Sombong

71 12 0
                                    

Memasuki kelas XI, Rachel semakin kehilangan kendali, merasa diatas dan lupa pada tanah. Dan dampaknya anggota paskibra terpecah dua, antara pasukan khusus dan bukan pasukan khusus, mereka yang merasa tersingkirkan karena tidak pernah dianggap ada oleh Rachel, mereka pun perlahan mulai mengasingkan diri. Dan lagi-lagi Rachel hanya fokus pada mereka yang merasa hebat di dalam baris berbaris
Diam-diam Iwan memerhatikan tingkah laku Rachel yang sekarang. Iwan, ia adalah orang yang biasa bahkan cenderung diremehkan di paskibra oleh anggota yang lain. Terutama Rachel sebagai komandan yang harusnya merangkul anggotanya. Namun,  menyapapun sepertinya tidak pernah.
Saat itu, semua pasukan khusus sedang berambisi mengikuti lomba. Namun, tantangannya mereka memiliki waktu latihan yang singkat hanya 2 minggu, itu pun belum dipotong dengan kegiatan study tour sekolah ke Malang.
Waktu study tour tiba. Semua murid bergembira. Lain hal dengan Rachel, study tour yang harusnya menyenangkan menjadi sangat buruk dengan dipertemukan Alya dan Rachel dalam satu bis. Tempat duduk Rachel dan Alya hanya berjarak beberapa bangku. Sempat mendengar percakapan Alya dan kekasihnya lewat via telpon
“Ay, nanti kita ketemu ya di Museum Angkut,” ujar kekasihnya.
“Iya ay, nanti kita ketemu disana ya kita foto-foto.” lanjut Alya dengan senang
Rachel yang mendengar percakapan itu pun sontak kaget karena mereka berdua akan bertemu. Sesampainya di Malang, tibalah dimana anak-anak ke tempat rekreasi Museum Angkut, lagi-lagi semua senang, kecuali Rachel. Tiba-tiba, Rachel merasa tidak enak badan dan pusing. Namun, ia tetap bergabung berjalan bersama Luthfi, Bagas, dan Rio.
Benar saja, mereka berdua bertemu. Dan Rachel melihat momen itu. Ketika memperhatikan raut wajah kekasih Alya. Tiba-tiba ia teringat suatu kejadian saat seleksi paskibra di tingkat kabupaten.
Ya... benar, Aldi yang menjadi kekasih Alya sekarang. Pernah bertemu dengan Rachel sebelumnya saat seleksi di tingkat kabupaten. Mereka berdua menjadi saingan ketat saat itu dan Aldi beruntung karena ia berhasil masuk ke tingkat kabupaten sedangkan Rachel tidak.
Saat melihat-lihat sekeliling bersama sahabatnya, tiba-tiba suara teriakan dari belakang terdengar.
“Rachel!” teriak Aldi.
“Weh, Aldi. Apa kabar lu?” sahut Rachel.
“Baik, Hel. Lu sendiri gimana?” Aldi sambil tersenyum.
“Alhamdulillah, baik juga. By the way, lu ada acara apa kesini?”
“Ini gua study tour juga dari sekolah.” kata Aldi. “Oiya ini kenalin cewe gua, Alya” kemudian, Aldi memperkenalkan Alya kepada Rachel.
“Oh iya santai santai. Alya temen satu kelas gua.”
Mereka berdua bercakap cukup lama, Alya hanya terdiam membisu lalu menarik tangan aldi.
Alya yang risih, menarik tangan Aldi supaya pergi menjauh dari Rachel. “Ayo, Di. Kita kesana.”
“Ayo ayo.” kata Aldi sambil menggenggam tangan kanan Alya. “Hel, gua lanjut dulu, ya.” ujar Aldi sambil berjabat tangan.
“Siap! Jagain tuh cewe lu, awas kabur. Haha.” saut Rachel bercanda.
“Hahaha oke deh.” Aldi berjalan pergi.
