"KAKAK benar-benar tidak menjaga privasiku. Aku sudah SMA, kak, nyaris berusia delapan belas tahun namun kakak masih saja memperlakukanku seperti balita yang harus diawasi setiap hari." Wonwoo mendengkus keras, suaranya meluap-luap dan menjadi lengkingan pekak yang membuat Changie meringis tiap kali mendengar. Adiknya itu seharusnya tahu cara dewasa untuk menghadapi masalah dengan kepala dingin, bukannya marah-marah dan berteriak seperti gadis PMS begini.
"Dan kau seharusnya tidak pulang terlambat seperti yang selalu kaulakukan." Changie memutar setir dengan tenang, tidak mau repot-repot melirik pada adiknya namun gadis itu yakin Wonwoo tengah menatapnya lekat.
Pemuda itu memutar tubuh menghadap Changie, tak peduli tatkala seragamnya berubah kusut sebab tertahan oleh sabuk pengaman. "Kakak ini benar-benar menguntitku, ya? Sejak kapan kakak tahu aku sering pulang terlambat?" Nada suaranya lebih terdengar curiga alih-alih terkejut. "Aku bahkan tidak pernah bercerita soal kehidupan sekolahku ke kakak," lanjutnya heranーdengan kedua alis teretekuk dan bibir mengerucut masam, tentu saja.
Jeon Changie agaknya membenci reaksi Wonwoo yang barusan; terlalu berlebihan dan sangat kekanak-kanakkan, bahkan wajahnya yang tertekuk mengingatkan Changie akan seorang bocah sepuluh tahun yang merajuk sebab tak dibelikan es krim. Well, seharusnya Changie sudah mempertimbangkan fakta ini sejak awal memutuskan untuk tinggal bersama Wonwoo. Ia lupa bahwa adik lelakinya itu selalu bersikap hiperbola dalam persoalan apapun.
Itu menyebalkan, sangat malah. Bayangkan saja, hanya dengan mendengar pekikan Wonwoo yang berapi-rapi itu nyatanya mampu membangkitkan rasa kesal dalam dada. Jadi wanita itu berdecak pelan, memutar bola mata seraya menukas tajam, "Diam dulu sebentar, bisa tidak? Aku tidak mau kehilangan fokus dan menabrak mobil lain hanya karena ocehanmu itu."
Digertak demikian lantas membuat Wonwoo bungkam dalam sekejap. Pemuda itu mengedip beberapa kali, perlahan memutar tubuh pada posisinya yang semula sebelum mendengkus pelan. Agaknya wanita di sampingnya ini memang tak dapat dibantah. Bahkan hanya dengan melihat sorot mata Changie yang mengilat tajam, Wonwoo mendadak langsung hilang kata-kata dan memilih bungkam alih-alih melanjutkan protesnya.
Pemuda itu menumpukan tangan pada kaca mobil, menatap jalanan malam yang penuh oleh mobil dan kendaraan umum, beberapa pejalan kaki juga terlihat di trotoar—rata-rata isinya segerombolan siswa yang baru pulang sekolah. Lampu jalan dinyalakan, papan iklan yang tergantung di dinding-dinding atas bangunan juga menambah penerangan.
Biasanya jam-jam segini, Wonwoo masih betah berseliweran di dalam sekolahーentah itu mengikuti Young So yang terkadang mampir ke perpustakaan untuk meminjam beberapa buku pelajaran, atau justru mengikuti jam pelajaran night-self study, namun ini jarang dilakukan sebab Wonwoo sendiri lebih suka belajar di rumah alih-alih perpustakaan sekolah (kecuali bila tugas yang diberi sangat susah dan membuat ia harus mencari referensi buku).
Namun malam ini berbeda. Wonwoo memiliki planning asyik lain dalam kepalaーsemuanya sudah tersusun dengan alur yang sempurna; ia tidak mendatangi Young So di kelas saat jam pulang, melainkan menunggu gadisnya di halte bus yang berjarak beberapa meter dari gerbang depan sekolah. Kemudian, dengan rangkaian kalimat manis serta gombalan receh, Wonwoo yakinーsangat yakinーdapat meluluhkan hati Young So untuk mau diantar pulang walau menggunakan kendaraan umum.
Seharusnya semua dapat menjadi lebih baik, semua rencana sudah tersusun rapi dan tinggal menunggu eksekusi dan hasilnya saja. Membayangkan mata bulat Young So melebar dan mungkinーhanya mungkin walau terdengar mustahil, tapi siapa tahu benar-benar terjadiーsenyum gadis itu merekah, lalu memeluknya dan mendadak berubah pikiran untuk mau menjadi kekasihnya lantas membuat Wonwoo mengulas senyum. Ah, alangkah indahnya.
"Berhentilah berpikiran mesum, Jeon."
Wonwoo tersentak, lamunannya bubar tatkala menemukan mobilnya sudah berhenti di depan gerbang rumahnya sendiri. "Aku tidak berpikiran mesum, kakak!" sahutnya tak terima. "Lagipula kakak apa-apaan, sih? Kalau sudah sampai 'kan bisa berkata baik-baik, tidak usah menyentak dan membuat orang jantungan begitu, dong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Taste [Jeon Wonwoo]
Fanfiction「ーincredibly cheesy, soon will be shocking. Watch your own steps, darling❦」 Tak puas dengan pencapaiannya merampas ciuman pertama 'Sang Gadis Galak' yang disegani satu sekolah, Jeon Wonwoo tanpa malu malah menceburkan diri dalam liang masalah lebih...