Terdengar dentuman keras musik rock dari sebuah kamar di lantai atas. Seorang pria menggerutu sembari menaiki tangga. Masih mengenakan clemek dan mententeng teflon.
"YA~ JIMIN-I TAEHYUNG-A". Menggedor-gedor pintu beberapa kali.
"Appa, menyingkirlah!". Membiarkan anak gadisnya menangani pintu.
Terserahlah, sang ayah kembali ke dapur. Hampir saja lupa tadi akan memasak. Mengambil jepitan rambut kecilnya untuk membuka pintu yang terkunci dari dalam itu.
Jimin dan Taehyung tengah asyik mengangguk-anggukkan kepala. Jimin memegang stik golf seolah mic. Taehyung menjadikan guling seolah bass.
Musik keras itu seketika mati. Mereka berdua membuka mata dan ternyata kakak peremuannya sudah berkacak pingang.
"Hehehe.. Jieun noona," ucap mereka bersamaan.
"Bagus ya.. kalian pura-pura lupa.. ." Jimin dan Taehyung bergegas berlari keluar.
"MIANHAE NOONA," teriak mereka. Tugas yang dimaksud adalah giliran mereka membantu memasak.
.
.Jieun hanya menggeleng. Melihat kamar kedua adiknya yang berantakan ia langsung membereskannya. Tanpa ia sadari ada seseorang tengah memperhatikannya dari jendela rumah seberang jalan.
Jieun melihat ke luar jendela. Tersenyum lebar mengetahui namja yang tengah keluar dari rumah seberang membuka pintu gerbang. Jieun bergegas keluar kamar dan menuruni tangga.
.Jimin dan Taehyung yang sedang menata makanan di atas meja hanya melihat sekilas. Sepertinya mereka sudah hafal apa yang menjadi kebiasaan sang kakak.
Jieun membuka pintu gerbang dan berlari mengejar namja itu.
"SEOKJIN OPPA".
Orang yang dipanggilnya menoleh dan berhenti sejenak. Jieun menghampirinya."Hari ini ada wawancara kerja. Doakan oppa ya!". Seokjin tersenyum memandang Jieun yang masih mengatur napasnya.
"Tentu saja, oppa hwaiting!". Jieun Tersenyum dan mengepalkan kedua tangannya.
"Masuklah! kau lupa lagi memakai alas kakimu". Jieun hanya meringis memegang tengkuknya. Sepertinya Seokjin juga hafal benar bagaimana kebiasaan gadis itu.
.Jieun masih berdiri memandangi punggung Seokjin. Sedari tadi seseorang yang mengintipnya dari balik tirai jendela lantai atas juga masih memandanginya. Sampai Jieun kembali masuk ke dalam rumahnya.
.
.Jimin dan Taehyung sudah menunggu di meja makan. Sang ayah meletakkan piring berisi telur dadar ke atas meja.
"Kajja~ kita sarapan!." ajak sang ayah yang juga sudah memposisikan diri. Jieun ikut duduk.
"Appa, kita kan liburan musim panas masa di rumah terus." Jimin membuka obrolan pagi itu.
"Kau harus belajar untuk ujian masuk universitas." Jieun berkata sembari menyumpit nasinya. Kalau sudah begitu semua akan diam.
"Ah hyung aku akan menemanimu." Kata Taehyung menghibur Jimin yang cemberut.
"Jieun-a, apa kau masih kerja part time di kafe?," tanya sang ayah.
"Tentu saja, untuk mengisi libur musim panas," kata Jieun santai.
"Jangan terlalu memaksakan diri." Sang ayah menasehati. Ia hanya mengangguk.
Jieun sekarang duduk di bangku kelas XII, sedangkan Jimin di kelas XI dan Taehyung di kelas X.
Mereka tiga bersaudara hanya tinggal bersama sang ayah. Selesai sarapan sang ayah berangkat bekerja di sebuah kantor. Jieun, Jimin, dan Taehyung membereskan meja makan.
"Kalian selesikan sisanya, aku berangkat sekarang." Kedua adiknya hanya mengangguk.
"Ingat ya! kalian hari ini tetap di rumah dan be-la-jar." Keduanya lagi-lagi hanya mengangguk.
"Mengerti." Mereka serempak berkata sebelum sang kakak memelototinya.
.
.Jieun membuka pintu gerbang. Disaat yang bersamaan seorang namja dari rumah seberang juga membuka pintu gerbangnya.
"JIEUN NOONA". Teriak namja itu dari seberang jalan.
"Eoh~ Kooki-a".
Ternyata dia adalah Jungkook adik Seokjin. Jieun juga menganggap Jungkook seperti adiknya sendiri. Jungkook duduk di kelas X sekelas dengan adika bungsunya.
"Mencari Taehyung?," tanya Jieun yang melihat Jungkook menghampirinya.
"Tidak, noona mau kemana?." Jungkook balik bertanya.
"Part time di kafe depan." Jieun mulai berjalan dan diikuti Jungkook.
"Kalau begitu arah kita sama." Jungkook mensejajarkan langkahnya.
"Memangnya kau mau kemana?," tanya Jieun tanpa menoleh.
"Toko buku."
.
.Obrolan mereka berlangsung selama berjalan. Dalam hatinya Jungkook merasa senang bisa mengobrol dengan gadis yang disukainya sejak kecil. Tetapi senyumnya terkadang memudar jika mengingat kenyataan yang berbeda.
Jieun adalah cinta pertamanya. Namun cinta pertama Jieun adalah Seokjin. Kakaknya sendiri. Jungkook tahu semua itu karena Jieun sendiri yang menceritakan hal itu padanya.
Jieun berkata pada Jungkook saat mereka masih berada di sekolah menengah pertama. Itu adalah rahasia mereka berdua. Tanda jadi rahasia sekalipun semua orang yang melihat tahu bagaimana perasaan Jieun. Jungkook hanya tersenyum kecut.