2. (Penjelasan)

3.3K 230 338
                                    

You Are Mine

.

New version!

Happy reading❤

__________________

"Pandangan pertama awal, aku berjumpa!" Sembari mengunyah permen karet, Bimo menabuh-nabuh meja layaknya sebuah gendang. "Asik-asik, jos!"

"Ahayy!!"

Murid-murid yang dikelas hanya bisa pasrah mendengar suara fals tersebut. Sembari menutup kedua telinga menggunakan telapak tangan, mereka sesekali mengumpat dalam hati. Karena percuma saja jika Bimo di tegur. Yang ada ia akan semakin brutal lantas mengeraskan suara emasnya.

Kebanyakan murid jika ada jam kosong pasti akan merasa ahagia. Bisa digunakan untuk tidur, ngerumpi, pergi ke kantin, pacaran, dan lainnya. Namun berbeda dengan kelas X11 IPS 2 ini, mereka justru sangat menyesal. Sebab disitu lah kesempatan Bimo untuk bernyanyi, memamerkan suara yang bisa merusak gendang telinga bagi yang mendengarnya.

"Bisa diem, nggak?" Damian bertanya datar, "brisik!" Sebagai teman sebangku Bimo, Damian lebih terusik dengan nyanyian cowok itu. Ia yang tadinya tengah damai sentosa bermain game menjadi terganggu. Ingin rasanya melakban mulut temannya itu agar berhenti mengalunkan lirik-lirik lagu.

"Bukannya malah bagus, ya? Kan, kelas kita ini jadi nggak sepi kayak kuburan," balas Bimo sembari meringis memperlihatkan deretan gigi. Tangannya masih setia menabuh meja dengan semangat 45.

"Terserah, lo lah." Jengah, Damian pun berdiri, berpindah tempat menuju kursi paling pojok. Menjauhi Bimo yang tidak mau berhenti memamerkan suara merdunya. Merdu dalam artian merusak dunia.

"Lah lah lah. Kok, lo malah pindah, Dam? Sini aja kali."

"Males. Suara, lo jelek."

"Kok lo gitu sama gue?" Bimo mengerucutkan bibirnya kedepan, "wahai Damian ganteng, tapi masih gantengan gue. Asal, lo tahu ya, suara emas, gue ini bisa mengalahkan artis-artis terkenal diluar sana. Jangan merendahkan suara, gue ...."

"Bodo!" Damian berkata ketus.

"Ah, nggak asik lo!"

Bimo menggeletakan kepalanya dimeja. Memasang wajah memelasnya dengan maksimal, ia kembali bernyanyi. "Sakitnya tuh disini di dalam hatiku. Sakitnya tuh disini melihat kau selingkuh. Sakitnya tuh disini pas kena hatiku. Sakitnya tuh disini kau menduakan, aku~"

Damian menghela napas berat. Beruntung ia tak lupa membawa sesuatu yang wajib dibawa setiap ke sekolah. Karena benda ini lah yang mampu menolongnya dari kegaduhan yang Bimo buat. Merogoh saku celana abu-abu, Damian mengeluarkan handset dari sana lalu memasangkan di kedua lubang telinga. Setidaknya dengan begini kesehatan telinganya bisa terjaga.

Diam-diam, sesekali Damian juga melirik ke arah pintu. Seakan mengharapkan kedatangan seseorang. "Dia nggak ngechat, gue dari pagi. Tumben," gumamnya sedikit gelisah.

Tak mau ambil pusing, ia pun kembali bermain game, menghiraukan Rindu yang sejak kemarin tidak mengirim kabar. Karena berdasarkan prinsip Damian, perempuan lah yang harus lebih dulu memberi kabar kepada lelaki. Bukan malah sebaliknya.

You Are Mine [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang