Menatap gemintang di antariksa melalui jendela, kemilaunya tak saya sangka memanjakan netra.
Sejenak pikiran saya melalang buana, dan pada akhirnya pada dirimu ia bermuara.
Saya bersiul kecil, menghilangkan kehampaan karena jarak dengan durjananya memisahkan kita.
Kita?
Kamu dan saya maksudnya?Dalam hati, saya selalu mendoakan semoga dirimu selalu dirundung dengan kebaikan serta keselamatan.
Namun diri saya tak bisa menolak lupa; bahwa kehilangan kamu yang kini telah jauh oleh pandangan netra, membuat saya nestapa.Kemudian semakin lama, saya tahu. Memikirkanmu yang semakin terhalang yojana serta waktu, membuat saya terbatu pilu.
Kegelisahan sayapun semakin menjadi-jadi, apakah dirimu sudah terpikat hati? Sedangkan saya disini sedang berjuang untuk menahan diri, untuk tidak menanyakan kabarmu—jua akibat gengsi.
Tapi rasanya percuma jika saya terus berpikir tentangmu. Karena bagaimanapun, sejauh apapun jarak yang membentang bebas; jika kamu bukan milik saya ..., sudahlah.
YOU ARE READING
Niskala
PoetrySekiranya tulisan ini tanpa makna, semoga saja ketika kau membacanya; bergetarlah atma yang menyatu dalam jiwa.