Julian duduk di bangku sebelah Alana, menutup bacaan yang tengah cewek itu baca dengan kasar, lalu meminta atensi cewek itu.
"Lana..." Ia mengambil lengan cewek itu, lalu memeluknya dengan erat. "Gue kangeeeeeennn..." Julian mulai manja. Cowok itu menyandarkan kepalanya ke bahu Lana.
Lana menoleh, mengusap rambut lebat Julian. Ia suka aroma shampo cowok itu, bisa menenangkan Lana di saat Lana merasa agak frustrasi.
Cewek itu lantas berdeham pelan, sebelum memberi sahutan pada cowok yang tengah memainkan jari-jari tangan kirinya yang dia peluk tadi. "Kemarin kan lo udah lihat wajah gue."
Julian mengangguk, lalu semakin merapatkan jaraknya dengan cewek itu. Pemandangan semacam ini sudah biasa di kelas mereka. Kelas yang notabene diisi oleh orang-orang berotak encer, kecuali Julian dan Ernest tentunya, keduanya memiliki otak di bawah standar. Tapi entah bagaimana bisa mereka diklasifikasikan ke kelas itu. Banyak siswa maupun siswi yang berspekulasi buruk, barangkali dengan menggunakan cara sogokan. Entahlah, tidak ada yang tahu.
"Heem, tahu kok. Tapi yang namanya kangen nggak bakalan bisa ditahan." Julian menyengir lebar, lalu kembali bermanja-manja pada Lana. Persis seperti anak kecil kepada ibunya.
Tak jarang memang Julian akan bersikap selayaknya anak kecil jika sudah berada di samping Lana. Terkadang merengek atau merajuk jika cewek itu sudah mengabaikannya.
Tak jarang juga hal seperti itu membuat teman sekelas mereka merasa risih dan sangat ingin menendang Julian keluar dari kelas. Tapi mau bagaimana lagi, semesta seakan sedang berkonspirasi dengan cowok itu. Sebagian besar guru dan siswi akan memihaknya.
Tidak ada yang tahu pasti apa yang telah Julian perbuat, sehingga ia terkesan begitu disegani. Banyak spekulasi-spekulasi tak logis nan konyol yang beredar di sekitar mereka, seperti Julian yang menggunakan pelet atau malah santet sehingga membuat orang lain merasa takut dengannya. Lucu sekali dan Julian malah tertawa terpingkal-pingkal saat mendengar kabar burung itu. Dia tidak mempercayai hal-hal mistis seperti itu. Sama sekali tidak.
"Terserah lo," balas Lana sangat cuek.
"Iya dong. Gue itu Bumi lo, dan lo Bulan gue. Jadi, kalau lo jauh sebentar, gue bakal kangen."
Lana mengabaikan Julian. Cewek itu kembali membuka buku yang tadi ia baca. Jam pertama adalah pelajaran Biologi, dan kebetulan sekali hari ini ada ulangan, jadi Lana lebih memilih menghabiskan waktunya sebelum pelajaran dimulai dengan belajar. Ia ingin mendapatkan nilai yang maksimal di pelajaran itu.
"Lanaaa..."
Tapi Julian masih mengganggunya.
"Belajar Jul, ada ulangan. Nanti lo nggak bisa." Lana menyodorkan bukunya ke depan Julian, meminta Julian untuk membaca apa yang sedang dia baca.
"Gue suka ngantuk kalau baca gituan, nggak menarik sama sekali." Julian menyengir lebar. Ia mendorong buku tebal tadi kembali ke hadapan Lana.
"Kalau lo nggak mau, ya udah. Terserah lo. Yang jelek nilai lo, bukan nilai gue. Tapi tolong, lo diam aja. Jangan ganggu gue," peringat cewek itu.
Julian merenggut sebal. Tapi tak lantas hal itu membuat cowok itu segera meninggalkan tempat duduknya. Ia malah dengan santai kembali menyenderkan kepalanya ke bahu Lana lalu menggunakan tangan panjangnya untuk melingkari pinggang cewek itu dengan erat. Sesekali ia meniupi telinga Lana, membuat cewek itu sontak memalingkan wajah ke samping, menatap balik Julian yang tengah mendongak dan juga menatapnya dengan mata yang berkedip-kedip sok imut.
Lana berdecak, cewek itu melotot pada lawannya itu dengan mata sipitnya. Memberi peringatan secara non verbal.
Alih-alih takut, Julian malah terkekeh geli. Dia suka ekspresi Lana yang demikian. Bagi cowok itu, Lana sangat imut. Melebihi imutnya anak kecil yang baru lahir.
"Gue sayang sama lo, Lana. Bulannya Julian." Cowok itu mulai menggobal. Tapi sayang, Lana sama sekali tak melirik.
Dan Ernest yang tadi sudah duduk di bangkunya sendiri, hanya mampu mendengus. Julian itu memang benar-benar berbeda kalau sudah di dekat Lana. Sifat cowok itu berubah seratus delapan puluh derajat. Sangat berbeda pokoknya.
Julian tidak akan semanis itu pada pacar-pacar—mantan pacar—nya yang lain.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Bumi dan Bulan [TAMAT]
Novela Juvenil[15+] LENGKAP [Tidak ada adegan dewasa, hanya kata-kata yang kasar. Jangan ditiru!] Julian itu ganteng. Hampir semua cewek suka sama dia. Julian itu playboy. Dan hampir semua cewek masih suka sama dia. Julian itu cuek, tapi kalau sama Lana dia perha...