Setelah bercakap dengan Aldi. Rachel kembali gabung dengan sahabatnya. Namun, saat lanjut berjalan ia semakin pucat, tak lagi kuat menahan rasa pusing di kepalanya.
“Lu kenapa, Hel?” tanya Rio.
“Pusing gua,” sahut Rachel.
Sontak sahabatnya mengantar ke bagian kesehatan. Rachel berbaring tak berdaya, tubuhnya semakin melemah. Guru yang sedang berjaga memeriksa Rachel pun akhirnya mengeluarkan suaranya.
“Rachel, kamu kena gejala tipes, harus segera dirawat ke rumah sakit” ujar Guru itu.
Rachel tak menjawab, ia hanya meneteskan air mata saat mendengarnya. Berpikir bahwa ia tak akan bisa mengikuti lomba bersama pasukan dengan kondisi tubuh selemah ini.
Setibanya di Bogor, Rachel dibawa langsung oleh Mamah ke rumah sakit untuk menjalani perawatan. Waktu terus berjalan, Rachel semakin kepikiran tentang lomba dan pasukannya. Karena lomba akan dilaksanakan besok. Dengan tergesa-gesa, Rachel mengambil handphone-nya di atas meja untuk mengabarkan di grup bahwa dia masih sanggup mengikuti lomba.
Namun, sayang tak satupun ada yang merespon chat darinya. Rachel terbaring lemah di atas kasur sendirian. Hanya kesepian yang dirasakan malam itu, sambil berharap ada seseorang yang akan menemaninya.
Krek.. suara gagang pintu terbuka. Respon Rachel langsung menengok ke arah pintu. Ternyata yang datang adalah Iwan. Seseorang yang tak pernah dianggap ada oleh Rachel.
Ia membawakan sebuah parsel kecil. “Nih, Hel. Gua bawa buah buat lu.” kata Iwan sambil meletakkan parsel itu di atas kulkas.
“Makasih banget, Wan. Gak nyangka lu bakal dateng.”
“Santai lah, masa komandan sakit anggota diem aja.” Iwan duduk di kursi.
Rachel kaget mendengar kalimat itu seseorang yang tidak pernah dianggap ada, ternyata mempunyai rasa sepeduli itu terhadapnya.
“Sekali lagi makasih, Wan.”
“Terus kemana temen-temen pasukan lu, hel?” tanya Iwan.
Yang di tanya hanya mengedikkan bahu tidak tahu. “Gak tahu, Wan. Gua juga bingung kenapa chat gua di grup gak ada yang respon”.
Triiingg... Notif pesan wa masuk di ponsel Rachel.
Pelatih : Assalamualaikum, dengan ini saya menyatakan bahwa Rachel digantikan oleh Kirbiantoro sebagai komandan saat lomba esok. Sekian terimakasih.
Pesan singkat dari pelatih itu  membuat kondisi Rachel semakin melemah.
Iwan yang tau soal itu mulai berbicara. “Tenang Hel, disini masih ada kita. Gua perwakilan dari mereka yang gak pernah lu anggap ada. Tapi, kita yakin sebenernya lu gak kaya gitu. lu, hanya terlarut dalam jabatan lu yang tinggi.  Buah itu hasil patungan kita-kita buat lu dan asal lu tau kita akan tetap disini berjuang bersama lu.”
Rachel yang terbaring lemah saat itu bangkit duduk. lalu menjabat tangan iwan dengan erat. “Maafin gua, Wan.” hanya itu kata yang dapat terucap. Dengan air mata yang terus menetes membasahi wajahnya. “Santai aja, Hel.”
Akhirnya malam itu Rachel mendapat pelajaran berharga. Sebagai komandan harusnya bersikap adil terhadap semua anggotanya dan ia sadar telah terlarut dalam jabatannya yang tinggi.
Entahlah besok aku akan menulis apa, yang jelas malam ini bintang sangat indah.  Kupikir itu akan menghiasi tidurku. Selamat malam.

Mencari MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang