak bisa ngendaliinnya. Aku bahkan rela kehilangan kamu" ucap Kevin menyayat hati. "Padahal hati aku bilang untuk terus bertahan sama kamu" lanjutnya.

"Aku frustasi Mil, aku gabisa ngendaliin ego aku sendiri"

"Aku kayak orang gila dan semua hanya karna ego. Anjing!" Umpat Kevin.

Tanpa aba-aba Mila memeluk Kevin. Membiarkan Kevin menghirup wangi parfum yang sudah lama tak ia cium. Membiarkan Kevin menyembunyikan wajahnya di lekukan lehernya.

Mengelus puncak kepala Kevin dengan halus. Tak bisa bohong jika Mila tidak rindu pada cinta pertamanya ini.

"Aku yakin kamu bisa, kembali sama aku dan mulai hidup baru Vin" ucap Mila sambil menggengam tangan Kevin. Meyakinkannya.

Sedikit ada keraguan dalam hati Kevin sampai akhirnya ia mengangguk menyetujui. Demi Mila.

"Aku janji" ucapnya. "Demi kamu" mereka mempererat pelukan itu. Saling menyalurkan kasih sayang yang sudah lama tak mereka bagi.

STRONGWhere stories live. Discover now