BAGIAN 20

889 34 0
                                    

Sesampai dirumah bara membuat rere nervous sepanjang jalan ia masih gugup kalau akan kerumah camer(calon mertua). Secepat inikah ia akan bertemu keluarga bara ia saja masih menunggu kepastian bara tapi sudah diajak kerumahnya duluan. Oke oke rere harus kalem kalau ketemu camer tak boleh sedikitpun mendapatkan masalah jika terjadi hancur sudah pasti camer tak akan merestuinya.

"Tunggu bara kita beneran masuk kerumah kamu?" bara menatap heran tingkah rere.

"Gimana kalau kapan kapan aja aku belom siap nih" bara tetap menarik tangan rere. Rere terpaksa mengikutinya.

Mama bara sedang menonton tv dan ia melihat rere yang sedang dipegangi bara tapi kok mamanya bara cantik yah kayak masih muda gitu. Aduh rere bener bener gugup nih yaallah semoga aja rere gaditanya-tanya.

"Siapa ini?"

"Bukan urusan lo!"

"Bara ga boleh gitu sama mama kamu" tak ditanggapi lagi. Dasar benar benar menyebalkan.

Mereka masuk ruang kamar berwarna putih biru muda. Bara mengetuk pelan dan masuk terlihat wanita berumur yang sedang menatap keluar jendela. Rere melihat bara memegang tangan wanita itu mereka sedang berbisik yang tak bisa rere dengar karena obrolan yang sudah menghabiskan 20 menit itu akhirnya usai. Wanita yang sepertinya mama bara itu menatap bagai ibu yang siap melindungi anaknya itu lantas memeluk rere.

"Ini rere yang kamu ceritain?" mama bara menatap rere dengan senyuman khasnya. Rere mengulang kata-kata yang diucapkan mama bara. Bara menceritakan ia? Mana mungkin.

"Maksudnya tante?"

"Panggil mama aja"

"gaenak tante kan aku bukan siapa siapa bara" rere melirik bara yang sedang menatapnya. Tatapan bara mengintimidasinya.

"Gapapa kok tante seneng kalau dipanggil mama. btw bara gapernah loh bawa cewek selain kamu mungkin ini pertama kalinya"

"Maa"

"Kamu tu jangan malu-malu nanti rere'nya diambil orang" rere senang akhirnya camernya merestui hubungannya. Tinggal menunggu kapan bara menyatakan cintanya. Tapi mustahil bara takpernah melihatnya sama sekali. Betapa sakitnya menyukai seseorang sendirian ia sudah mencoba mendekati bara secara terang-terangan tapi malah tak dilirik sama sekali.

Bara menghelakan napasnya ia menarik tas dan berlalu pergi.
"Aku keatas dulu"

"Maafin anak mama yah sayang" ia mengelus-elus pundak rere. Rere mencoba tersenyum walaupun terpaksa tapi harus ia lakukan.

"Anak mama tuh yah paling gabisa mengekpresikan kata-katanya. Omongan sama hatinya beda jadi jangan pernah dimasukin hati"

Rere tersenyum lagi. ia melihat foto 2 anak kecil yang sedang memakai baju basket disana mereka tampak bahagia dengan foto yang sedang merangkul sembari tertawa.

"Tante... Eh maksudnya mama dua orang itu siapa"

Mama bara melihat arah tunjukkan rere ia mengambil bingkai foto itu. "Ini sepupu bara"

Rere menatap foto itu wajah bara pas kecil sangat ganteng kalau tertawa kharismanya memang sudah mendini sejak kecil.

"Bara dari kecil emang selalu deket sama sepupunya tapi karena kejadian 3 tahun yang lalu membuat hubungan mereka renggang. Sangat disayangkan mereka masih saling membutuhkan tapi karena gengsi membuat mereka menjadi jauh"

"Ohiya tante.. Eh maksudnya mama aduhh rere lupa lagi" rere memukul jidatnya sendiri. Mama bara terkekeh melihat dia memukul jidatnya beberapa kali.

"Kamu lucu banget pantes bara suka"

Rere terpelongo atas perkataan itu. Bara suka rere? Boro boro suka, ngomong aja irit banget kayak keyboard rusak. Tapi karena rere tingkat kepedeannya selangit dia hanya menganggukkan kepalanya mungkin ada benarnya kalau bara menyukainya.

Wahh kesempatan luar biasa ini namanya.

"Kan bener bikin gemess" mama bara mencubit pipi rere hingga memerah. Membuat sih empu meringis menahan cubitan.

"Maa" bara menarik kerah belakang rere membuat rere tertarik kebelakang kearah punggung bara.

"Bara bener kata kamu rere lucu banget bikin mama gemes iihh sini sini rerenya." mama bara mencoba mengambil alih tangan rere tapi ditepis oleh bara.

"Maa udahh, dikira rere boneka kaliyah."

"Ishh pelit banget sama mama sendiri" mama bara cemberut seketika dia duduk merenung dipojokan dengan tangannya mengukir-ngukir. Bara mendekati mamanya ia mencoba memberhentikan sikap mamanya yang kekanakan itu.

"Maa udah ah ngambeknya umur udah tua gini tapi sifat kayak bocah" bara bukannya mencoba menghilangkan cemberut malah mengatai mamanya membuat bara menjerit karena kupingnya dicubit hingga merah.

"Aduhh duuhh sakitt maa ga lagi deh janji"

Akhirnya cubitan ganas dari camer terlepas. Kasian juga kalau ngeliat bara diginiin sama camer ada pait paitnya tapi lucu juga kalau ngeliat penderitaan bara yah mirip deh kayak rere mungkin bara sama rere jodoh yang dianugerahi dari allah kali yah.

Rere baru menyadari sifat bara yang biasanya cuek, ngomong paling irit adalah orang yang manja dan cerewet. ihh mirip rere banget deh udah deh langsung dijodohin aja gausah pakek cerita cerita gini keburu diambil orang. sih author nih kelamaan buat cerita rere gibeng nih entar.

Apaan lo! kalau ga ada gw aja cerita lo gaada diwattpad- author yang muncul seketikaa.

"Ampun thorr aing salah jangan marah marah yah kalau marah entar cantiknya hilang"

Author bodoamat dan ngilang lagi.

Balik ke cerita guys:v

"Awas yah kalau ngomong bocah lagi" camer berdiri dan menarik rere yang lagi terpelanga pelongo ngeliat emak anak berantem kayak seumuran. Mamanya bara masih geulis euyy apaladaya rere yang hanya butiran abu yang melayang diudara.

"Emang kayak bocah juga!" bara berjalan melewati mamanya dan rere gumamannya terdengar oleh camer seketika camer melotot ditanggapi bara dengan menggeleng.

"Tu anak mintak digelapak mulutnya!" rere mengelus punggung camer untuk meredakan amarahnya.


Cowok cuek dan Cewek Bawel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang