"MARI beri tepuk tangan pada biang masalah yang sukanya mencari perkara. Aku baru meninggalkanmu beberapa jam, dan kau sudah membawa seorang gadis ke rumah. Wow, aku terkesima. Sungguh."
Kendati demikian, ekspresi wajahnya sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda terkesan. Well, tidak usah dijelaskan lebih panjang agar Wonwoo paham bahwa itu hanyalah kalimat sarkas yang diucap ketika kakaknya terlampau gemas. Pemuda itu sendiri sudah malas berdebatーadu mulut dengan Hye Sang saja sudah mampu melilit pening dalam benak.
Jadi mendengkus dan mendecakkan lidah keras-keras, Wonwoo hanya menepis surai asal sembari menyelonjorkan kaki di atas sofa tatkala menyahut, "Iya, iya. Aku tahu adik tampanmu ini memang bertalenta. Jadi sudah, tidak usah dibahas atau kakak hanya akan membuat aku semakin besar kepala. Oke?"
Changie memutar bola mata, entah harus berkata apa pada Si Bungsu yang bandelnya sudah keterlaluan itu. Tidak heran mengapaーseharusnya Changie berkaca sebelum mengatai Wonwoo, toh kendati punya sifat dan kesukaan yang kontras, keduanya masih sama-sama berkepala batu.
Namun sebagai seorang kakak, adalah suatu larangan untuk menyerah dan menampakkan sisi lemah di depan adiknya. Lagipun, Changie tidak pernah membawa orang asing ke dalam rumah, apalagi lawan jenis dan berduaan di bawah remang lampu ketika tak ada yang mengawasi.
Mendengkus kasar setelah menyesap kopi hangat, wanita itu kemudian bertanya, "Untuk apa mengundang gadis itu kemari?"
Wonwoo membelalak, tampak tak percaya dengan kalimat kakaknya barusan. Mengundang, katanya? Wo, Changie sudah gila apa bagaimana? "Maaf saja, Kak. Aku berdebat dengan gadis manja yang hobinya memakai bedak setebal lima senti, tiap detik berusaha menahan diri untuk tidak mencekik lehernya atas kalimat sinis memuakkan yang ia lontarkan, dan kakak masih berasumsi aku yang mengundang dia? Oh, astaga. Betapa pintar kakakku yang satu ini."
Kalau tidak ada Wonwoo tepat di sampingnya saat ini, barangkali Changie sudah menyemburkan tergelak kencang-kencang. Ia sendiri mencuri waktu untuk menyelipkan senyum tipis, sementara adiknya tengah menenggak air setelah protes sarkasme bernada tinggi tadi. Si bungsu Jeon memang menyebalkan, tetapi terkadang bisa menjadi sangat menggemaskan saat kesal begini.
Berdeham singkat untuk menyembunyikan rasa gelitik yang menghampiri lambung, Changie menyahut, "Kakakmu memang pintar, jadi biarkan ia menginterogasi adik nakalnya ini. Lantas, kenapa gadis itu bisa datang dan masuk ke dalam? Saat kau sendirianーsaat aku tidak ada?"
Wonwoo mengubah posisi duduk dan menyandarkan kepala pada bantalan sofa. "Dia yang meminta. Ah, bukan meminta. Lebih tepatnya, gadis itu masuk bahkan sebelum diberi ijin. Gadis manja begitu mana paham diberi tahu."
Begitu, rupanya.
Setelahnya, Changie tak menyahut lagi. Kini didekap bungkam, otaknya mulai berputar. Berbagai dugaan berkecamuk dalam kepala. Mengenai siapa gadis itu; bagaimana Hye Sang menggoda Wonwoo, soal kungkungan memori samar yang ia simpan mengenai gadis dengan lirikan mata setajam ular. Barangkali liciknya juga seperti ular. Namun semua masih abu-abu, membentuk satu tanda tanya besar dalam kepala dan Changie tahu ia tak dapat berasumsi tanpa bukti yang kuat.
Dugaan-dugaan itu belum cukup kokoh untuk mendukung firasat buruknya. Ia sendiri belum kenal dekat mengenai sosok Choi Hye Sangーselain fakta bahwa gadis itu berparas cantik dan diidolai semua siswa bahkan guru, paman sering memuji-muji siswi berprestasi jadi tak heran Hye Sang masuk dalam daftar ceramahnya.
Namun deretan gelar dan tumpukan kejuaraan tak pernah dapat menjamin ketulusan hati seseorang.
Benar?
"Sudahlah, ini buang-buang waktu saja." Wonwoo mendecakkan lidah, segera berdiri dan meregangkan badan, sebelum memutuskan untuk berjalan menuju tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Taste [Jeon Wonwoo]
Fanfiction「ーincredibly cheesy, soon will be shocking. Watch your own steps, darling❦」 Tak puas dengan pencapaiannya merampas ciuman pertama 'Sang Gadis Galak' yang disegani satu sekolah, Jeon Wonwoo tanpa malu malah menceburkan diri dalam liang masalah lebih...