Rio

33 4 0
                                    


Kriiinnnggg... Alarm berbunyi membangunkan Rachel bangun sejenak dari mimpi indahnya semalam benih benih cinta itu masih terus berbenak di hatinya. Bergegas memakai sarung lalu pergi ke masjid. Berjalan menyusuri dinginnya fajar dengan keindahannya hari ini.
Entah mengapa hari hari setelah malam kemarin terasa begitu indah. Begitu juga dengan fajar kali ini kabut tipis menyelimuti jalanan Rachel menuju masjid dengan embun berjatuhan di ujung daun daun pepohonan. Menambah suasana indah hari itu.
Rachel terus berjalan dengan Al Qur’an di dadanya. Berniat menghafal ayat demi ayat setelah shalat berjamaah. Shalat berjamaah dimulai semua jamaah merapatkan saff dan barisannya lalu imam memulai shalat. Setelah itu Rachel duduk di paling belakang membuka Al Qur’annya lalu menghafal perlahan. tiba tiba pengurus masjid mendekati Rachel yang sedang asik menghafal
“Dek maaf ini masjidnya mau di tutup mau saya kunci”
“oiya pak”. Rachel berdiri dan pergi kembali kerumah.
Sayang hari itu dia hanya bisa murojaah surat yasin yang ia hafal.
Sampai di rumah seperti biasa olahraga kecil yang ia lakukan sambil menunggu air hangat mendidih. Cukup membuat badan berkeringat ia bergegas membersihkan diri dan berpamitan.
“Mah, nanti pulang sekolah survei ya pondok belakang sekolah.” Ujar Rachel sambil mencium tangan mamahnya.
“iya, yaudah sana cepet keburu terlambat”.
Ia berangkat menyusuri kota hujan Bogor mengendarai vespa putih kesayangannya. Kali ini ia tak lagi terlambat, seperti biasa Pak Edi sudah berdiri tegak di depan gerbang Rachel masuk dan menyapa.
“Pagi pak..”. Rachel dengan senyum.
“hmmm”. Jawab Pak Edi
Heran sekali dengan bapak yang satu ini hidupnya terlalu serius entah lah Rachel memarkirkan motor di basement tidak ada Rio kala itu dan sudah pasti Rio akan datang 2 menit sebelum gerbang di tutup.
Kriiinnggg... bel pembelajaran berbunyi.
Semua anak bersiap rapih karena pelajaran pertama hari ini bu Riska matematika. Kebanyakan dari mereka ketakutan karena minggu lalu bu Riska memberikan pr beberapa soal.
semua sibuk dengan soalnya, tak terkecuali Rachel ia sama sekali tak ingat ada pr, perlahan kepanikan itu menghampirinya. Ia melirik sahabat sahabatnya. Dan ternyata mereka pun satu pemikiran tak ada sama sekali yang mengerjakan pr dari bu Riska.
“Selamat pagi anak anak” bu Riska datang memasuki kelas. Rachel bersiap memimpin doa lalu anak anak berdoa dengan serius.
“ya anak anak anak kita masuk materi baru”. Ujar bu riska semua anak bingung dan berharap bu Riska lupa dengan pr nya. Ketika anak anak sedang diam ada satu anak berbicara.
“bu, terus pr minggu kemarin gimana”. Celetuk Angel dari arah belakang.
  “et deh, ada ada aja ni anak”. Saut Bondan dengan nada kesal.
Ya, Angel anak yang pintar di kelas dan wajar ia selalu mendapat rangking 1 di kelas.
“oiyaaa maaf ya ibu lupa, yaudah sekarang tuker pr kalian sama teman sebangku”.
Semua laki laki kompak setiap ada kejadian seperti itu mereka saling menukarkan pr mereka satu sama lain dan dikerjakan ketika ada salah satu anak terpilih untuk mengerjakan di papan tulis. Alhasil mereka tinggal menyalinnya.
“ya sekarang ibu panggil sesuai nomor absen ya”.
“iya bu..”. saut anak anak
“nomor 28, yak Rio maju kedepan” ujar bu Riska
Anak anak bingung dan mencari Rio, ia tak ada dikelas.
“Rio belum datang bu”. Saut bondan.
“haduh, kenapa lagi dia?. pasti kesiangan”.
Tiba tiba ada yang mengetuk pintu.

