(Part 9) DaraHae Story

375 30 3
                                    

Dara terus menangis tersedu-sedu sambil memeluk erat tubuh lemah Donghyun yang tak sadarkan diri akibat perlakuan kejam Donghae, saat ini Dara dan Donghyun berada didalam taxi menuju kerumah sakit. "Donghyun-ah irreona.. Donghyun bangun sayang, eomma disini bersama Donghyun.." Dara terus mencoba membangunkan anaknya disela-sela isak tangisnya. Namun nihil, Donghyun tetap tidak sadarkan diri sampai mereka tiba di rumah sakit.

"Toloongg.. Suster.. Dokter.. Tolong anakku.." teriak Dara sambil masih menggendong Donghyun. Suster yang melihatnya langsung membaringkan tubuh Donghyun keatas kasur dan membawanya ke ruang emergency. "Maaf nyonya, anda tidak boleh masuk kedalam. Silahkan tunggu diluar.." ujar salah satu suster. Dara terdiam namun airmatanya terus mengalir. Detik kemudian pintu ruang emergency tertutup. Dara berjalan pelan menuju kursi tunggu pasien, ia duduk sambil memegang dadanya, sesak sekali. Dara tak berhenti menangis, terlalu banyak ketakutan didalam benaknya hingga ia tidak sadar kalau saat ini ia tengah terisak parah, sendirian.

Disisi lain, Donghae yang tersadar dari lamunannya langsung bergegas mengambil kunci mobil. Ia berjalan keluar dari apartemennya hingga setengah berlari menuju parkiran. Ia kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, untung saja jalanan kota saat ini sedang sepi. Tujuan utama Donghae adalah rumah sakit. Dara pasti membawa Donghyun kesana. Donghae sadar apa yang telah ia lakukan terhadap Donghyun adalah kesalahan fatal. Ingatan tentang perlakuan ayahnya dimasa lalu membuat Donghae tak sengaja meneteskan airmata. Meskipun Donghyun tercipta karena sebuah ketidaksengajaan, namun Donghyun tetaplah anaknya, darah dagingnya. Tak ada alasan untuk Donghae membenci Donghyun, sekalipun dirinya tidak pernah mengharapkan kehadiran anak lelakinya itu.

Setibanya dirumah sakit, Donghae langsung mencari Dara dan Donghyun. Ia berlari dari satu ruang ke ruang yang lain namun nihil, ia juga sudah bertanya kepada pusat informasi namun tidak ada nama pasien anak Lee Donghyun. Donghae sempat berencana untuk menyerah dan ingin pulang saja, namun ekor matanya menemukan sosok Dara yang duduk termenung didepan ruang emergency. Donghae bernafas lega, ia bersyukur telah menemukan Dara disana. Langkah kaki Donghae membawanya kesana, ia berdiri tepat dihadapan Dara, istrinya.

"Bagaimana keadaannya ?" tanya Donghae pelan, mendengarnya Dara langsung mendongak dan berdiri menjajarkan tubuhnya didepan Donghae.

"Mau apa kau kesini ?" bukannya menjawab, Dara malah bertanya ketus pada Donghae, Donghae bisa melihat kilatan kemarahan dari tatapan mata Dara. "Belum puas kau menyakitinya, hah ? Belum puas kau lihat wajahnya berlumuran darah dan tak sadarkan diri, hah ?" nada suara Dara mulai meninggi. Donghae hanya diam. "Dia masih anak-anak tapi kau pukul dia sekuat tenaga, apa kau belum puas juga, hah ?? Yaakk.. Jawab aku Lee Donghae!!" Dara berteriak lantang didepan suaminya. Mata sayu Donghae mulai berair . Dara maju selangkah, mendekatkan dirinya pada Donghae. Dara lalu mencengkram kerah kemeja Donghae. "Wae ? Waeyo Donghae-ah ? Waaeee!!!" Dara kembali menangis kencang, dipukulnya dada bidang Donghae yang masih diam membisu. "Hikss.. Hanya dia yang aku punya Donghae-ah. Dia milikku satu-satunya. Tapi kenapa kau melakukan itu padanya ? Dia masih terlalu kecil Donghae-ah.. Hikkss.. Kau jahat sekali.. Nappeun.. Hikkss.." Dara menangis sejadinya sambil terus memukul dada suaminya.

"Mianhae.." begitu parau kata yang keluar dari mulut Donghae hingga mampu membuat suasana menjadi hening seketika. Akan tetapi ucapan maaf Donghae itu membuat Dara mendadak mundur perlahan tanpa menoleh kearahnya,  sungguh keadaan Dara sangatlah kacau sekarang.

"Pergilah.." ujar Dara pelan.

"Tapi aku berhak tahu keadaannya, bagaimanapun juga dia tetap anakku.." dan kali ini ucapan Donghae malah membuat Dara mendengus dan tertawa sinis.

