Dedaunan saling berdansa dalam keheningan malam. Para jangkrik saling tertawa di bawah lantunan gamelan mencekam. Di atas sana, cakrawala seakan bercumbu bersama semesta tanpa memperdulikan cahaya temaram.
Namun Gemintang tak peduli setan dengan itu semua. Pikirnya hanya satu; biarkan semilir bayu menyampaikan pada miliknya—bahwa ia tengah menenun rindu.
Ah, miliknya? Atau hanya sebatas khayalannya yang semakin menggila?
"Peduli setan," umpat Gemintang.
YOU ARE READING
Niskala
PoetrySekiranya tulisan ini tanpa makna, semoga saja ketika kau membacanya; bergetarlah atma yang menyatu dalam jiwa.