[12] aku bosan

40 3 0
                                    

DULU,
kepergiannya begitu kudambakan.

entah berapa kali aku selalu berkata
sambil terduduk di kursi tua,
"aku bosan selalu bersamanya.
bisakah aku berharap agar dia
pergi? entah untuk berapa lama,
asalkan dia tak lagi bersamaku
untuk sementara waktu."

DULU,
tidurnya dia begitu kuelukan.

begitu waktu menunjukkan pukul
sepuluh malam, aku merasa tenang.
dia sudah terlelap. aku bisa
beristirahat dengan leluasa
tanpa diganggu oleh notifikasi
beruntun darinya yang begitu
menjengkelkan.

DULU,
kepeduliannya begitu membuatku kesal.

setiap saat, pesan teks darinya
selalu mengganggu ketenanganku.
dia sungguh berisik, hingga
membuatku terusik.
entah menyuruhku untuk
makan (hei, aku tentu tak akan
lupa!), selalu menyemangatiku
untuk menjalani pekerjaan
yang membuatku kesal
bukan kepalang, bahkan dia
bercerita tentang kesehariannya
yang membosankan.

Tuhan, bisakah dia berhenti
mengirimiku pesan singkat
untuk sejenak? aku sungguh
muak.

DULU,
rindunya membuatku tuli.

sungguh, lantunan yang selalu
ia dendangkan melalui
pengindraanku ialah rindu.
setiap saat sebelum ia terlelap,
dia selalu menyempatkan
untuk berkata, "aku merindukanmu."

demi Tuhan, aku sudah tidak
merindukan dia lagi sejak
enam bulan yang lalu.

KINI,
setelah ia benar-benar pergi, aku ingin ia kembali lagi.

aku terduduk kembali di kursi
tua—dimana aku sempat meminta
dia pergi. aku menatap layar
gawaiku yang sepi tak ada
lagi notifikasi. Tuhan, bisakah
aku meminta ia untuk kembali
lagi? hidup serta buanaku seakan
tak lagi disinggahi baskara menyingsing,
sang bayu sudah tak lagi
menghembuskan aroma surgawi
yang dahulu sempat aku hirup,
dan teringat di kala aku
mengecup bibir pucatnya untuk
terakhir kali.

demi semesta serta isinya
yang telah Kau ciptakan,
kumohon kembalikan ia lagi.
aku meminta agar ia pergi
untuk sementara waktu,
tapi mengapa Engkau membuatnya
tak bisa lagi merasakan waktu?

KINI,
aku menyesal telah meminta ia untuk
pergi.

andai, aku bisa memutar waktu.
; aku tak akan meminta ia untuk
pergi meninggalkanku sendiri.

andai, aku bisa memutar waktu.
; aku akan berkata bahwa "aku
juga merindukanmu", bahkan
di bawah alam sadarku.

KINI,
aku baru menyadari bahwa aku
mencintaimu, setelah kamu pergi.

aku mencintaimu, setelah
kamu tak lagi berada di dalam
pelukanku.

KINI,

puisiku tak lagi bernyawa
di kala dirimu hanyalah fana
yang muncul dalam gemingku
serta lamunan ketiadaanmu.

Jakarta, 29 April 2019
:Puisi Dalam Lamunan
— eucforia

NiskalaWhere stories live. Discover now