"Tidak perlu kau tau keadaannya lagi, juga jangan cari tau apapun tentang kehidupannya lagi karena mulai detik ini Donghyun bukan lagi anakmu.." air mata Dara menetes seiring dengan ia mengucapkan kata-kata itu, kata-kata yang cukup menyayat hati Donghae.

"Dan satu lagi kuminta darimu.. Segera urus perceraian kita. Kumohon secepatnya. Sebab aku sudah tidak ingin hidup serumah denganmu lagi.." mendengarnya, hati Donghae seperti dihunus ribuan pedang, sakit sekali. Dara menghela nafas pelan. "Tenang saja, aku hanya ingin kita pisah. Aku tidak akan mengambil uangmu sepeserpun, begitupun dengan Donghyun. Tolong jangan kirim apapun yang mengatasnamakan Donghyun. Donghyun biar aku yang urus. Aku yang akan mengasuhnya, aku yang akan membiayai hidupnya.." setetes airmata turun membasahi pipi Donghae, dia sudah tak bisa menahannya lagi. Pertahanannya runtuh mendengar segala ucapan Dara, entah apa artinya ini, yang jelas Donghae merasakan sesak didadanya.

"Yakk.." Donghae ingin sekali membantah semua omongan Dara tapi istrinya itu sudah menutup matanya juga menutup telinganya dengan kedua tangannya. Dara lalu kembali duduk dan mengalihkan pandangannya dari Donghae yang masih tegak berdiri.

"Dara-ah.." kaki Donghae perlahan melangkah mendekati Dara.

"Pergilah sekarang atau aku telpon polisi.." mendengar ancaman itu, langkah kaki Donghae mendadak berhenti.

"Yakk.."

"PERGIIIIII..."

Dara berteriak kencang, masih dengan airmata yang mengalir deras dipipinya. Kedua matanya bengkak, sungguh kacau penampilan Dara kini. Sedangkan Donghae memilih untuk mengalah, ia lantas pergi menjauh dari ruang emergency. Tapi Donghae tidak benar-benar pergi, ia berjalan menuju ruang administrasi. Donghae membayar semua biaya rumah sakit Donghyun, ia pun memesan kamar rawat inap VVIP Kelas 1A khusus dengan perawatan optimal untuk Donghyun jikalau anaknya itu dirawat inap. Tak hanya itu, Donghae juga memerintahkan 2 orang bodyguard untuk menjaga Dara dan Donghyun, dan dari kedua orang bodyguard itulah nantinya Donghae akan menerima segala informasi tentang anak dan istrinya. Donghae tidak benar-benar lepas tangan dari tanggung jawabnya.

Dara terus menunggu dengan perasaan cemas luar biasa didepan ruang emergency hingga tak terasa sudah hampir 3 jam dia menunggu. Sementara Donghae dia tidak pulang, sama seperti Dara, dirinya kini sedang duduk cemas dan termenung sambil terus menunggu diagnosa dokter tentang keadaan Donghyun. Donghae berada di kursi tunggu pasien ruang bedah, yang kebetulan letaknya persis disebelah ruang emergency.

Setelah sekian lama mereka menunggu, dokter yang menangani Donghyun pun akhirnya keluar dari ruang emergency. Melihatnya, Dara lantas menghampiri dokter dan langsung menanyakan keadaan anak lelakinya. "Dokter, bagaimana keadaan anak saya ?" Donghae yang mendengar suara Dara itu langsung spontan ikut berdiri, tetapi dia hanya mampu berdiri ditempatnya tanpa bisa mendekati Dara. Dokter itu lalu menghela nafas pelan, ia membuka kacamatanya perlahan. "Nyonya.. Apa yang terjadi sebenarnya ?" tanya dokter kemudian. Dara terdiam. "Siapa yang tega melakukan ini kepada anak sekecil itu, nyonya ? Aigoo.." dokter pun tak habis pikir dengan apa yang sudah terjadi pada Donghyun. "Ada apa dok ?" tanya Dara gugup. "Anak anda mengalami luka yang cukup serius, nyonya. Dia mengalami patah kaki sebelah kiri, tulang rusuknya retak, dan dia mengalami trouma seperti habis dikeroyok oleh komplotan orang dewasa. Sungguh ini benar-benar masalah yang serius untuk anak sekecil dia, nyonya.." semua perkataan dokter teesebut membuat seluruh tubuh Dara lemas. Begitupun Donghae, namja itu menangis saat ini, ia menggigit tangannya yang terkepal untuk menahan suaranya agar tak terdengar oleh Dara dan dokter. Donghae akui dirinya bersalah tapi sungguh ia tak bermaksud berbuat seperti itu pada Donghyun, apalagi sampai membuat anaknya jadi kesakitan seperti ini. Tak ada kata lain yang mampu menjelaskan bagaimana perasaan Donghae saat ini selain menyesal. Ya. Donghae teramat sangat menyesal telah memukul Donghyun. Tapi menyesalpun tak ada gunanya, Donghyun tetap menderita dan tetap kesakitan, akibat ulah tangannya sendiri.
.
.
.
TBC
.
.
.
Like + Comment 😎

(DaraHae) The Story Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang