🍼 37 : Hantu di Villa Tua 🍼

5.2K 573 157
                                    

🌴🌴🌴🏵️ TITI 🏵️ 🌴🌴🌴

Akhirnya aku dan Chocho dipindahkan ke  villa keluarga Edisson yang ada di kaki bukit.

Dih, villa ini letaknya betul-betul terpencil. Di  belakang villa ada perkebunan anggur yang amat luas. Dan dibatasi pagar yang besar dan amat tertutup.

Pokoknya villa ini sangatlah terkucil. Mau masuk ke villa saja kita mesti melewati taman yang memerlukan waktu sepuluh menit untuk melaluinya. Itu pun dengan menggunakan mobil.

Kenapa bulu kudukku jadi bergidik? Villa ini seram! Kayak villa-villa yang pernah dipake syuting film horror.

"Pak Bas, apa villa ini pernah dipinjam untuk keperluan syuting film hantu?" Tanyaku kepo.

Pak Bastian tersenyum geli sebelum menjawab pertanyaanku,

"Tidak, Nyonya kecil. Keluarga Edisson tak butuh uang hingga harus menyewakan villa kepada pihak lain. Lagipula, Nyonya kan tahu, keluarga ini amatlah tertutup."

Iya juga, sih. Kenapa aku bisa melupakan hal sepenting itu. Kami diungsikan kemari kan gegara masalah privasi berlebihan ini juga!

"Kak Titi seram ya? Takut disini ada momoknya?" Tanya Chocho polos.

Dia menyebut hantu dengan kata 'momok', kayak anak kecil lainnya.

Aku tersenyum menenangkannya.

"Kalau ada Chocho, Kak Titi gak takut kok."

Chocho menggenggam tanganku dan meremasnya lembut.

"Jangan takut, Kak Titi. Ada Chocho. Chocho akan melindungi Kak Titi," katanya bangga sambil membusungkan dada.

Suamiku ini terlihat begitu menggemaskan hingga aku lupa akan ketakutanku sendiri.

Tapi begitu memasuki villa, suasana seram yang melingkupinya bikin aku ngerasa was-was lagi. Kayak ada yang mengawasi kami.

Aku bertanya pada Bik Tinah, si penjaga villa ini.

"Bik, nggak ngerasa seram tinggal disini?"

"Biasa saja," jawab Bik Tinah dengan ekspresi datar.

Mungkin dia dah biasa bergaul dengan setan-setan gentayangan disini, pikirku usil.

"Kak Titi, dia lebih menakutkan dari momok," bisik Chocho sambil menunjuk Bik Tinah.

Aku tertawa ngikik mendengar ucapan Chocho. Kupikir Chocho bergurau, tapi ternyata enggak. Chocho terlihat enggan dekat-dekat dengan Bik Tinah.

Apalagi saat Bik Tinah melirikku tajam, Chocho bergidik ketakutan.

"Nyonya kecil, tolong jaga ketenangan. Rumah ini tak suka bila ada suara berlebihan."

Aku hanya tersenyum masam.

Rumah ini sepertinya kurang suka dengan kehadiran kami!

"Nyonya besar akan menemui kalian saat makan malam. Sekarang kalian beristirahat saja di kamar. Ohya, satu hal lagi. Bila malam telah tiba, lebih baik kalian berada didalam kamar saja. Jangan berkeliaran di luar, kalian tak akan tahu siapa yang bisa kalian temui!"

Ini ancaman, atau sekedar menakut-nakuti? Tapi aku jadi penasaran.

"Emang siapa yang bisa kami temui? Di rumah ini selain Bibik dan Mama mertua, ada siapa lagi?"

Bik Tinah tersenyum misterius.

"Villa tua ini adalah peninggalan jaman Belanda. Konon dulu disini ada pembantaian besar-besaran keluarga  bangsawan Belanda oleh warga pribumi. Saya sendiri tak pernah dihantui siapapun, karena saya taat perintah leluhur untuk terus berada didalam kamar. Tapi beberapa orang ada yang melihat sesuatu yang tak semestinya."

24. My Baby (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang