Mandiri Bukan Perkara Mudah

39 8 0
                                    


Pagi itu seperti biasa alarm berdering lalu Rachel bergegas mengambil wudhu lalu pergi ke masjid. Kali ini ia bersama adiknya berjalan menjadi pejuang subuh menerjang dinginnya Fajar.
Setelah dari masjid tak lupa ia berolahraga push up sit up dan pull up yang selalu ia lakukan selain membuat sehat hal itu dilakukan untuk membentuk tubuh nya menjadi strong.
Lalu ia mandi dan bergegas kesekolah. Pagi itu dengan senang Rachel terus berjalan mengendarai vespa melalui keramaian kota menuju ke sekolah kesayangannya. Namun, ketika diperjalanan vespa yang ia kendarai mengalami kerusakan dan berhenti tidak bisa jalan.
Namanya kendaraan tua sudah biasa hal itu terjadi. Rachel terus mendorong vespanya kearah sekolah dari belakang pengendara vespa yang usianya tidak jauh berbeda dengan Rachel mengenakan baju putih abu mendorong dari belakang.
“ayo bang saya bantu dorong”. Kata si pengendara itu
“wah iya kebetulan”. Rachel langsung naik ke motornya lalu perlahan sampai di sekolah.
“bang makasih ya. Oiya saya Rachel”. Ia menjulurkan tangannya.
“ iya iya bang santai aja. Saya Dimas”.
Satu hal yang membuat Rachel terus mempertahankan motor tuanya itu karena dengan vespa kita bisa mendapatkan saudara di jalanan. Persaudaraan vespa sangat erat. Selain itu hanya wanita pemberani dan tulus yang mau bergoncengan dengan vespa.





Ketika pembelajaran dimulai. Triinngg.. Ponsel Rachel muncul notif pesan dari orang yang tidak dikenal
+6281371232281 : Maaf kang Rachel saya dari waka kesiswaan smp pgri kadumanggu saya dapat nomor akang dari teman saya guru di Man 1 Bogor. Saya ingin minta tolong kang Rachel untuk menjadi pelatih paskibra di sekolah kami. Dan untuk masalah honor dll. Bisa kita bicarakan di sekolah. Terimakasih.
Rachel : Siap pak dengan senang hati nanti sore setelah pulang sekolah saya langung menuju lokasi ya.

+6281371232281 : oke ditunggu ya kang Rachel.
mendapat pesan itu ia langung berfikir dan merencanakan suatu hal yang luar biasa. Rachel akan hidup mandiri dari hasil honor nya menjadi seorang pelatih.
Kriiinnnggg... bel istirahat berdering. Rachel mengambil buku bindernya lalu membuat peta konsep tentang rencana kehidupannya dari saat itu sampai umur 80 tahun.
Di umur 16 ini ia akan berusaha hidup mandiri tidak minta uang saku dari orang tuanya lagi dan di umur 50 dia sudah menjadi presiden sampai umur 80 ia pensiun dan menghabiskan waktu bersama anak dan cucunya.
Namanya juga rencana kita tidak akan pernah tau akan terwujud atau tidak yang jelas kita harus terus berusaha yang terbaik untuk kehidupan kita sendiri.
Setelah pulang sekolah Rachel mengendarai motornya menuju kearah smp tersebut untuk membicarakan karir nya sebagai pelatih disana.
Rachel dan pak ismail berbincang didalam kantor.
“oohhh.. ini yang dibicarakan pak ismail kemarin yang katanya pelatih muda hahaha”. Kata salah seorang guru.
“ ia nih benerkan kata saya masih muda ganteng pula”. Balas bercanda pak ismail. Rachel hanya tersenyum.


“Nah Rachel sebelumnya bapak jelaskan dulu tentang sekolah ini. Sekolah ini dibangun sudah lama sejak jaman penjajahan sekitar tahun 1937. Namun sayangnya sekolah ini kurang dapat perhatian dari pemerintah guru guru disini
pun gajih nya hanya 500 ribu dan murid disini rata rata anak petani dan pedagang.                      
Jadi mohon maaf sebesar besarnya jika nanti honor yang di berikan tidak sesuai dengan harapan kang Rachel”.
“Siap pak tenang saja. Saya pun mengerti”. Rachel dengan tersenyum.
“syukurlah.. saya kira kang Rachel akan menolak”.
“ah bapak berlebihan saya tetap semangat bagaimanapun keadaannya”. Rachel meyakinkan.
“kalo begitu mari saya antar untuk melihat sekeliling area sekolah”.
“siap pak”.
akhirnya ia mendapat honor perbulan sebesar 200 ribu. Walau ga terlalu besar tetap diterima dengan bersyukur.
Melihat struktur bangunan sekolah itu Rachel semakin berfikir tentang anak yang belajar disana. Mereka tetap giat dan semangat walau dengan fasilitas seminim ini. Terkadang ketika belajar sedang dilaksanakan terdengan suara kendaraan besar yang melintas di depan sekolah. Tak jarang debu debu masuk ke dalam kelas dan berbagai macam rintangan lainnya.
Hari itu langsung perkenalan dengan calon anak didiknya disana. mereka dengan antusias menyambut Rachel karena mungkin di bandingkan dengan pelatih sebelumnya sangat jelas jauh berbeda pelatih sebelumnya sudah keluar karena umurnya sudah meranjak pensiun.
Karena itu melihat Rachel yang relatif muda dan berwibawa mereka sangat antusias dan sangat bersemangat untuk dilatih olehnya.
Hari itu berlalu dengan penuh semangat Rachel kembali kerumah dengan senang berharap sanggup menjalani tantangan hidup mandiri ini dengan sempurna.

Ia tak peduli dengan semua teman teman yang memamerkan harta demi sebuah nama. Yang ia tau mereka bisa seperti itu karena orang tuanya. Malam itu Rachel duduk memandangi ikan berenang di aquarium kamarnya sesekali berfikir

“harga diri laki laki bukan ditentukan dari apa yang ia kendarai, brand apa yang ia pakai, kemana ia hangout, tapi harga diri laki laki ialah bekerja. Bagaimana caranya ia menyibukan dirinya untuk mempunyai penghasilan sendiri dan memenuhi kebutuhannya sendiri, lalu berbagi meluangkan waktu untuk orang yang menurutnya berarti”.Setelah itu ia tersenyum dan tidur. entah lah esok aku akan menulis apa yang jelas malam ini bintang sangat indah kupikir itu akan menghiasi tidurku. Selamat malam...

Mencari MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang