🌊24. She Deserves Nothing⛱️

1.2K 171 7
                                    

JEON Wonwoo itu hobi sekali membesar-besarkan perkara.

Bahkan dari hal yang tampak sederhana, dari masalah kecil yang harusnya Young So dapat tangani sendiri, kini berubah menjadi gulungan benang rumit yang sulit diselesaikan. Bak menuang air sabun di atas akuarium, kini semua berubah menjadi keruh. Wonwoo sama sekali tidak membantu apapun.

Padahal Young So akan pindah, seharusnya sudah tidak ada lagi campur tangan Wonwoo dalam hidupnya.

Namun, lagi-lagi gadis itu harus menghela napas sembari mengingatkan diri sendiri; Ini Wonwo yang dibicarakan―Jeon Wonwoo, pemuda super sinting yang tak bisa diam kalau tidak membuat heboh satu sekolah. Memang pemuda gila mana yang berani menciumnya sebelum membuat pengakuan aneh kalau Young So adalah gadisnya? Siapa pula yang bertengkar di lapangan bak pahlawan kesiangan sembari membela Young So di depan satu sekolah? Bukankah semua memang berawal dari Wonwoo?

Well, Young So sendiri tidak berharap Wonwoo akan kembali membelanya untuk makian Yoo Jung tadi, tetapi, ayolah! Kalau tidak berniat membantu, setidaknya jangan mencoba untuk bertindak heroik dan membuat suasana semakin runyam begini.

Percayalah, kini bukan hanya makian yang dilayangkan, Young So bahkan harus menahan geram tatkala melihat web tidak resmi sekolah ramai dengan komentar siswa―tentu dari akun-akun anonim, rata-rata membicarakan keterkaitan hubungan antara kepindahannya dengan Wonwoo. Gosip bertebaran, semua siswa seolah mencampur aduk berita mentah tanpa menyaring kebenarannya, kemudian membuat kesimpulan berdasarkan penalaran sendiri.

Antara kesal dan kasihan, Young So masih tak mengerti mengapa manusia sering membuat diri susah dengan mengkalungkan beban permasalahan―yang sama sekali bukan kewajibannya―pada lehernya, kemudian dengan rela hati menyumbangkan telinga dan mulut untuk menyebarkan luaskan aib orang. Seolah melihat setitik noda pada tubuh orang lain adalah hiburan tersendiri.

Padahal jaman sudah berubah. Seharusnya manusia paham, dalam tiap waktu yang lambat laun pudar, kewajiban atas diri sendiri adalah hal terpenting. Lagipun, tak peduli seberapa besar tumpukan dosa pada pundak orang lain, pada akhirnya tiap insan akan tetap diminta pertanggungjawaban atas pribadi masing-masing. Jadi untuk apa membuang-buang waktu membicarakan kekurangan orang, kalau diri sendiri saja belum berbenah-benah?

Seharusnya teman-temannya sadar akan hal itu.

"Kau melamun. Lagi. Untuk yang kelima kali dalam hari ini."

Young So sedikit tersentak tatkala mendengar suara barusan, pundaknya bergetar dan gadis itu tak dapat menahan refleks untuk menoleh. Netranya lantas bertemu netra Wonwoo―dekat, kelewat dekat bahkan hidung mereka nyaris bersentuhan. Pemuda itu hanya tersenyum miring, sementara Young So buru-buru mengalihkan pandang, tanpa tunggu lama langsung menggeser tubuhnya ke bagian kursi terujung.

Sial. Bukan hanya berpotensi untuk membuat jantung berhenti berdetak, sikap Wonwoo barusan bisa menjadi bahan gosip baru andai ada siswa yang melihat kejadian itu.

Wonwoo terkekeh melihat reaksi Young So yang lucu, tanpa ragu mengambil posisi duduk di ujung bangku yang lain. Pemuda itu menghela napas keras-keras, sengaja agar gadisnya dapat mendengar. "Rasanya sudah lama sekali semenjak kita bisa duduk berdua begini. Kau selalu sibuk, sih. Aku jadi harus duduk sendirian saat makan siang. Menyebalkan."

Young So tergoda untuk menyahut sarkas, "Memang apa hubungannya denganku? Kau duduk dengan siapapun saat makan siang juga bukan urusanku." Namun gadis itu memilih bungkam, mengurungkan niat dan tetap membuang muka kendati terkesan tak sopan. Tetap duduk diam pada satu bangku dengan Wonwoo saja rasanya sudah tidak benar―otaknya menyuruh untuk pergi namun hati dan tubuhnya menolak. Daya tarik bangku ini seolah berubah kuat, Young So bahkan tidak mengerti mengapa ia tidak segera bangkit dan pergi. Bukankah itu perintah ibunya akhir-akhir ini?

Sweet Taste [Jeon Wonwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang