“Apa yang dikatakan Jungkook padamu?”, tanya Jimin sahabat Jieun. Mereka tengah berjalan bersisian.“Aku tak akan memberi tahu kamu”. Jieun mulai berlari menghindar.
"LEE JIEUN.. BERHENTI DISITU, AWAS SAJA KAU", teriak namja itu dari belakang mengejarnya. Mereka berlarian seperti anak kecil di koridor sekolah. Hal itu sudah menjadi kebiasaan dua sahabat ini entah sejak kapan.
"Kya.. kejar aku kalau kau bisa, wekkk...", ejek Jieun sambil terus berlari.
“Brukkk.. “. Karena tak melihat jalan di depannya Jieun menabrak seseorang.
"YA.. PAKE MATAMU... ", teriak orang yang ditabraknya itu.
'Gawat kenapa harus orang ini yang aku tabrak', batin Jieun.
"Maaf.. maaf...". Jieun meminta maaf sambil membungkuk.
'Semoga dia memaafkanku, semoga... Ya Tuhan tolong aku' batinnya lagi, ia tak berani memandang orang di depannnya itu.
"Ya.. Lee Jieun kena kau". Seseorang dibelakangnya yang ternyata adalah Jimin sahabatnya. Jieun tak mendengar sepatah kata lagi dari orang yang ditabraknya, justru ia tertangkap sahabatnya sendiri.
"Aneh banget.. ada apa dengan orang itu". Jimin menatap curiga punggung orang yang sudah jauh didepan mereka. Orang yang baru saja ditabrak Jieun.
"Aku kira aku akan habis, huh.. ", kata Jieun merasa lega.
Ia masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Orang yang ditabraknya adalah . siswa yang terkenal tak terkalahkan. Ahli dalam membuat kegaduhan di sekolah. Tumben dia tak memperpanjang urusan seperti biasa. Tak pandang namja ataupun yeoja biasanya seorang Namjoon akan bertindak kasar pada orang yang membuat masalah dengannya.
"Baguslah dia tak memperpanjang urusan. Ayo kita pulang!", ajak Jimin sambil mengeret ransel Jieun.
"Aw.. sakit geblek.. lepasin! aku bisa jalan sendiri", protes Jieun yang tak terima diperlakukan seenaknya sendiri oleh sahabatnya.
Jimin masih saja tak menghiraukan Jieun yang meronta-ronta memukulinya. Sore itu sekolah sudah sedikit sepi karena mereka memang ke perpustakaan dulu mengerjakan tugas untuk besok.
“Aku pulang.. oh.. eomma.. woah... banyak banget makanannya. Ada acara apaan nih...”. Pulang dari sekolah Jieun disambut dengan hamparan makanan di meja makan.
“Eits.. Mandi dulu sana! dandan yang cantik! kita akan kedatangan tamu spesial”, kata Ibu Jieun.
“Siapa?”. Jieun sungguh penasaran. Siapa gerangan tamu ibunya itu. Sesepesial apa sampai dibuatkan hidangan sebanyak itu.
“Ada deh.. cepetan mandi terus bantu eomma”, kata ibunya menjelaskan.
“Beritahu dulu dong eomma.. aku nggak mau mandi kalau gitu”. Jieun cemberut.
“Teman lama eomma yang akan datang. Sana cepetan mandi!”, kata ibunya lagi.
“Oke eommaku sayang”, ucap Jieun manja.
“Lee Jieun, awas kau ya.. dasar pencuri kecil”. Ibunya kesal karena Jieun mengambil satu kue yang ada di meja sebelum berlalu.
Ibunya hanya bisa menggelengkan kepala seraya tersenyum melihat puteri tunggalnya itu. Jieun memang hanya tinggal dengan Sang Ibu setelah ayah dan ibunya bercerai. Tidak pernah ada kabar lagi dari ayahnya semenjak itu. Sejak berumur 11 tahun. Setidaknya itu yang di ingatnya. Sang Ayah telah meninggalkan ibunya.
“Eomma.. gimana?”. Jieun meminta komentar tentang penampilannya pada Sang Ibu.
“Cantik.. oh, mereka sudah datang. Tolong bukakan pintunya”, pinta Sang Ibu ketika mendengar bel berbunyi.