“Assalamualaikum..” dengan wajah pucat Rio masuk kelas dan langsung duduk di tempatnya tanpa bersalaman ke bu Riska. Semua anak terkejut heran melihat Rio, dari awal ia masuk sampai ia duduk ditempatnya tak ada satupun anak yang menolehkan kepala selain ke arah Rio.
DOORR...!!!. Bu Riska memukulkan tangannya ke meja guru.
“kamu!! Rio sini ke depan”. Bu Riska dengan nada tinggi.
Anehnya Rio malah kejang kejang dan sesak nafas. Akhirnya semua anak panik Rachel, Bagas dan Luthfi menghampiri dan menggotong Rio pergi ke UKS.
Sampainya di UKS bertemu dengan petugas disana.
“Wahh ini gabisa disini, harus di Rumah Sakit. Cepat cari mobil kita bawa ke Rumah Sakit”. Ujar petugas ini dan ia ikut panik.
Setelah dapat mobil Rachel sebagai ketua kelas ikut menemani didalam mobil. Di perjalanan macet karena berbarengan dengan jam istirahatnya pegawai pabrik dan angkot yang berhenti sembarangan. Rio semakin sesak dan kondisi tubuhnya semakin lemah.
Sampainya di Rumah Sakit Rio langsung dibawa oleh perawat menggunakan tempat tidur berjalan ke ruang UGD. Rachel tidak boleh masuk dan menunggu di luar.
Cukup lama Bagas dan Luthfi datang menghampiri Rachel dari sekolah.
“gimana Hel kondisi Rio?”. Ujar Bagas dengan keringat membasahi muka
“gatau ini belum dapet kabar dari dalem” balas Rachel duduk lemas sambil menggarukan tangan ke kepala.
Pintu UGD terbuka seorang dokter muda berparas cantik keluar bersama perawat lainya Rachel spontan menghampiri dokter itu.
“Dok gimana keadaan teman saya”. Tanya Rachel
“teman kamu sudah lama terkena serangan jantung”. Jawab dokter muda itu
“sekarang kondisinya sedang koma, ia butuh istirahat”.
“terimakasih dok” Rachel dengan tertunduk
“sama - sama” lalu dokter itu pergi.

Tak ada yang tidak meneteskan air mata saat itu. Melihat kondisi fisik Rio koma dengan selang in fus di tubuhnya. Rachel, Bagas, dan Luthfi. Duduk di tepi kasur.
“maafin gua Yoh, gua gapernah tau kalo lu punya penyakit jantung”. Bagas nangis histeris sebab dialah yang paling dekat dengan Rio sebab rumah mereka berdekatan sehingga banyak momen bersama seperti berangkat ke sekolah bareng dan lain hal.
“udah udah Gas”. Rachel mencoba menenangkan Bagas.
Semua sedih kala itu. Namun, waktu terus berjalan mereka tidak bisa terus -      terusan berada di Rumah Sakit. Setelah keluarga Rio datang mereka pun pulang ke rumah masing masing.
Rachel yang sudah punya rencana untuk survei pondok pun akhirnnya di lanjutkan. Bersama Ayah dan Mamah ia pergi ke Pondok belakang sekolah.
Rachel lebih banyak diam di saat pak kyai mengobrol dengan kedua orang tuanya lalu setelah itu Rachel, Ayah dan Mamah kembali pulang ke rumah.
“pondok nya bagus kak, besok lusa kamu udah bisa tinggal disana”. Ayah menjelaskan.
Mendengar perkataan ayah seperti itu ada hal yang mengganjal di hati Rachel. Ratu ia seperti tak bisa meninggalkan kebiasaan mereka berdua hal hal kecil yang menurut mereka luar biasa seperti hanya sekedar mengucapkan selamat pagi. Ia seperti tak sanggup kehilangan moment itu.
Tapi disisi lain ada mimpi yang harus di capai dengan alur dan rencana yang sudah di persiapkan sedemikian rupa untuk mencapai mimpi itu. Tak bisa, ia tidak bisa membatalkan rencananya masuk pondok, semua itu demi sebuah mimpi. Ia hanya berharap semoga Ratu bisa memahami kondisi Rachel saat itu.
Mobil terus melaju menyusuri kota menuju Rumah keluarga Rachel. Sampai dirumah Rachel langsung membuka ponselnya berniat memberi kabar ke Ratu bahwa dirinya akan masuk pondok besok lusa.
Rachel : Ratu, esok lusa aku akan masuk pondok.
Trriiinngg.. tak butuh waktu lama ponselnya langsung bunyi terlihat notif masuk dari sang kekasih.
Ratu : Wahh.. keren, tenang aja aku akan terus menjaga hati kamu disini dan aku akan bawakan sarapan pagi setiap hari nanti untuk kamu agar kamu tau bahwa aku benar benar sayang.
Rachel hanya tersenyum membaca pesan dari Ratu berharap ia memang benar benar bisa menerima kondisinnya saat itu.
Hari semakin larut sepasang kekasih tak hentinya bertatap dengan ponsel masing masing sampai salah satunya tertidur. Hari itu adalah hari yang melelahkan.

Mencari MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang