New version!
You Are Mine
.
Happy reading💕
______________________________
Suapan terakhir itu di sambut dengan senang hati oleh mulut Reva. Kemudian air putih yang ada di dalam gelas kaca turut menyusul. Ia tersenyum senang begitu rasa kenyang menyapa perutnya malam ini.
"Makasih, Mah," ujarnya lembut.
Alen membalas dengan senyuman jua. Sebelah tangannya bergerak mengusap bagian belakang kepala sang putri penuh sayang. "Sekarang, kamu istirahat, gih. Mamah mau keluar dulu kayak biasa."
Reva mengangguk mengiyakan. "Semangat, ya, Mah ...."
Alen pun langsung beranjak meninggalkan kamar Reva sembari membawa piring serta gelas yang telah kosong itu. Sedangkan Reva hanya mampu menatap nanar punggung sang ibu hingga lenyap dari pandangan. Sebenarnya ia tak tega berbohong seperti ini. Namun apa lah daya, ini kesempatan satu-satunya yang harus digunakan sebaik mungkin.
Hembusan napas pasrah Reva menggiring gadis itu akan memori beberapa tahun silam. Dimana suara tangis menggema mengisi keheningan rumah ini. Saat itu, orang yang menjadi tulang punggung keluarga mereka berpulang ke pangkuan Tuhan disebabkan sakit parah yang menyerang. Ayahnya pergi untuk selama-lamanya. Dan akhirnya, peran Ayah digantikan oleh sang Ibu. Pekerjaan apapun selalu siap diambil oleh Alen selama halal dan mampu memenuhi kebutuhan anak-anaknya, mengingat keluarga mereka merupakan keluarga sederhana.
Beruntung, kedua putri Alen ditakdirkan memiliki otak cerdas sehingga untuk masalah biaya sekolah tak terlalu dipikirkan karena mereka mendapat beasiswa.
Seolah sadar akan sesuatu, buru-buru Reva menggapai benda pipi diatas nakas yang seharusnya Alen bawa. Dengan ponsel Ibunya itu, ia mengetik pesan yang selanjutnya di kirim kepada kontak bernamakan Damian.
Lebih cepat lebih baik, bukan?
"Kak ...."
Bersamaan dengan tangannya yang menjulur hendak meletakan kembali ponsel di tempat semula, leher Reva menoleh ke arah pintu kamar. Disana Mentari melangkah memasuki area kamarnya. Gadis itu pun menghampiri dirinya lantas duduk di sisi kirinya tanpa izin.
"Kenapa?" tanya Reva pada sang adik.
Kaki kanan Mentari terangkat, lalu ditumpuk diatas paha kaki kiri. Diawali senyum lebar, bibirnya terbuka bersiap berucap, "aku ... mau ngomong hal penting sama, Kakak."
"Ngomong, aja." Reva mempersilakan.
"Soal, Kak Damian," tambah Mentari memperhatikan ekspreksi Reva begitu mendengar nama yang ia sebut barusan.
"Kenapa sama dia?" Dahi Reva berkerut samar.
Bangkit dari posisi duduknya, Mentari berdiri menghadap Reva. Gadis itu memasang mimik wajah serius yang tampak ketara di mata Reva. "Mungkin, Kakak lupa sama janji Kakak dulu. Janji yang sampai sekarang belum bisa, Kakak tepati. Tapi ... meskipun, Kakak nggak inget, aku mau Kakak nepatin janji itu. Gimana pun caranya~"
"Maksud, kamu? Janji apa?"
Sudut bibir Mentari tertarik ke atas, membentuk smirk yang langsung ditunjukan secara terang-terangan. "Janji soal, Kak Damian. Janji kalo, Kakak bakal nyatuin, aku sama dia." Ia menjeda seperkian detik, menelisik air muka yang Reva tampilkan, "terserah, Kakak mau percaya atau nggak. Tapi ... yang tadi aku omongin semuanya fakta dan aku nggak ngada-ngada."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine [Terbit]
Roman pour AdolescentsTerbit dengan judul 'Aku, kamu, dan Masa lalu.' _______________________________ "Kamu lebih pilih aku pacar kamu, atau dia masa lalu kamu?" -Rindu "Sorry, untuk saat ini gue lebih pilih dia. Karena dia lebih membutuhkan gue dan gu...