BAGIAN 13

1.5K 38 4
                                    

Vian mencolek colek punggung rere hingga gadis itu melotot.

"Dengerin ga tadi"

"Dengerin apa sih"

" lo ini goblok yah guru tadi ngejelasin,lo nya kemana. Mikirin bara?"

"Aku ga pernah tuh mikirin bara?"

Vian mencubit pipi rere gemas. "Halah lo kalo ngebohong jangan sama gw yah, gw ga mempan apalagi sama cewek yang suka ngumbar janji."

"Lah kok cewek yang ngumbar janji bukannya cowok yah?" Vian hanya mengedikkan bahunya.

Anggota osis datang dengan beberapa rombongannya. Mungkin mereka akan menyampaikan perlombaan.
"Assalamualaikum, sabtu depan kalian harus menampilkan lomba yang telah kalian masuki jangan sampai lupa. Diharuskan juga untuk yang tidak berkenan mengikuti lomba harus masuk sekolah karena akan mendapatkan sanksi. Terimakasih atas himbauannya saya permisi untuk undur diri"

Sheila,  mei,  rere,  vian serta rakha berkumpul di meja bara untuk berunding masalah lomba sabtu depan nanti.

"Jadi sabtu depan kalian mau nampilin apa?" Sheila melipatkan tangannya menatap bara Dan rere.

Belum sempat rere menjawab pertanyaan Sheila,  vian Yang di sampingnya ikut memberi pertanyaan Yang membuat rere bingung.

"Tampilin lagu Yang berbahasa inggris aja biar wahh gitu"

"Kalau gitu lo ga bisa melestarikan lagu indonesia masa lo lebih milih bahasa inggris daripada indonesia?  Pindah aja lo kesana ga usah ke sini ngebuang waktu!"

Vian meringis menatap mei mulutnya yang tajam seperti pisau itu membuat hatinya sakit.

"Aduhh mei kalau lo kerja nanti harus bisa bahasa inggris juga, sekali kali kek jangan nyelekit sakit ati dedek neng"

"Gabisa! Ini kan mulut gw bukan mulut lo terserah gw dong mau ngomong apa. Mau mulut gw nyelekit kek, ngeritik kek,  mau goyang-goyang kek kan itu bukan urusan lo!"

"Semerdeka lo aja" vian membuang muka ia tak habis pikir dengan jalan pikir mei ingin sekali ia menabok kepalanya tapi bagaimanapun mei adalah gadis yang bisa tersakiti sebagai pemuda sejati ia harus melindungi dan menghormati wanitanya.

"Udah udah kenapa pada ribut sih nanti kalau benci jadi Cinta loh" senyum rere.

"Amit amit!" teriak mei dan vian kompak disambut kekehan mereka.

"Cie kompakk" sheila mengangkat alisnya beberapa kali.

"Gw sama dia? Yaampun la mikir dong mana mau gw sama cowok centil kaya dia"

"Eh apaan lo ngatain gw centil, Daripada lo kayak setan! Muka bedakan pula ohiya gausah ajak rere ikut gaya lo yah dia masih polos,  polos gabisa dapetin bara" kekehnya. Raka pun ngakak karena ucapan terakhir dari vian sampai perutnya sakit.

Rere menggembungkan pipi dan meniup-niup poninya. Vian gemas karna wajah rere yang imut seperti kucing.

"Eh siapa yang ngajakin rere gw tu mau nutupin..." kata katanya terhenti karna rere yang melihatnya dengan tajam.

"Nutupin apa?" rakha ia mulai penasaran dengan ucapan mei.

"Ahh cowok ga boleh tau hanya cewek cewek cantik yang boleh tau" rere mengangguk setuju.

"Emang lo cantik?" 'jleb' mei terdiam menatap horror wajah bara yang memulai pembicaraan. Satu kata yang membuat mereka bingung 'tumben?'

"Bara jangan gitu dong" tegur rere menyenggol lengan bara.

"Mampus kan lo"

"Apa lo bilang tadi!" vian menggelengkan kepala sembari menyengir.

"Gw daritadi nanya malah dikacangin punya temen kayak gini banget dah"

"Ah iya lupa sibuk nengerin ocehan mei sama vian nh"

"Lah kok gw?"

"Kan emang cowok itu selalu salah dan cewek selalu bener ingett!"  vian tak menghiraukan ocehan mei.

Kelas yang sedari tadi tentram malah menjadi keributan seorang pemuda datang dan berdiri di belakang tempat duduk rere. Banyak yang menjerit atas kedatangan pemuda itu bagaimana tidak arwan laksamana yang bernotabe kakel tampan dan pintar yang di gilai para gadis datang kekelas mereka hanya untuk menemui rere.

Tangan pemuda itu yang sedari tadi ia taruh disaku ia keluarkan untuk menjabat tangan rere. Rere yang belum sadar hanya mengikuti saja.

"Lo reina kan?"rere mengganguk ia tau ia berhadapan dengan kakel tampan tapi sepertinya rere tak tertarik dengan  wajahnya yang terbayang olehnya hanya bara. Ia melirik sebentar kearah bara sedangkan bara sibuk dengan handphonenya rere mulai jengkel karnanya.

"Iya kak ada apa yah?"

"Boleh ngomong sebentar ga?"

"Gaboleh!" bukan rere yang mengatakannya tapi vian enak saja pikir vian mereka sedang  beragumen tentang sabtu depan tiba tiba kakel datang dan membawa rere pergi.

Kakel itu mengangkat alis.
"Boleh kok kak mungkin maksud vian itu kak arwan ngomong didepan sini aja" rere juga takmau ikut dengan kakel yang belum ia kenal. Untung saja vian menyelamatkannya.

"Boleh minta nomor wa'nya dek?" ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. 

"Gaboleh!" jawab rakha kemudian vian yang menatap kakel itu dengan garang.

"Ga ada yang boleh deketin rere selain bara!" kata mei menelisir wajah mereka berdua. Kakel itu tersenyum mengamati bara yang sedang bermain handphonenya itu.

"Oke,  mungkin lain kali aja" kakel itu pergi dari kelas itu.

"Gaada lain kalinya" teriak mei. Ia menatap rere yang duduk binggung karena tingkah mereka.

"Kalian kok kompak,  aku jadi terhura nih"

"Gaada satupun cowok yang boleh deketin rere selain bara inget itu" jawab vian sambil mengangkat telunjuk.

"Sana lo pergi" vian binggung kenapa sheila menyuruh ia pergi? Apakah ada yanbg salah dengan perkataannya.

"Lah kok gw diusir?"

"Lo bilang tadi gada satupun cowok yang deketin rere kan,  dan lo cowok bukan bara pula pergi sana!"

"Aihh iya juga yah,  bukan bukan kecuali vian dan rakha" rakha mengangguk.

Cowok cuek dan Cewek Bawel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang